Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pertemuan Tanpa Hasil

6 Juni 2024   14:45 Diperbarui: 6 Juni 2024   15:34 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo ilustrasi diunggah dari Pixabay.com

"Kamu mau membunuh aku?", teriak Ezi.

"Kalau iya, kamu mau apa?" jawab Riko dengan suara tak kalah keras.

"Ayo, kita teruskan di lapangan!"    

"Kamu pikir aku takut?"

Pak Lathif yang langkahnya sedikit terhalang oleh murid yang berkerumun, segera menengahi.

"Sudah, sudah. Kalian berdua ikut bapak ke Ruang BK!"  

Kejadian siang itu terbilang hebat. Peristiwa yang menjadi klimaks dari perseteruan dua siswa teman sekelas. Ezi yang masuk sebagai siswa baru di awal semester genap membawa perubahan. Sayangnya, ia tidak membawa pada perubahan yang baik. Alih-alih membawa kedamaian, ia menciptakan riak-riak kecil di air yang tenang. Ia menyalin suasana kelas yang semula tenang jadi sedikit tak terkendali.

Adalah Riko, siswa multi talenta berpenampilan rapi yang merasakan kegerahan itu. ia merasa terganggu oleh kehadiran sang murid baru. Riko sebisanya menghindari Ezi. Satu hal yang membuat semangat Ezi semakin militant untuk merongrongnya. Mengganggunya dengan kenakalan-kenakalan kecil. Namun hal itu telah cukup membangkitkan kegerahan bagi Riko.

Pernah terjadi di kelas Pak Lathif, Riko bangkit dari kursinya. Ia seperti ingin melumat Ezi hidup-hidup, mengantarnya menjemput maut. Pasalnya, Ezi yang duduk dalam posisi kursi di hadapannya sedang menderita sakit flu yang hebat. Hidungnya tak pernah kering mengeluarkan cairan. Keadaan ini membuatnya tak nyaman. Ia kerap mengelapnya dengan kertas tissue.

Sayangnya, Riko yang kadung tak menaruh rasa persahabatan pada Ezi menganggap hal itu sebagai ancaman. Ia menganggap Ezi mengintimidasi dengan kelakuaannya itu. Setiap tangan Ezi mengelap cairan yang keluar dari hidungnya, Riko anggap itu sebagai gambaran dirinya. Riko begitu tersiksa dengan sakit flu yang mendera Ezi.

Pada hari yang lain, Pak Lathif kembali menggelandang dua muridnya itu ke ruang bimbingan dan konseling. Ezi dan Riko berantem lagi. Sebabnya karena ballpen milik Riko dibongkar Ezi. Celakanya, Ezi tak tahu banyak cara merakit ballpen. Peranti menulis milik Riko itu disusun Ezi dengan serampangan. Wujudnya jadi tak karuan, per di dalamnya hilang. Ring kecil di sambungan badan ballpen juga raib. Riko mencak-mencak. Meludahi Ezi dengan bernafsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun