Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Age of Migration, AS: 97.07% Imigran vs 2.93% Pribumi Indian

13 Juni 2024   03:44 Diperbarui: 15 Juni 2024   03:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku "The Age of Migration"

International Population Movements in the Modern World

Penulis: Stephen Castles: Profesor dan Direktur, Pusat Studi Multikultural, Universitas Wollongong, Australia. Dan Mark J. Miller: Associate Professor Ilmu Politik, Universitas Delaware, AS.

Era Migrasi: Pergerakan Populasi Internasional di Dunia Modern adalah sebuah buku teks terkemuka yang menawarkan penilaian komprehensif mengenai pergerakan populasi internasional dan konsekuensinya. Buku ini membahas berbagai topik termasuk dampak globalisasi terhadap migrasi, studi kasus regional, dan dampak perubahan iklim terhadap migrasi. Edisi terbaru ini juga mendalami politik kontemporer terkait migrasi, dengan menggabungkan data statistik dan perkembangan kebijakan. 

Poin Penting Tentang Buku Ini:

Ringkasannya. Buku ini menganalisis tentang pergerakan populasi global. Juga  mengeksplorasi dampak migrasi bagi masyarakat asal dan tujuan. Dan edisi terbarunya telah direvisi dan diperbarui secara substansial.

Terdiri dari beberapa bab:

1.Proses Migrasi dan Pembentukan Etnis Minoritas: Menganalisis bagaimana migrasi mengarah pada terciptanya etnis minoritas di negara tuan rumah.

2. Konteks Sejarah Migrasi Internasional: Memberikan gambaran sejarah pola migrasi.

3. Migrasi ke Negara-Negara Maju Sejak 1945: Meneliti tren migrasi pasca-Perang Dunia II.

4. Dampak Globalisasi terhadap Migrasi Internasional: Membahas bagaimana globalisasi mempengaruhi migrasi.

5. Studi Kasus dari Berbagai Wilayah: Mencakup studi terperinci dari wilayah seperti kawasan Asia-Pasifik.

6. Migran dan Minoritas dalam Angkatan Kerja: Melihat peran migran dalam angkatan kerja.

7. Politik Imigran: Menjelajahi dinamika politik yang melibatkan imigran.

Kesimpulan tentang Migrasi dalam Gangguan Dunia Baru: Meringkas temuan dan implikasi buku ini.

Pembaruan: Edisi terbaru mencakup peningkatan cakupan migrasi baru di Afrika, Amerika Latin, dan Asia.

Maknanya bagi dunia adalah, Memahami migrasi internasional sangatlah penting karena hal ini terus mempengaruhi dunia kita. Juga buku ini tetap menjadi sumber berharga bagi pelajar, cendekiawan, dan siapa pun yang tertarik untuk melakukan studi dan penelitian tentang imigrasi.

Masalah di Dunia Saat Ini

Potret imigrasi dunia yang digambarkan melalui grafik pergerakan jumlah migrasi dunia dari tahun 1990 sampai dengan 2020, dilukiskan atau diterangkan seperti yang dibawah ini.

Migration Policy Institute
Migration Policy Institute

Terlihat bahwa menurut persentase jumlah penerimaan imigran terbesar dibandingkan dengan jumlah populasi maka ditemukan bahwa Swedia adalah negara yang mempunyai persentase jumlah imigran terbesar sampai mencapai 20% sejak 1990 sampai 2020. Dilain pihak Amerika Serikat sudah biasa menerima 9%an imigran dari seluruh dunia, hingga tahun 2020 menjadi 15%. Sepertinya Amerika hanya mencapai 15% saja. Walaupun hampir rata rata penduduk Amerika Serikat adalah  97.07% imigran dibanding yang Native American Indian yang hanya mencapai 2.93%. Jadi terlihat ada kesalahan pembuat grafik imigran dari negara USA. 

Rasanya tidak adil hanya meliput Amerika, dari area Rusia juga kita tahu banyak tentara bayaran dari berbagai penjuru negara miskin, yang rekruitannya berhasil karena diberi janji gaji $1500 perbulan. Seperti pada pemberitaan di Kuba yang telah mengirim tentaranya ke Rusia dalam jumlah ratusan ribu, dari Nepal, India dan Srilangka masing masing mengirim 15ribuan tentara bayaran. Apalagi dari Afrika dan Syria yang bermigrasi ke Rusia untuk ditempatkan di Ukraina. Jadi migrasinya sebenarnya ke Rusia atau Ukraina? Umumnya mereka tidak menerima uang apalagi ditempatkan di belakang garis pertempuran, tetapi ditipu dan dipaksa maju kemedan perang dengan sia sia dan akhirnya tinggal nama. Makanya buku ini tidak mencantumkan jutaan orang yang masuk bermigrasi ke Ukraina melalui Rusia. Sayangnya belum sempat dihitung karena sudah mengorbankan diri diterjang FPV drone yang langsung meledak. Demikian juga migrasi besar besaran setengah jutaan pasukan Rusia dan tahanan kriminal laki dan perempuan dari Rusia yang disuruh menunggu FPV drone menerjang mereka, menjadi migrasi ini tidak signifikan. Yang mungkin akan terjadi bahwa semua minoritas imigran ini nantinya akan menambah jumlah penduduk Rusia yang banyak berkurang dari perang.

Belum lama berselang, kelompok politik kiri dan tengah mengambil pendekatan berbeda terhadap imigrasi. Mereka lebih menerima imigrasi sebagai alat untuk mendukung program pemerintahan atau mempercepat perekonomian. Dengan cara ini, mereka dapat menangani masalah kompleks imigrasi dengan moderasi.

Presiden Barack Obama dan Senator Bernie Sanders adalah contoh pemimpin yang termasuk dalam kategori ini. Mereka bagian dari tradisi progresif yang bekerja sama dengan para pemimpin buruh dan hak-hak sipil untuk menyambut imigran dengan tangan terbuka. Namun, mereka juga mendukung keamanan perbatasan yang ketat, karena imigrasi yang tidak terkendali dapat mengganggu stabilitas masyarakat dan meningkatkan kesenjangan.

Imigrasi yang tidak terkendali juga dapat menyebabkan ketidakpuasan di kalangan pemilih, yang pada gilirannya bisa mengurangi jumlah pemilih yang mendukung pemerintah. Akhir-akhir ini, ada tanda-tanda bahwa semua partai, baik kiri-tengah maupun kanan-tengah, mulai kembali menggunakan pendekatan imigrasi yang lebih ketat. Hal ini terlihat sebagai respon terhadap tuntutan baru dalam berbagai polling opini publik.

Dampak Politik Imigrasi: Pemilu baru-baru ini, seperti pemilu Parlemen Eropa, menyoroti potensi politik imigrasi. Partai-partai sayap kanan yang berjanji untuk mengurangi arus migrasi telah memperoleh kemajuan yang signifikan.

Booming Migrasi Modern. Sejak tahun 1990, jumlah penduduk kelahiran asing telah meningkat tajam di hampir setiap negara besar di Barat. Ledakan migrasi ini membawa keuntungan seperti keluar dari kemiskinan, mendiversifikasi budaya, dan menyediakan tenaga kerja. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan seperti meningkatnya persaingan tenaga kerja dan terbatasnya pelayanan sosial.

Reaksi Politik. Peningkatan imigrasi dalam jumlah besar cenderung memicu reaksi politik. Contohnya termasuk Brexit dan kebangkitan partai sayap kanan di Eropa serta kekhawatiran mengenai imigrasi di AS yang memengaruhi peluang terpilihnya kembali Presiden Biden.

Tanggapan Politik. Selama bertahun-tahun, politisi arus utama Barat mengabaikan kekhawatiran pemilih mengenai imigrasi, sehingga banyak yang mendukung partai sayap kanan. Politisi dari sayap kiri-tengah dan kanan-tengah mulai mengambil sikap yang lebih ketat terhadap imigrasi, yang mencerminkan pergeseran ke arah moderasi dan penghormatan terhadap opini publik.

Contoh Penting:

Presiden Biden membatalkan pelonggaran aturan perbatasan sebagai respons terhadap meningkatnya migrasi.

Di Inggris, Partai Buruh mengkritik Partai Konservatif karena lemah dalam hal imigrasi.

Di UE, Partai-partai sayap kanan-tengah mengadopsi sikap imigrasi yang lebih ketat dalam pemilu baru-baru ini.

Di Yunani,  Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengambil tindakan keras terhadap migrasi, dan partainya menempati posisi pertama dalam pemilu.

Imigrasi Penting untuk mendukung penurunan populasi. Jepang dan Korea Selatan: Bergerak menuju posisi moderat dengan menerima lebih banyak imigran karena alasan ekonomi. Mereka berdua menyadari kompleksitas imigrasi yang tidak dapat dihindari. Tingkat imigrasi yang sangat tinggi dapat menimbulkan masalah politik dan ekonomi. Begitu juga dengan level yang sangat rendah.

Selanjutnya sebentar lagi di Italia dan Prancis akan mengadakan pemilu domestik pada bulan depan. Pemilu tersebut akan lebih menarik dibandingkan pemilu minggu ini, kata Matina, karena para pemilih biasanya lebih peduli pada pemerintahan mereka sendiri dibandingkan dengan Uni Eropa.

Pengalaman menjadi bermigrasi atau sebagai imigran itu tidak mudah, pertama dimulai dengan berusaha mendapatkan visa kunjungan, besar kemungkinan yang diminta adalah syarat tidak miskin dan tidak akan menjadi beban dinegara misalnya Amerika. Kedua membeli tiket yang tidak murah pada saat kurs Rupiah selalu turun kecenderungannya. Selanjutnya membawa bekal yang pasti akan habis berapapun banyaknya karena banyak pengeluaran yang tak terduga. Kedatangan dinegara tuujuan masih harus berhadapan dengan custom yang akan menginterogasi kalau bawaannya banyak seperti mau menetap. Penyesuaian dengan cepat supaya bisa cepat berdikari atau mendapatkan pekeerjaan yang seadanya, karena ijazah S1 dan S2 ataupun ijazah dokter tidak laku diperusahaan yang punya skala operasi dalam negeri. Jadi memilih pekerjaan harus yang mempunyai jaringan di Indonesia, supaya ijazah kita diakui dan dapat berguna untuk mendapatkan penghasilan yang sesuai. Visa ijin tinggal biasanya palaing lama 1 tahun dan kalau sampai habis menjadi overstay. Pada jaman dulu sebelum ada situasi politik kebencian terhadap pekerja atau imigran Aseng, diperkirakan banyak yang lolos dari polisi imigrasi. Sekarang berbeda sejak politik pribumi atau yang merasa paling pribumi mulai mencari segala macam cara untuk meraup jumlah pemilih, salah satu agendanya biasanya memusuhi imigran. Sejak politik sudah menjadi binatang jalang yang buas, maka biasanya dari imigran visa kunjungan, supaya aman diubah menjadi visa tinggal permanen,  dengan mencari bantuan advokat setempat untuk merubahnya. Semua ini harus diikhtiarkan secara pribadi tanpa ada uluran tangan bantuan kedutaan RI, yang sedang duduk manis entah apa yang dikerjakan mereka, pokoknya tidak berusaha membantu melindungi warganya walaupun sudah melapor keberadaannya. Karena ini perpanjangannya tidak tidak murah, maka dorongan menjadi warga negara setempat menjadi kuat, karena hanya bayar sekali sudah tidak akan ngurus visa lagi. Menjadi warga negara juga tidak mudah, karena harus menanggalkan paspor aseli negaranya yang sudah tidak sudi menerimanya kembali, dengan alasan tidak loyallah atau mendualah, pokoknya tidak pernah ada saling pengertian dan memaklumi seperti kehidupan di kampung yang saling memaklumi. Mengapa masih tetap ingin menjadi WNI dan masih ingin membela negara? Karena para imigran tersebut terutama generasi pertama adalah pengelana yang nekat dan berani mati. Bukankah itu merupakan warga negara yang sangat patriotik sebetulnya?. Secara rasional, mana mungkin ada orang merantau jauh diseberang lautan dengan sangat nekat, dianggap cuma mau mendaftar jadi tentara musuh yang akan memusuhi Indonesia? Mana mungkin  dan sangat mustahil, karena yang dipikir kalau sudah mapan pasti akan senang kembali mudik setiap kali seperti pada perayaan hari raya mudik Lebaran se Indonesia biasanya. Ah......repot nian kata orang Padang. Lang pulang tak tobleh tak iya, kata orang Madura

Kesimpulam, Era Migrasi memberikan analisis menyeluruh mengenai tren migrasi global, mengkaji konteks historisnya, polanya saat ini, dan dampak politiknya. Bacaan ini penting untuk memahami kompleksitas dan implikasi perpindahan penduduk internasional di dunia saat ini, dimana kita semua juga bisa ikut dalam global migrasi, karena ini adalah konsekuensi modern dari dunia yang semakin tipis batasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun