Mohon tunggu...
Iwan Hafidz Zaini
Iwan Hafidz Zaini Mohon Tunggu... -

Saat ini sedang menjadi abdi negara di kementerian Agama Kab. Boyolali sebagai seorang Penyuluh Agama Islam. Selain itu menjadi pengajar di Pondok Pesantren Zumrotuttholibien Kacangan Andong Boyolali. Juga asyik jualan pulsa dan hp juga hoby jeprat-jepret alias photography. Mengkhayal adalah gerbang menuju perenungan yang membuahkan sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obrolan Kegalauan Jodoh

25 Juni 2012   13:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:33 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Sampean, siapa namanya? Lupa saya..” Tanya sang kyai kepada tamunya.

“Kholid, yai..” jawab tamu yang ternyata bernama pak Kholid.

“Oya..ya..pak Kholid penjual sayur-sayuran di pasar Mangu itu to?” lanjut kyai. Pak Kholid hanya menganggukkan kepala.

“Ada perlu apa sampean kemari?” Tanya kyai.

“Begini, yai. Saya itu lagi sumpek, kadang merasa ndak betah dirumah gara-gara istri saya sering marah-marah, ngomel padahal saya hanya melakukan kesalahan kecil. Saya sering juga meladeni kemarahan istri saya. Sebagai lelaki saya ya tidak terima dimarah-marahin terus. Kadang saya sampai akan mengucapkan kata-kata talaq kepada istri saya saking jengkelnya.. Tapi kalau ingat masa lalu, saya sungguh masih mencintainya. Tapi, kalau setiap hari bertengkar begini, saya tidak betah juga, yai..” Jelas pak Kholid dengan mimik wajah menampakkan kejengkelannya dan kegelisahannya.

Kemudian ada khodim kyai (santri yang membantu di rumah kyai) yang membawakan segelas teh hangat ke pak Kholid. Pak kyai kemudian mempersilahkan pak Kholid untuk meminum minuman yang baru saja disuguhkan. Saya pun ikut minum minuman saya yang tinggal beberapa mili sebab sudah satu jam lebih saya ngobrol dengan kyai.

“Oo, jadi itu masalahmu.. Hampir rata-rata manusia yang berumah tangga itu pasti ada cekcok, ada pertentangan yang membikin pertengkaran. Termasuk saya juga. Ha..ha..” kata sang kyai dengan tawa khasnya yang mengingatkan saya kepada almarhum mbah Surip.

Saya pun hanya tersenyum mendengar penjelasan sang kyai karena belum pernah merasakan. Kalau pacaran sih, juga ada pertengkaran. Tapi kalau rumah tangga, saya belum merasakannya.

“Kalau istri sampean sedang marah-marah, jengkel pada sampean jangan sampean ladeni dengan kata-kata juga. Jangan sampean ladeni kemarahannya dengan kemarahan. Tapi ladeni dengan ‘diam’. Diam bukan berarti takut, tapi mengalah. Sayyidina Umar ibn Khottob bila kena ‘semprot’ kemarahan sang istri beliau selalu diam. Kenapa? Ha..” Kata sang kyai sambil melirik pada saya mengisyaratkan agar saya juga tahu masalah ini agar apabila nanti dalam berumah tangga saya juga bisa mensikapi hal tersebut dengan baik.

“Sebab.. Istri kita itu sibuk mengurusi urusan rumah. Apa pekerjaan istri dirumah?” kata kyai seakan-akan memberi pertanyaan padahal yang ditanya tidak perlu menjawab.

“Tugas istri di rumah itu ya, umbah-umbah (mencuci baju), isah-isah (mencuci piring), ngedusi bocah (memandikan anak), nyapu omah, dan mlumah.. ha..ha.(maaf, artinya cari sendiri). saking banyaknya pekerjaan rumah itu, istri juga merasa jenuh, salah satu pelampiasan adalah kepada suami. Karena pelampiasan kejenuhan ya jangan diladeni.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun