Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Age of Migration, AS: 97.07% Imigran vs 2.93% Pribumi Indian

13 Juni 2024   03:44 Diperbarui: 15 Juni 2024   03:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di UE, Partai-partai sayap kanan-tengah mengadopsi sikap imigrasi yang lebih ketat dalam pemilu baru-baru ini.

Di Yunani,  Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengambil tindakan keras terhadap migrasi, dan partainya menempati posisi pertama dalam pemilu.

Imigrasi Penting untuk mendukung penurunan populasi. Jepang dan Korea Selatan: Bergerak menuju posisi moderat dengan menerima lebih banyak imigran karena alasan ekonomi. Mereka berdua menyadari kompleksitas imigrasi yang tidak dapat dihindari. Tingkat imigrasi yang sangat tinggi dapat menimbulkan masalah politik dan ekonomi. Begitu juga dengan level yang sangat rendah.

Selanjutnya sebentar lagi di Italia dan Prancis akan mengadakan pemilu domestik pada bulan depan. Pemilu tersebut akan lebih menarik dibandingkan pemilu minggu ini, kata Matina, karena para pemilih biasanya lebih peduli pada pemerintahan mereka sendiri dibandingkan dengan Uni Eropa.

Pengalaman menjadi bermigrasi atau sebagai imigran itu tidak mudah, pertama dimulai dengan berusaha mendapatkan visa kunjungan, besar kemungkinan yang diminta adalah syarat tidak miskin dan tidak akan menjadi beban dinegara misalnya Amerika. Kedua membeli tiket yang tidak murah pada saat kurs Rupiah selalu turun kecenderungannya. Selanjutnya membawa bekal yang pasti akan habis berapapun banyaknya karena banyak pengeluaran yang tak terduga. Kedatangan dinegara tuujuan masih harus berhadapan dengan custom yang akan menginterogasi kalau bawaannya banyak seperti mau menetap. Penyesuaian dengan cepat supaya bisa cepat berdikari atau mendapatkan pekeerjaan yang seadanya, karena ijazah S1 dan S2 ataupun ijazah dokter tidak laku diperusahaan yang punya skala operasi dalam negeri. Jadi memilih pekerjaan harus yang mempunyai jaringan di Indonesia, supaya ijazah kita diakui dan dapat berguna untuk mendapatkan penghasilan yang sesuai. Visa ijin tinggal biasanya palaing lama 1 tahun dan kalau sampai habis menjadi overstay. Pada jaman dulu sebelum ada situasi politik kebencian terhadap pekerja atau imigran Aseng, diperkirakan banyak yang lolos dari polisi imigrasi. Sekarang berbeda sejak politik pribumi atau yang merasa paling pribumi mulai mencari segala macam cara untuk meraup jumlah pemilih, salah satu agendanya biasanya memusuhi imigran. Sejak politik sudah menjadi binatang jalang yang buas, maka biasanya dari imigran visa kunjungan, supaya aman diubah menjadi visa tinggal permanen,  dengan mencari bantuan advokat setempat untuk merubahnya. Semua ini harus diikhtiarkan secara pribadi tanpa ada uluran tangan bantuan kedutaan RI, yang sedang duduk manis entah apa yang dikerjakan mereka, pokoknya tidak berusaha membantu melindungi warganya walaupun sudah melapor keberadaannya. Karena ini perpanjangannya tidak tidak murah, maka dorongan menjadi warga negara setempat menjadi kuat, karena hanya bayar sekali sudah tidak akan ngurus visa lagi. Menjadi warga negara juga tidak mudah, karena harus menanggalkan paspor aseli negaranya yang sudah tidak sudi menerimanya kembali, dengan alasan tidak loyallah atau mendualah, pokoknya tidak pernah ada saling pengertian dan memaklumi seperti kehidupan di kampung yang saling memaklumi. Mengapa masih tetap ingin menjadi WNI dan masih ingin membela negara? Karena para imigran tersebut terutama generasi pertama adalah pengelana yang nekat dan berani mati. Bukankah itu merupakan warga negara yang sangat patriotik sebetulnya?. Secara rasional, mana mungkin ada orang merantau jauh diseberang lautan dengan sangat nekat, dianggap cuma mau mendaftar jadi tentara musuh yang akan memusuhi Indonesia? Mana mungkin  dan sangat mustahil, karena yang dipikir kalau sudah mapan pasti akan senang kembali mudik setiap kali seperti pada perayaan hari raya mudik Lebaran se Indonesia biasanya. Ah......repot nian kata orang Padang. Lang pulang tak tobleh tak iya, kata orang Madura

Kesimpulam, Era Migrasi memberikan analisis menyeluruh mengenai tren migrasi global, mengkaji konteks historisnya, polanya saat ini, dan dampak politiknya. Bacaan ini penting untuk memahami kompleksitas dan implikasi perpindahan penduduk internasional di dunia saat ini, dimana kita semua juga bisa ikut dalam global migrasi, karena ini adalah konsekuensi modern dari dunia yang semakin tipis batasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun