Para eksponen intelejen berbagai negara pada era Perang Dunia I dan awal-wal menjelang Perang Dunia II sangat terilhami oleh teknik komunikasi rahasia para mafia di Sisilia, Italia, pada pertengahan abad ke-19. Pengaruh seorang Cappo di Tutti Cappi (Gembongnya para gembong/Don mafia) sangat dominan, dialah yang menciptakan komunikasi rahasia yang mereka sebut “Omerta” (bisu/diam).
Para anggota mafia dari berbagai gang/klan yang ditunjuk untuk melakukan gerakan-gerakan rahasia, diberi bekal kata-kata sandi yang aneh dalam melakukan tugasnya –terutama dalam menuliskan pesan/instruksi yang harus disampaikannya. Mereka juga dilarang bicara (selalu membisu), kecuali kepada orang yang telah ditunjuk punya hak bicara dengannya. Mereka didoktrin untuk tetap diam ketika diinterograsi dan disiksa pihak musuh.
Kata-kata sandi para Mafia itu kemudian mengilhami –dan disempurnakan dengan sedemikian rupa– pihak-pihak intelejen macam MI6 (Inggris), KGB (Uni Soviet/Rusia), CIA (Amerika), SS (Jerman) dan lain-lainnya. Lahirlah salah bentuk komunikasi rahasia yang diciptakan para praktisi dunia intelejen Jerman dengan teknik memundurkan atau memajukan satu huruf/angka dari huruf/angka yang seharusnya. Berikut contohnya…..
Teknik memundurkan satu huruf (A to Z) /angka (1-9)
kompasianer = Jnlozrhzmdq
21112013 (21 Oktober 2013) = 10001902
Teknik memajukan satu huruf/angka
Kompasiana = Lpnqbrjbob
17081945 (17 Agustus 1945) = 28192956
Biasanya mereka tuliskan kata-kata sandi macam di atas dengan menggunakan zat kimia tertentu pada kertas kosong. Orang awam tidak akan pernah menyangka bahwa kertas kosong itu ada isinya, karena tulisan/kata-kata sandinya baru muncul dan bisa dibaca ketika kertas itu direndam pada cairan tertentu, atau bahkan ketika dibakar.
Ketika teknik penulisan dan membaca ala intelejen Jerman ini berhasil dibongkar intelejen Inggris, maka teknik penulisan kata-kata sandi berikutnya menjadi semakin rumit. Ada yang mengacak huruf dan angka sedemikian rupa dengan maju atau mudur 1-3 1-3 atau 2-7 2-7, atau bahkan yang lebih ekstrim lagi.
Bayangkan, dengan teknik –dasar-dasar pengantar– memajukan atau memundurkan satu huruf/angka saja sudah rada bikin pusing kepala, terus bagaimana kalau mereka mengacaknya?
Sekarang teknik ini sudah tidak ekslusif lagi, bahkan tak lagi berguna ketika teknologi kumuninkasi, satelit dan drone mengambil perannya dalam dunia spionase modern.