Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tren Khotbah Ilmiah tentang Tuhan a la Ilmuwan Dunia

26 Juni 2024   00:16 Diperbarui: 26 Juni 2024   03:29 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sobrehistoria.com

Teori Big Bang:

Poin pertama Meyer adalah konsensus ilmiah bahwa alam semesta mempunyai permulaan yang pasti, sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu, yang dikenal sebagai Big Bang. Hal ini bertentangan dengan keyakinan sebelumnya bahwa alam semesta itu kekal dan tidak berubah. Karya Edwin Hubble dan Georges Lematre, yang menunjukkan bahwa galaksi menjauh dari kita, mendukung gagasan ini. Pergeseran merah yang diamati pada cahaya dari galaksi-galaksi jauh menunjukkan bahwa alam semesta mengembang dari satu titik asal.

Konversi Einstein:

Albert Einstein awalnya mendukung teori keadaan tetap (steady-state theory) yang menyatakan bahwa alam semesta tidak memiliki awal dan akhir. Namun, setelah melihat bukti Hubble, Einstein mengakui adanya permulaan kosmik, dan menyebut penolakannya terhadap gagasan ini sebagai kesalahan terbesar dalam kariernya. Pengakuan ini selaras dengan konsep alam semesta yang diciptakan, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai tradisi teistik.

Keselarasan dengan Pandangan Teistik:

Penemuan bahwa alam semesta mempunyai permulaan mendukung gagasan adanya peristiwa penciptaan, serupa dengan deskripsi dalam teks-teks agama. Misalnya, Arno Penzias, seorang peraih Nobel, berpendapat bahwa Big Bang cocok dengan narasi alam semesta yang diciptakan.

2. Penyempurnaan Alam Semesta

Alam Semesta Goldilocks: Argumen kedua berkisar pada kondisi alam semesta yang sebenarnya, yang sering disebut sebagai "alam semesta Goldilocks". Konstanta dan hukum fisika mendasar, seperti kekuatan gravitasi dan elektromagnetisme, telah disesuaikan agar kehidupan tetap ada. Perubahan kecil apa pun pada konstanta ini akan menyebabkan alam semesta mati.

Dukungan Ilmiah: Banyak ilmuwan mengakui penyesuaian ini sebagai indikasi desain. Astronom Inggris dan mantan atheis Fred Hoyle mengatakan bahwa "kecerdasan super telah bermain-main dengan fisika", yang mencerminkan sentimen bahwa kondisi alam semesta yang tepat bukanlah suatu kebetulan melainkan disengaja.

Implikasi Teologis: Penyesuaian ini menunjukkan adanya tujuan penciptaan, seolah-olah alam semesta dirancang untuk mendukung kehidupan. Hal ini sejalan dengan pandangan teistik seorang pencipta yang merekayasa kosmos dengan niat dan kecerdasan.

3. Kompleksitas DNA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun