Ini mungkin agak aktual bagi para Kompasianer yang masih nekad ingin jadi koruptor, atau bagi yang sedang merencanakan sebuah kejahatan, atau bahkan ingin bikin affair dengan wanita /pria idaman lain. Minimal akan ada maanfaatnya jika suatu saat nanti teknologi komunikasi berkembang terlalu cepat, sampai-sampai antar-tetangga pun bisa saling sadap-menyadap telepon. Siapa tahu kan?
MUMPUNG ada momentumnya, heboh penyadapan oleh intelejen Amerika dan Australia terhadap para petinggi Negara termasuk presiden dan beberapa pejabat penting kita, biarlah saya beberkan “rahasia intelejen” ini. Soal apakah tulisan ini akan menjadi Trending Article, Teraktual, Inspiratif, Bermanfaat, atau Menarik …. 100% sangat tergantung Anda sebagai usernya.
Saya sendiri merasa tulisan ini agak lebai, jadi anggap saja sebagai intermezzo ditengah-tengah begitu banyaknya orang galau menghadapi irasionalistas-irasionalitas politik di negeri nan gemah ripah loh jinawi ini. Baik, kita mulai.
ZAMAN MAJAPAHIT
Dunia telik sandi/intelejen/spionase sudah berkembang begitu lama –tetapi saya tidak tahu kapan itu persisnya. Sejauh yang saya tahu, kesatuan-kesatuan armada laut dan darat balatentara Majapahit sudah mengembangkan teknik-teknik intelejen plus berbagai teknik undercover para telik sandinya.
Seorang telik sandi dari pasukan Bhayangkara (Detasemen Kawal Pribadi Keluarga Raja) Majapahit di bawah komando Gajah Mada misalnya, jika hendak masuk ke wilayah tertentu –Tuban misalnya– dan berkomunikasi dengan telik sandi dari Pasukan Berkuda di bawah komando Mapanji Jaran Lejong, dia harus menguasai berbagai kata sandi yang telah disepakati secara rahasia di Markas Besar Balatentara Majapahit di bawah komando Menhan Mpu Aditya (Warman).
Sebagai contoh saja, misalnya intel pasukan Bhayangkara ditugaskan untuk menemui dan menjalin komunikasi dengan intel Pasukan Berkuda Majapahit di bawah pohon beringin (Ficus Retusa) di sebuah di tempat di Tuban, tetapi keduanya sama-sama tak saling mengenal, maka intel pasukan Bhayangkara itu akan memancing siapapun yang datang mendekatinya dengan berkata: RENDANG JENGKOL!
Jika orang yang mendekatinya menjawab kata sandi itu dengan kata sandi yang telah ditetapkan, misalnya: KOLESTEROL! Maka mudahlah tugas speionase itu. Tetapi jika si pendatang itu kebetulan pecandu rendang jengkol dan menjawab dengan dua kata: MAK NYOOS! Buntutnya mungkin bisa berkepanjangan, perang tanding, hdiup-mati.
Teknik dan trik macam ini masih digunakan sampai pada masa Kerajaan Pajang, Demak, dan Mataram, dan Perang Kemerdekaan kita. Tetapi tugas seorang telik sandi sudah semakin meluas, bukan sekadar melakukan infiltrasi tetapi juga melakukan agitasi, intimidasi, profokasi, dan bahkan demolisi.
Tapi tulisan ini tidak akan berpanjang lebar di sini, kita melompat saja ke zaman intelejen.
ZAMAN PERANG PARIT (PERANG DUNIA I)
Para eksponen intelejen berbagai negara pada era Perang Dunia I dan awal-wal menjelang Perang Dunia II sangat terilhami oleh teknik komunikasi rahasia para mafia di Sisilia, Italia, pada pertengahan abad ke-19. Pengaruh seorang Cappo di Tutti Cappi (Gembongnya para gembong/Don mafia) sangat dominan, dialah yang menciptakan komunikasi rahasia yang mereka sebut “Omerta” (bisu/diam).
Para anggota mafia dari berbagai gang/klan yang ditunjuk untuk melakukan gerakan-gerakan rahasia, diberi bekal kata-kata sandi yang aneh dalam melakukan tugasnya –terutama dalam menuliskan pesan/instruksi yang harus disampaikannya. Mereka juga dilarang bicara (selalu membisu), kecuali kepada orang yang telah ditunjuk punya hak bicara dengannya. Mereka didoktrin untuk tetap diam ketika diinterograsi dan disiksa pihak musuh.
Kata-kata sandi para Mafia itu kemudian mengilhami –dan disempurnakan dengan sedemikian rupa– pihak-pihak intelejen macam MI6 (Inggris), KGB (Uni Soviet/Rusia), CIA (Amerika), SS (Jerman) dan lain-lainnya. Lahirlah salah bentuk komunikasi rahasia yang diciptakan para praktisi dunia intelejen Jerman dengan teknik memundurkan atau memajukan satu huruf/angka dari huruf/angka yang seharusnya. Berikut contohnya…..
Teknik memundurkan satu huruf (A to Z) /angka (1-9)
kompasianer = Jnlozrhzmdq
21112013 (21 Oktober 2013) = 10001902
Teknik memajukan satu huruf/angka
Kompasiana = Lpnqbrjbob
17081945 (17 Agustus 1945) = 28192956
Biasanya mereka tuliskan kata-kata sandi macam di atas dengan menggunakan zat kimia tertentu pada kertas kosong. Orang awam tidak akan pernah menyangka bahwa kertas kosong itu ada isinya, karena tulisan/kata-kata sandinya baru muncul dan bisa dibaca ketika kertas itu direndam pada cairan tertentu, atau bahkan ketika dibakar.
Ketika teknik penulisan dan membaca ala intelejen Jerman ini berhasil dibongkar intelejen Inggris, maka teknik penulisan kata-kata sandi berikutnya menjadi semakin rumit. Ada yang mengacak huruf dan angka sedemikian rupa dengan maju atau mudur 1-3 1-3 atau 2-7 2-7, atau bahkan yang lebih ekstrim lagi.
Bayangkan, dengan teknik –dasar-dasar pengantar– memajukan atau memundurkan satu huruf/angka saja sudah rada bikin pusing kepala, terus bagaimana kalau mereka mengacaknya?
Sekarang teknik ini sudah tidak ekslusif lagi, bahkan tak lagi berguna ketika teknologi kumuninkasi, satelit dan drone mengambil perannya dalam dunia spionase modern.
Tetapi bagi masyarakat awam, masih cukup bikin penasaran. Sayangnya dalam kasus korupsinya, Angelina Sondagh dan Ahmad Fatanah belum sempat membaca artikel dasar-dasar pengantar berkomunikasi text ala intelejen ini, sehingga kata-kata sandinya dalam komunikasinya dengan pihak-pihak terkait kasus korupsi Hambalang dan Ekspor Daging Sapi gampang dipecahkan oleh para penyidik KPK.
Coba kalau Anggie kirim SMS ke Mindo Rosalina Manulang begini: Snknmf rdfdqz ehjhqhl zodk vzrghmfsnmmxz (Tolong segera dikirim apel washingtonnya). Atau Ahmad Fatanah kirim SMS ke Lutfi Hasan Ishaq begini: Qbl Vtube, Trszc dmsd rtczg ozcz ldmtmfft (Pak Ustad, fustun ente sudah pada menunggu). Sementara Mindo dan Lutfi tak perlu menjawab, karena prinsip teknik ini adalah komunikasi satu arah.
Paling tidak SMS Anggie dan Fatanah itu bisa bikin penat penyidik KPK. Keduanya juga bisa berkelit dari interograsi, berkaitan bukti-bukti SMS mereka.
“Sumpah pak KPK, waktu itu saya lagi nyimeng, jadi SMS itu asal pencet di luar kesadaran saya.” Kan bisa saja Fatanah berkelit begini.
“Betul pak KPK. Saya juga heran dan pusing sendiri, apa maksud SMS adinda Fatanah itu,” Lutfi juga bisa pura-pura pusing tujuh keliling, ketika dikonfrontir penyidik KPK.
jajajajaja udah ah …. Zmez lzt ldmbnaz?
Salam
iwan gajah di @TuhanPatih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H