Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

ASEAN Bersaing dengan EU, Harus Kentara Berasa Berguna bagi Setiap Rakyat

19 Juli 2024   04:52 Diperbarui: 19 Juli 2024   22:24 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Perdagangan Tanpa Batas Di sudut pasar di Brussels, seorang pengusaha Prancis bernama lise berbicara dengan senyum lebar. "Dulu, kami harus menghadapi birokrasi yang rumit untuk mengirim produk kami ke negara tetangga," katanya. "Tapi sekarang, kami hanya mengisi formulir elektronik dan barang kami berlayar melintasi perbatasan tanpa hambatan."

lise mengacungkan paspor bisnisnya yang berwarna biru, menandakan keanggotaannya dalam pasar tunggal. Di sini, warga UE dapat bekerja di negara lain, berinvestasi, dan berdagang tanpa batasan. Perbatasan hanya ada di peta, bukan dalam kenyataan.

2. Euro: Simbol Persatuan Di kafe di Roma, seorang mahasiswa bernama Marco mengaduk kopi sambil bercerita. "Ketika Italia beralih ke euro," katanya, "rasanya seperti kita semua memiliki kantong uang yang sama. Tidak peduli apakah Anda berada di Paris, Berlin, atau Madrid, euro adalah bahasa yang sama."

Euro memfasilitasi perdagangan lintas negara dengan menghilangkan risiko fluktuasi kurs mata uang. Ini juga memperkuat kohesi ekonomi antara negara-negara UE. Marco mengenang saat pertama kali mengeluarkan uang kertas euro dan merasa bagian dari sesuatu yang lebih besar.

3. MEE: Impian Kesetaraan Di gedung berlapis kaca di Luxembourg, seorang ekonom bernama Sofia memeriksa data. "Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) adalah impian kesetaraan," katanya. "Kami ingin membebaskan pergerakan barang, modal, pekerja, dan jasa."

UE berupaya mencapai pemerataan ekonomi dan sosial melalui kebijakan moneter dan pendirian pasar bebas. Sofia berharap bahwa setiap warga UE akan merasakan manfaatnya, tanpa memandang asal negara atau latar belakang.

4. Kelembagaan yang Menggerakkan Di ruang sidang di Strasbourg, anggota Parlemen Eropa berdebat tentang peraturan baru. European Council, European Commission, Council of European Union, dan Court of Justice of the European Communities bekerja bersama untuk merangsang isu-isu politik terkait integrasi UE.

Mereka adalah pilar-pilar yang memastikan pasar tunggal berfungsi dengan baik. Dari kebijakan hingga hukum, mereka membentuk fondasi harmoni di benua biru.

Dan begitulah, di antara katedral abad pertengahan dan jalan-jalan berbatu, UE terus menulis cerita integrasi ekonomi yang menggetarkan hati. Pasar tunggal dan Euro menjadi simbol persatuan, sementara MEE dan kelembagaan UE menggerakkan roda harmoni. Semua ini terjadi di bawah langit biru yang sama, di benua yang terus bersatu

Integrasi ekonomi UE telah menciptakan lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi dan kohesi di seluruh wilayah.

Integrasi ekonomi ASEAN kurang maju. Percepatan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) dapat meningkatkan ikatan ekonomi dan daya tawar kolektif, sehingga menjadikan kawasan ini lebih kompetitif di panggung global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun