Semua rumah adat Nias pakai Ndriwa, yaitu penyongkong rumah ke 4 arah. Tiang-tiang berdiri di atas lempengan batu bukannya dipancangkan ke dalam tanah. Biasanya kayu tiang-tiang ini berasal dari kayu besi (bahasa Nias: Manawa).
Dengan menggunakan tiang-tiang ini menciptakan struktur yang sangat kuat, namun tetap fleksibel yang bisa menahan gempa bumi yang signifikan.Â
Karena rumah tidak dipancangkan ke tanah, itu sering ditimbang oleh batuan atau pengaturan rumit batang-batang kayu secara tegak miring di bawah rumah.
Manfaat batang-batang kayu tegak miring untuk mempertahankan rumah dari bergerak selama badai atau gempa bumi.
Sedangkan struktur rumah adat di bagian atap dengan balok vertical dan diagonal menahan atap. Biasanya tidak ada plafon bagian dalam, dan rumah dibagi menjadi dengan dinding-dinding. Barang rumah tangga dan peralatan lainnya sering disimpan di atas, di antara balok atap.
Di atap depan ada pembukaan jendela di bagian atap sebagai ventilasi. Fitur ini juga unik untuk Nias dan tidak ditemukan di rumah-rumah vernakular lainnya yang menggunakan atap daun rumbia.
Rumah adat tradisional Nias Selatan
Rumah-rumah adat tradisional di bagian selatan mempunyai bentuk persegi panjang dan sering mempunyai tambahan perluasan ke belakang.Â
Mereka dibangun saling menempel dinding ke dinding dengan rumah-rumah tetangga dan hanya terbuka di depan dan belakang. Dinding papan di sisi kiri dan kanan pada rumah ini berdiri tegak dan memikul atap.
Dalam rumah bangsawan di ruang umum di depan, persis di pertengahan, terdapat 1 atau 2 tiang yang di Gomo disebut handro mbat atau handro lawa-lawa, di Nias Selatan namanya kholo-kholo. Tiang itu selalu pakai ukiran.