Mohon tunggu...
Iwan Berri Prima
Iwan Berri Prima Mohon Tunggu... Penulis - Pegawai Negeri Sipil

Menulis untuk Keabadian, Membaca untuk Pengetahuan, Jadilah Manfaat untuk Semua

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengenal Destinasi Wisata Religi Pulau Penyengat

7 April 2023   11:33 Diperbarui: 7 April 2023   11:40 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, Komplek Makam Engku Putri Raja Hamidah dan Raja Ali Haji. 

Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad atau dikenal juga dengan nama pena: Raja Ali Haji adalah seorang ulama, sejarawan, dan pujangga abad 19 keturunan Bugis dan Melayu.

Ia terkenal sebagai pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa; buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar (juga disebut bahasa Melayu baku) itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia. Sehingga ia pun dijuluki sebagai Bapak Bahasa Indonesia dan pulau Penyengat pun dijuluki sebagai pulau asal muasal bahasa Indonesia.

Raja Ali Haji merupakan keturunan kedua (cucu) dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan Muda IV dari Kesultanan Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis. Namanya diabadikan menjadi Nama kampus negeri di Tanjungpinang, yakni Universitas Maritim Raja Ali Haji (Umrah). Raja Ali Haji ditetapkan sebagai pahlawan nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 089/TK/Tahun 2004 tanggal 5 November 2004.

Keempat, Komplek Makam Raja Jakfar. Raja Ja'farWafat di Daik Lingga dan dimakamkan di Pulau Penyengat. Ia juga merupakan Yang Dipertuan Muda Riau ke 6 yang memimpin dari tahun 1806- 1832.

Kelima, Komplek Makam Raja Abdurrahman. 

Raja Abdul Rahman bin Raja Jaafar merupakan Yang Dipertuan Muda Riau ke 7 yang memimpin dari tahun 1832- 1844. Dalam memimpin pemerintahannya, ia Disetujui oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk menjadi Raja Muda di Pulau Penyengat. Ia juga Wafat dan dimakamkan di Kampung Bulang Pulau Penyengat.

Selain makam-makam para raja, dipulau penyengat juga terdapat jejak sejarah lainnya yang juga patut untuk dikunjungi, diantaranya adalah Istana Kantor, Gedung Tabib, Gedung Mesiu, Gedung Engku Bilik, Benteng Pertahanan Bukit Kursi dan Balai Adat Pulau Penyengat.

Jangan khawatir, seluruh objek wisata di pulau penyengat tersebut seluruhnya gratis. Alias tidak ada pungutan. Kecuali untuk becak motor, membayar sesu. Itupun tidak ada paksaan. Kalau mau berjalan kaki keliling pulau sembari menikmati alamnya juga tidak apa-apa. kenapa tidak? Semua gratis!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun