Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Non Signifikan Dampak Paying Victim Trump dan Penunjukan Cawapres Vance

20 Juli 2024   03:16 Diperbarui: 20 Juli 2024   04:46 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
alamy.com: Democracy

Dalam beberapa dekade terakhir, politik Amerika Serikat mengalami peningkatan signifikan dalam polarisasi politik, ditandai dengan kesenjangan ideologis yang besar antara dua partai utama, Demokrat dan Republik. Polarisasi ini melampaui perbedaan kebijakan semata, mencakup nilai-nilai fundamental dan pandangan dunia yang membentuk identitas dan tindakan masing-masing partai.

Divergensi Ideologis

Divergensi ideologis antara partai Demokrat dan Republik semakin nyata, menyebabkan platform partai yang lebih kaku dan berbeda secara jelas. Pergeseran ini telah mengurangi tumpang tindih ideologis yang pernah memungkinkan fleksibilitas lebih besar dalam aliansi partai. Secara historis, ada faksi moderat dalam kedua partai yang dapat menemukan titik temu dalam berbagai isu. Namun, seiring partai-partai tersebut semakin berpisah, para moderat ini menjadi kurang berpengaruh, dan partai-partai tersebut menjadi lebih homogen dalam ideologinya.

Polarisasi Afektif 

Polarisasi afektif mengacu pada fenomena di mana anggota partai yang berlawanan tidak hanya berselisih dalam isu kebijakan, tetapi juga melihat satu sama lain dengan ketidakpercayaan dan permusuhan yang semakin besar. Kesenjangan emosional dan psikologis ini memperburuk kesenjangan ideologis, membuat individu semakin sulit untuk mempertimbangkan berganti afiliasi partai. Iklim adversarial ini mendorong mentalitas "kita versus mereka", di mana lawan politik tidak hanya dilihat sebagai pesaing tetapi sebagai ancaman terhadap nilai-nilai inti dan cara hidup seseorang.

Biaya Psikologis dan Sosial 

Biaya berganti aliansi dalam lingkungan yang terpolarisasi sangat tinggi. Bagi banyak individu, mengubah afiliasi partai berarti mengkhianati keyakinan dan nilai-nilai inti mereka, membuatnya menjadi keputusan yang sulit secara psikologis. Hal ini diperparah oleh biaya sosial, karena identitas politik sering kali terkait erat dengan identitas sosial. Individu mungkin takut mengasingkan diri dari kelompok sosial mereka, menghadapi ostrasisme atau kritik dari teman, keluarga, dan kolega yang memiliki pandangan politik yang sama.

Peran Media dan Jejaring Sosial 

Media dan jejaring sosial memainkan peran signifikan dalam memperkuat polarisasi politik. Echo chambers dan filter bubbles di platform media sosial memperkuat pesan partisan dan menciptakan lingkungan di mana individu terutama terpapar informasi yang sesuai dengan keyakinan mereka yang sudah ada. Eksposur selektif ini semakin memperkuat posisi ideologis dan mengurangi peluang untuk dialog dan pemahaman lintas partai.

Implikasi bagi Demokrasi

Peningkatan polarisasi dalam politik Amerika Serikat memiliki implikasi mendalam bagi demokrasi. Hal ini dapat menyebabkan kebuntuan legislatif, karena kompromi menjadi lebih sulit dicapai. Selain itu, ini merongrong proses demokratis dengan mendorong sinisme dan ketidakpedulian di antara pemilih. Ketika warga melihat lawan politik sebagai musuh, hal ini merusak tatanan sosial yang diperlukan untuk demokrasi yang sehat, di mana perspektif yang beragam dihargai dan debat konstruktif dimungkinkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun