“Yahh, kematian memang tak pernah menakutkan bila kita sudah dekat dengan-Nya, karena Ia selalu menghidupkan, lagi seksi,” ujarnya menambahkan.
Aku terdiam. Di tempat Tuhan, duka lebih bersahabat dari sukacita. Wajah-wajah muram, dengan senyum yang terpotong. Aku mulai paham, betapa sulitnya menjumpai Tuhan di tempat-Nya sendiri. Ia terlalu agung untuk ditemukan pada sebuah senja yang tanggung, dengan perasaan canggung dan ragu menggantung. Ia terlampau mulia untuk dijumpai dengan jubah yang menjuntai, menyiratkan dosa yang memenuhi seluruh tubuh hingga harus ditutupi utuh. Tuhan, Ia tak mudah dijumpai, semudah menjumpai seseorang di akhir pekan.
Aku masih percaya satu hal yang lain, bahwasannya meski sulit bertemu Tuhan, namun Ia tetaplah ada. Ia ada di tempat duka-duka bergelantungan. Ia ada ketika di gerbang kami bertransaksi. Ia ada.
Ketika senja itu, aku pulang. Aku terkenang, ia pernah bilang,
“Ketika aku dalam penjara, kamu melawat Aku.”
Rutan Cipinang, 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H