Ini adalah masa ketidakpastian besar di Eropa. Benua yang dulunya menjadi simbol perdamaian dan stabilitas kini berada di ambang kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Akar dari krisis ini dapat ditelusuri kembali ke tanggal 24 Februari 2022 waktu Putin mewujudkan mimpi atau ilusi Rusia Raya, hingga kini masih berlangsung. Hampir semua kota bersama penduduk sipilnya telah diratakan dengan tanah dengan berbagai rudal balistik bertonase tinggi. Bahkan hampir habisnya pasokan rudal bukannya berhenti, malah mendatangkan kiriman dari Kim Jong Un yang made in  Korea Utara atau menggunakan ribuan drone Shahid kiriman Ayatullah Khamenei dari Iran. Ini sekarang masih digunakan Rusia untuk melancarkan invasi brutal ke Ukraina. Dunia menyaksikan dengan ngeri saat kota-kota dihancurkan dan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, menjadi sasaran tanpa pandang bulu. Tidak hanya kiriman Rudal dari Korea Utara, dan drone Shahed dari Iran, tetapi juga tentara bayaran dari berbagai negara seperti India, Nepal, Sri Lanka, Afrika dan China turut berkontribusi pada kehancuran tanpa henti ini. Tentara bayaran itu mulanya dijanjikan hanya melayani garis belakang atau semacam salah satu sistem peperangan yang membutuhkan perbekalan, konsumsi atau perawatan alat dan korban perang. Tetapi dengan habisnya tentara Rusia yang jadi korban perang atau yang kalangan media sosial Rusia menyebutnya sebagai masuk dalam mesin giling daging, maka tentara bayaran selalu dipakai untuk menggantikan personil perang yang sudah babak belur, atau kalau mereka menolak atau mundur maka pasukan elit Rusia yang akan menembaki mereka semua, artinya maju tak gentar timbang ditembak mati. Gambaran kebrutalan inilah yang menyebabkan Ursula ingin mengantisipasi tragedi perang ala Rusia yang sangat brutal, dan tidak mau mengorbankan penduduknya satupun demi melayani ambisi Putin.Â
Visi Ursula von der Leyen
Di tengah kekacauan ini, Ursula von der Leyen, Presiden Uni Eropa, atau ASEAN-nya Eropa, muncul sebagai pemimpin yang teguh. Dia membayangkan masa depan di mana Eropa dapat melindungi sendiri dari ancaman apapun, atau sekecil apa pun. Kampanyenya untuk pemilihan ulang difokuskan pada program Air Dome Eropa, gambarannya seperti berbentuk sebuah mangkok perisai pertahanan udara yang komprehensif untuk melindungi setiap warga di seluruh benua yang menjadi tanggung jawab langsungnya. Dia tidak mau abai ataupun beranggapan imun dari perang seperti Ukraina. Apalagi sebentar lagi kalau UE akan menerima lamaran Ukraina untuk menjadi anggota organisasi UE karena letak geografisnya ada di Eropa. Bahkan presiden Ukraina Zalenski sudah mengupayakan semaksimal mungkin untuk memenuhi kualifikasi demokratisasi dan anti korupsi, sebagai persyaratan utama masuk anggota UE.
Keyakinan von der Leyen semakin kuat setelah kunjungannya ke Bucha, sebuah kota di Ukraina yang menjadi simbol penderitaan warga sipil. Kekejaman yang disaksikannya di sana dengan mata kepalanya sendiri, yang dilakukan oleh pasukan Rusia yang sebelumnya dianggap sebagai tetangga dan bersaudara dari pernikahan lintas batas secara damai, meninggalkan bekas yang tak terlupakan. Mulai saat itu, Ursula tahu bahwa Eropa membutuhkan sistem pertahanan yang kuat untuk melindungi setiap warganya dari kengerian serupa.
Iron Dome Eropa
System pertahanan AS berupa Iron Dome, yang kalau di Israel disebut Iron Dome. System pertahanan udara AS yang diadopsi Eropa yang diusulkan oleh Ursula von der Leyen terinspirasi oleh keberhasilan Iron Dome Israel. Dari keberhasilannya selama ini dalam menangkis ratusan rudal balistik Qassam buatan dari Iran. System Iron Dome ini bukanlah sebuah kubah fisik tetapi abstraksi berupa desain jaringan sensor dan interceptor yang canggih bernama rudal Patriot. Sistem ini dapat mendeteksi dan menetralisir ancaman yang masuk, mulai dari rudal balistik hingga drone. Teknologinya sangat canggih, menggabungkan inovasi seperti interceptor laser, pengacau GPS, dan sistem penargetan yang didorong AI. Tujuannya adalah untuk menciptakan perisai yang tidak dapat ditembus yang dapat melindungi setiap sudut Eropa, dari Yunani hingga Spanyol hingga Finlandia.Â
Iron Dome ini bukannya belum ada tetapi sudah dimiliki oleh setiap anggota NATO bahkan untuk melengkapi sistem pertahanan udara yang sifatnya lokal, karena di ring satu sudah ada system pertahanan udara global yang dapat diakses oleh semua anggota NATO. Saat ini AS sedang mengembangkan kemampuannya seperti dari kesatuan  Marine Corps yang selesai menguji pertahan udaranya dengan mengkombinasikan model Iron Dome dengan interceptor rudal Tamir ditambah berbagai sensor global network of interseptors, dan pusat komando untuk pertahanan rudal balistik. Kelihatannya ada tumpang tindih dengan sistem pertahanan NATO yang sudah ada. Mungkin rencana Ursula von der Leyen ditujukan untuk negara-negara kecil yang tidak mampu memiliki sistem pertahanan model dome ini. Atau mungkin dia ingin memantau status keamanan udara Eropa secara real-time dan menghadapi ancaman rudal dengan cepat. Sebetulnya UE juga punya perwakilannya di NATO. Atau juga Ursula ingin tahu atau memiliki informasi real time status keamanan pertahanan udara Eropa sewaktu waktu atau bisakah menghabisi rudal yang datang baik disengaja maupun tidak disengaja.
Fungsi Utama: Iron Dome didesain untuk melindungi terhadap serangan rudal jarak pendek. Sistem ini beroperasi dalam segala kondisi cuaca. Menggunakan radar untuk melacak roket, Iron Dome dapat membedakan mana yang akan mengenai daerah berpenduduk dan mana yang tidak. Rudal penangkal hanya ditembakkan pada roket yang diperkirakan akan mengenai area padat penduduk.
Komponen dan Teknologi
1.Sensor dan Radar: Iron Dome Eropa akan menggunakan jaringan sensor dan radar canggih yang dapat mendeteksi ancaman dalam hitungan detik setelah diluncurkan. Sensor ini mampu mengidentifikasi berbagai jenis ancaman, mulai dari rudal balistik, rudal jelajah, hingga drone. Sensor ini bekerja dengan teknologi radar canggih yang dapat melacak objek dari jarak yang sangat jauh dan dengan akurasi yang tinggi.
2. Interceptor: Setelah ancaman terdeteksi, interceptor segera diluncurkan untuk menghancurkan ancaman tersebut di udara sebelum mencapai targetnya. Interceptor ini adalah rudal yang dilengkapi dengan teknologi terbaru, termasuk:
Interceptor Laser: Teknologi laser digunakan untuk menghancurkan ancaman dengan presisi tinggi. Laser ini dapat menghancurkan rudal dan drone dengan menargetkan bagian-bagian kritisnya.
Pengacau GPS: Sistem ini dapat mengacaukan sinyal GPS dari rudal atau drone yang masuk, membuat mereka kehilangan navigasi dan jatuh sebelum mencapai target.
Sistem Penargetan AI: Kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan dalam menargetkan dan menghancurkan ancaman. AI ini dapat menganalisis data secara real-time dan membuat keputusan yang cepat dan tepat.
3. Komando dan Kontrol: Pusat komando dan kontrol adalah otak dari Iron Dome. Di sini, semua data dari sensor dan radar dianalisis, dan keputusan dibuat untuk meluncurkan interceptor. Sistem ini bekerja 24/7 dan diawaki oleh operator yang terlatih, dengan dukungan dari AI untuk mempercepat proses pengambilan keputusan
Cakupan dan Perlindungan
Iron Dome Eropa dirancang untuk melindungi seluruh benua Eropa, dari Yunani di selatan hingga Finlandia di utara, dan dari Spanyol di barat hingga negara-negara Baltik di timur. Sistem ini akan ditempatkan secara strategis di berbagai lokasi untuk memastikan cakupan yang maksimal. Setiap negara anggota UE akan memiliki bagian dari sistem ini, yang akan terintegrasi dalam satu jaringan pertahanan udara yang kohesif.
Tujuan dan Keunggulan
1.Perlindungan Komprehensif: Iron Dome Eropa bertujuan untuk memberikan perlindungan menyeluruh terhadap berbagai jenis ancaman udara. Sistem ini dirancang untuk menghadapi ancaman dari rudal balistik, rudal jelajah, drone, dan pesawat tanpa awak.
2. Integrasi Teknologi Terbaru: Dengan menggabungkan teknologi laser, pengacau GPS, dan AI, sistem ini menawarkan tingkat akurasi dan keandalan yang sangat tinggi. Teknologi canggih ini memungkinkan sistem untuk merespons ancaman dengan cepat dan efektif.
3. Kerjasama dan Solidaritas Eropa: Proyek ini juga memperkuat solidaritas dan kerjasama di antara negara-negara anggota UE. Dengan bekerja sama dalam satu sistem pertahanan udara, negara-negara Eropa dapat memastikan bahwa mereka siap menghadapi ancaman apa pun yang mungkin datang.
4. Peningkatan Kesiapan dan Keamanan: Dengan sistem ini, Eropa dapat meningkatkan kesiapan dan keamanan nasionalnya. Sistem ini memastikan bahwa setiap negara anggota memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan menetralkan ancaman secara cepat dan efektif.
Implementasi dan Tantangan
Mengimplementasikan Iron Dome Eropa adalah sebuah tantangan besar. Ini membutuhkan koordinasi dan kerjasama yang erat antara berbagai negara anggota, serta investasi yang signifikan dalam teknologi dan infrastruktur. Selain itu, ada tantangan politik dan strategis, termasuk memastikan bahwa sistem ini tidak menggantikan tetapi melengkapi peran NATO dalam pertahanan Eropa.
Namun, jika berhasil, Iron Dome Eropa akan menjadi tonggak penting dalam sejarah pertahanan benua ini. Ini akan memberikan perlindungan yang lebih kuat terhadap ancaman udara, meningkatkan solidaritas antar negara anggota, dan memastikan bahwa Eropa siap menghadapi ancaman di masa depan.
Pertahanan Terpusat dan Peralihan dari NATO
Proposal von der Leyen menandai perubahan signifikan dalam kebijakan pertahanan Eropa. Alih-alih mengandalkan NATO, dia membayangkan kekuatan pertahanan Eropa yang bersatu di bawah komandonya. Struktur baru ini akan memusatkan pengadaan militer, memungkinkan UE untuk melewati sekutu tradisional seperti Inggris dan AS. Negara anggota akan diharuskan membeli sistem yang diproduksi UE, seperti Samp/T buatan Perancis-Italia. Kuncinya Ursula menginginkan kemandirian UE seperti ASEAN yang ingin kelihatan mandiri tetapi kelihatan didikte oleh China.
Atau pilihan lainnya adalah teknologi Jerman yang telah mengembangkan sistem pertahanan udara sendiri, menggunakan kombinasi teknologi Amerika, Israel, dan domestik, dengan partisipasi dari Inggris. Hal ini menimbulkan tantangan bagi visi von der Leyen, karena menunjukkan kompleksitas dalam menyatukan berbagai sistem pertahanan nasional, walaupun kurang murni ketimbang hasil UE yang dibuat UE sendiri atau Perancis-Italia sendiri.
Tantangan Transisi
Beralih dari infrastruktur pertahanan NATO yang sudah mapan ke sistem baru yang berpusat pada UE penuh dengan tantangan. Kemampuan pertahanan udara terintegrasi NATO, khususnya sistem rudal Patriot buatan AS, telah diuji dan terbukti, terutama di Ukraina. NATO baru-baru ini memesan 1.000 rudal Patriot baru untuk memperkuat pertahanannya, sebuah upaya bersama antara AS dan Jerman.
Rencana von der Leyen untuk menggantinya dengan model Eropa disambut dengan skeptisisme. Para kritikus berpendapat bahwa sistem baru mungkin kurang dapat diandalkan dan akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan. Selain itu, ada kekhawatiran tentang pengecualian kontraktor Amerika dan potensi melemahnya strategi pertahanan kohesif NATO. Isu kampanye pertahanan UE yang mandiri terakhir ini dari kekhawatiran akan ketergantungan pada AS kalau seandainya di bawah komando  Donald Trump, yang mereka semua coba hindari, jadi kemandirian adalah tujuannya.
Dampak Politik dan Militer
Ambisi von der Leyen tidak lepas dari kontroversi. Dorongannya untuk kekuatan pertahanan Eropa yang terpusat dilihat oleh beberapa pihak sebagai langkah untuk memperkuat kekuasaannya. Sebagai mantan menteri pertahanan Jerman, dia pernah mendukung kebijakan pertahanan nasional di dalam NATO. Sekarang, dia mengadvokasi perubahan total, mendesak negara-negara Eropa untuk berkontribusi lebih banyak pada anggaran pertahanan yang bersatu, karena pengalamannya dalam kekacauan selama berinteraksi dengan Trump yang berhutang budi pada Rusia.
Jerman, negaranya sendiri, baru saja mengumumkan pengurangan dukungan finansial dan militer untuk Ukraina, dengan alasan kendala fiskal. Keputusan ini, bersama dengan pengurangan anggaran pertahanan, dipengaruhi oleh opini publik yang lebih memilih perdamaian daripada ekspansi militer. Meskipun Menteri Pertahanan Boris Pistorius dengan tepat menyerukan peningkatan anggaran pertahanan menjadi 3,5% dari PDB, Kanselir Scholz tetap tidak terpengaruh, khawatir akan kebangkitan partai-partai populis yang menggemakan sentimen anti-NATO.
Di seluruh Eropa, tekanan serupa meningkat. Di Perancis dan negara-negara UE lainnya, kelompok ekstrim Kanan mendapatkan peningkatan dukungan, mendorong pengurangan pengeluaran militer dan hubungan yang lebih dekat dengan Rusia. Mirip dengan ASEAN yang selalu mendapat tekanan dari China, mungkin sudah janjian dengan Rusia untuk sama sama menekan perbatasannya masing-masing?. Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, kini Presiden Dewan Menteri UE, dan suara-suara pro-Rusia lainnya menyerukan perdamaian yang menguntungkan Moskow. Di AS, baik Donald Trump maupun JD Vance menyatakan keinginan untuk menghentikan bantuan ke Kyiv.
Masa Depan Pertahanan Eropa
Meskipun von der Leyen tetap teguh mendukung Ukraina, implikasi dari rencana pembaharuan pertahanannya sangat mendalam. Kekuatan pertahanan Eropa yang terpusat dapat melemahkan NATO, memudahkan Rusia mencapai tujuannya. Cara terbaik untuk mempertahankan pasukan AS di Eropa adalah dengan memperkuat NATO melalui peningkatan pengeluaran dan pengadaan pertahanan yang terintegrasi. Menciptakan birokrasi militer paralel UE yang mengecualikan kontraktor Amerika hanya akan memperumit tujuan ini.
Von der Leyen menghadapi pilihan kritis: untuk mendorong visinya tentang pertahanan Eropa yang bersatu atau memperkuat kemampuan NATO yang telah terbukti. Jika dia ingin dikenang sebagai penyelamat Eropa, dia perlu mendesak para pemimpin Eropa untuk memberikan kontribusi yang adil kepada NATO. Hal terakhir yang dibutuhkan siapapun adalah seorang birokrat yang menyamar sebagai pejuang ratu, mempertaruhkan keamanan benua demi ambisi pribadi.
Pada akhirnya, jalur yang dipilih von der Leyen akan menentukan kemampuan Eropa untuk mempertahankan diri dari ancaman di masa depan. Visinya tentang Iron Dome Eropa bisa menjadi simbol kekuatan dan persatuan atau cerita peringatan tentang ambisi berlebihan dan fragmentasi. Taruhannya belum pernah setinggi ini, dan dunia menyaksikan dengan nafas tertahan saat Eropa menavigasi jalannya melalui masa-masa sulit ini.
Kesimpulan tentang Pentingnya Kemandirian UE dalam Pertahanan
Di tengah gelombang politik karena propaganda Rusia dan ketidakpastian besar di Eropa, kemandirian Uni Eropa (UE) dalam bidang pertahanan menjadi semakin penting. Usulan Presiden UE, Ursula von der Leyen, untuk mengambil alih pertahanan Eropa dari NATO menandai langkah signifikan menuju kemandirian dan dapat memperkuat kekuatan pertahanan Eropa yang terpusat dan mengurangi ketergantungan pada NATO. Namun, ini juga berisiko memecah solidaritas NATO dan memperumit strategi pertahanan kohesif.
Ursula von der Leyen membayangkan masa depan di mana Eropa dapat melindungi diri dari ancaman apapun dengan sistem pertahanan yang kuat dan mandiri. Kampanye untuk pemilihan ulangnya difokuskan pada program Air Dome Eropa, sebuah sistem pertahanan udara komprehensif yang dirancang untuk melindungi setiap sudut benua. Visi ini semakin kuat setelah kunjungannya ke Bucha, di mana ia menyaksikan langsung kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Rusia.Â
Ursula  mengusulkan sistem pertahanan udara yang terinspirasi oleh keberhasilan Iron Dome Israel. Sistem ini akan menggunakan jaringan sensor dan interceptor canggih untuk mendeteksi dan menetralkan ancaman yang masuk, mulai dari rudal balistik hingga drone. Teknologi canggih seperti interceptor laser, pengacau GPS, dan sistem penargetan AI akan digunakan untuk menciptakan perisai yang tidak dapat ditembus.Â
Pada akhirnya, jalur yang dipilih von der Leyen akan menentukan kemampuan Eropa untuk mempertahankan diri dari ancaman di masa depan. Visinya tentang Iron Dome Eropa bisa menjadi simbol kekuatan dan persatuan atau cerita peringatan tentang ambisi berlebihan dan fragmentasi. Taruhannya belum pernah setinggi ini, dan dunia menyaksikan dengan was was saat Eropa menavigasi jalannya melalui masa-masa sulit ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H