Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Hubungan Politik Panas Dingin AS dengan Tiongkok

5 Juli 2024   03:26 Diperbarui: 5 Juli 2024   03:26 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2012: Kenaikan Xi Jinping dan Postur Militer

Pada tahun 2012, pidato Xi Jinping kepada Artileri Kedua China menyoroti kontinuitas dalam strategi militer China. Xi menekankan pentingnya mempertahankan kepercayaan pada Partai Komunis dan membangun militer untuk mempersiapkan konflik potensial, terutama dengan AS. Periode ini China mulai mempercepat program modernisasi militernya, dengan tujuan jangka panjang, yaitu mengembangkan kemampuan untuk menguasai Taiwan pada tahun 2027.

2019: Protest Hong Kong  

Komisaris polisi Hong Kong, mengatakan unjuk rasa tersebut merupakan adegan paling brutal di kota ini. Setidaknya 25 petugas terluka dalam protes tersebut. Seorang pria berusia 18 tahun jadi korban tembak  polisi, malah ditangkap atas tuduhan menyerang seorang petugas, kata komisaris polisi Stephen Lo Wai Chung. Pria tersebut masih menjalani perawatan di rumah sakit, kata komisaris kepada wartawan. Seorang jurnalis Indonesia, Veby Mega Indah (39), juga menjadi korban, ketika matanya ditembak polisi saat meliput sebuah protes di Hong Kong pada 29 September 2019. Akibat insiden ini, Veby menjadi buta permanen pada mata kanannya. Saat kejadian, Veby mengenakan perlengkapan pers dan berdiri di jembatan penyeberangan yang menghubungkan Immigration Tower dengan stasiun MTR Wan Chai. Selain kebutaan, ia juga mengalami luka di bagian dahi dan mata. Meskipun cedera yang dideritanya sangat parah, Veby tetap bertekad untuk menuntut keadilan dengan meminta aparat mengidentifikasi petugas yang bertanggung jawab atas cedera yang dialaminya. Kasus Veby menyoroti pentingnya memperjuangkan keadilan tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga bagi semua orang yang terluka di Hong Kong dan tidak dapat melakukan hal yang sama.

Amerika Serikat telah menyatakan keprihatinan mendalam mengenai penahanan aktivis pro-demokrasi di Hong Kong di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan oleh Beijing. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menyerukan pembebasan aktivis yang ditahan dan mengumumkan langkah-langkah untuk memberlakukan pembatasan visa baru terhadap pejabat China daratan dan Hong Kong yang bertanggung jawab atas pelaksanaan undang-undang tersebut. Secara lebih luas, AS mengecam undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong sebagai alat yang berpotensi membungkam perbedaan pendapat baik di dalam maupun di luar negeri. Tindakan dari pemerintahan Trump tampak terbatas, hanya memberlakukan pembatasan visa pada sejumlah pejabat Hong Kong yang tidak disebutkan namanya sejauh ini.

Protes di Hong Kong pada tahun 2019 menunjukkan adegan kekerasan yang signifikan. AS menyatakan keprihatinan mendalam tentang penangkapan aktivis pro-demokrasi di Hong Kong di bawah undang-undang keamanan nasional yang diberlakukan oleh Beijing. Pemerintah AS mengumumkan pembatasan visa baru pada pejabat China dan Hong Kong yang bertanggung jawab atas implementasi undang-undang tersebut. Tindakan dari pemerintahan dari partai Republik di bawah Trump tidak jelas, karena seperti biasanya dia memihak pada diktator, terbukti dengan hanya pura pura menghukum pembatasan visa pada sejumlah pejabat Hong Kong yang tidak pernah disebutkan namanya sejauh ini. 

2020-an: Perang Dingin Baru

Pasca pandemi, ketidakstabilan ekonomi, dan isu-isu iklim mengubah lanskap global menjadi teka-teki Rubik enam dimensi yang melibatkan tantangan ekonomi, militer, politik, perdagangan, teknologi, dan transkontinental. Konflik yang meningkat antara China dan AS, dua ekonomi terbesar dunia, mencakup semua dimensi ini. Perkembangan terkini menyoroti pentingnya diplomasi strategis untuk menghindari provokasi.

Dukungan Ekonomi dan Diplomatik yang Berkelanjutan

Hubungan AS-China juga tegang karena "Kebijakan Satu China," yang mengakui Republik Rakyat China sebagai satu-satunya perwakilan sah China. Tindakan terbaru AS, seperti janji Presiden Joe Biden untuk mendukung militer Taiwan dan kunjungan pejabat AS, meningkatkan ketegangan dengan China. Ketidakpercayaan antara kedua negara terus berkembang, didorong oleh tindakan non-administratif yang mendukung Taiwan.

Tensi Ekonomi dan Dampak Global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun