Mohon tunggu...
Ivone Dwiratna
Ivone Dwiratna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang hamba TUHAN

Believe, Belajar, Bertindak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mujizat Itu Ada

29 Desember 2016   01:27 Diperbarui: 29 Desember 2016   01:44 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sahabat saya, wanita dan ibu yang istimewa. Saya mengenalnya sejak tahun 2004. Ibu yang tangguh dan gigih. Ia dulu sempat berjualan nasi bungkus keliling dengan membawa keranjang. Lalu berjualan melamin keliling – pernah juga ganti jualan pakaian, keluar masuk gang perumahan, naik pick up sambil menawarkan dagangannya dengan pengeras suara.

Tak lama setelahnya, ia jual semua asetnya untuk membeli lahan dan membangun toko pakaian yang jadi satu dengan rumahnya. Dagangannya laris manis, tokonya ramai. Tapi Allah punya rencana lain. Lumpur datang dan menenggelamkan seluruh hartanya tahun 2006 silam. Ia hanya ingat menyelamatkan anak-anaknya saja.

Habislah sudah hartanya. Lalu ia kembali harus hidup mengontrak. Jadi pedagang kaki lima lagi dan suaminya pun terpaksa harus pergi ke luar negeri untuk menjadi TKI.. Sedikit demi sedikit mereka kumpulkan modal dan menata kembali kehidupannya. Beberapa tahun kemudian, mereka dapat membuat toko lagi, meski harus penuh perjuangan dan air mata.

Dan hari itu di 27 Desember 2011, saya bertemu kembali dengannya. Saya suguhkan soft drink kesukaannya sambil mengobrol. Ingat soft drink, saya jadi ingat Nonik anaknya yang paling kecil. Satu-satunya anaknya yang cewe. Nonik hanya bisa minum air jeruk dan air putih saja sejak lahir, akibat sahabat saya gemar sekali minum soft drink saat hamil Nonik, hingga air ketubannya sangat keruh dan Nonik lahir dalam kondisi membiru. Itu saja yang saya tahu.

Tapi ada satu hal yang membuat saya terperangah..

“Nonik lahir dalam kondisi buta...” ujarnya

Saya seperti tersambar petir. Langsung speechless.. Ya Allah.. saya baru tahu... Yang saya tahu, Nonik sudah sekolah dan sekolahpun di sekolah umum. Saya juga pernah bertemu dengannya.. kondisinyapun kulihat sepertinya normal saja. Bagaimana bisa?

“Saat usianya sudah 2 bulan, saya bawa Nonik ke dokter untuk diperiksa, karena ia tidak bereaksi terhadap gerakan dan cahaya... Lalu dokter vonis anak saya buta.. Ini akibat keracunan cairan ketuban yang keruh waktu dalam kandungan...” demikian penjelasannya

Baginya saat itu, rasanya dunia mau runtuh. Dia begitu terpukul. Harta dunia tak ada artinya dibanding penglihatan Nonik yang sangat dicintainya. Bagaimanapun, ia adalah seorang Ibu...

Sahabat saya akhirnya mendatangi seorang Pendeta. Ia utarakan kesedihannya dan mohon agar ia sekeluarga didoakan. Anehnya, Pendeta ini menolak untuk mendoakan saat itu. Ia malah meminta mereka untuk akui dulu dosa-dosanya dan melakukan pemberesan atas dosa-dosa yang pernah mereka lakukan

Akhirnya, dia dan suaminya mengingat-ingat semua dosanya dan membuat daftar panjang dosanya.

“Saya suka bohong.. Saya suka bungakan uang dari orang-orang yang pinjam uang dari saya... bla..bla..bla..” begitu pengakuannya

Setelah mereka mengakui semua kesalahan dan dosa-dosanya pada Allah, mereka kembali pada Pendeta tersebut. Tapi Pendeta tersebut berkata jika ia mendapat karunia penglihatan kalau mereka belum mengungkapkan semua dosa mereka dan mohon ampun pada Allah untuk itu semua. Bingunglah mereka. Dosa yang mana lagi yang belum diungkapkan?

Akhirnya, mereka pulang lagi ke rumah. Di rumah, mereka terus memikirkan dosa apa yang belum diungkapkan. Akhirnya, hari itu juga..pukul 21.00 WIB.. mereka ingat satu hal yang tidak pernah diungkapkan. Sang suami suka colek-colekin cewek.. Hanya colak-colek saja padahal, tidak lebih. Tapi, Allah tidak berkenan.

Malam itu juga mereka langsung kembali dan menemui si Pendeta. Setelah mengakui semua dosa-dosanya dan berjanji untuk bertobat, maka barulah Pendeta tersebut mau mendoakan mereka.

Sang Pendeta doakan mereka dan berikan minyak urapan pada kedua mata Nonik

“Ibu percaya pada Allah? Allah sudah sembuhkan Nonik”

Begitu kata sang Pendeta..

Setelah didoakan, mereka pulang. Begitu di rumah, mereka berharap Nonik dapat melihat. Tapi, ternyata tidak. Nonik belum bisa melihat. Demikian pula keesokan harinya dan esoknya... dan esoknya lagi..

Pada waktu mereka membawa Nonik ke Pendeta tersebut, Nonik sudah berumur 3 bulan. Betapa cemas hati mereka. Tapi sahabat saya ini sangat percaya akan pertolongan Allah. Jadi, ia hanya mencari second opinion dan upaya medis saja. Selebihnya hanya berdoa, memohon pertolongan dan karunia kesembuhan dari Allah.

Hari-haripun berlalu. Sudah hampir satu bulan berlalu sejak didoakan Pendeta tersebut dan mereka melaluinya tanpa ada perubahan sedikitpun pada penglihatan Nonik. Hingga akhirnya 3 hari sebelum genap sebulan setelah didoakan Pendeta, ada KKR. Lalu mereka mengikuti KKR tersebut. Saat KKR, mereka dipanggil oleh Pendeta yang melayani di KKR tersebut, untuk didoakan. Padahal mereka tidak kenal dan tidak bercerita sedikitpun mengenai permasalahan yang sedang dihadapi.

Setelah mereka pulang, lagi-lagi dengan harap-harap cemas mereka mengamati kondisi Nonik. Mencoba melihat apakah penglihatan Nonik sudah dipulihkan. Ternyata sama saja. Tidak ada perubahan sedikitpun pada penglihatan Nonik. Tapi mereka tetap percaya bahwa hanya Allah yang bisa sembuhkan..

Saat itu, 1 bulan tepat.. Sebulan setelah Pendeta yang pernah meminta mereka untuk mengaku dosa dulu dan bertobat pada Allah, mendoakan dan mengoleskan minyak urapan ke mata Nonik. Tiba-tiba, Nonik yang ada dalam gendongan sahabat saya menunjuk-nunjuk lapangan di depan rumah mereka.

Puji Tuhan! Nonik bisa melihat! Ia melihat kambing yang sedang merumput di lapangan dan ia ingin melihatnya lebih dekat. Allah Maha Besar!

Nonik pun dibawa lagi ke dokter untuk diperiksakan. Alangkah terkejutnya dokter begitu tahu Nonik kini bisa melihat.

“Di bawa ke dokter mana, Bu?” tanya dokter dengan takjub

“Saya hanya berdoa. Saya percaya Allah akan menolong Nonik...” jawab sahabat saya

“Anak Ibu bisa melihat. Penglihatannya normal...” kata dokter

Puji Tuhan.. Sahabat saya dan keluarganya sangat bahagia. Sejak saat itu ia betul-betul bertobat. Ia tidak lagi membungakan uangnya. Ia menyesal... Ternyata makan bunga dari pinjaman uang yang ia berikan, apalagi pada orang yang sedang susah itu berakibat tidak baik. Ternyata anak keturunan juga ikut menanggung dosa orang tuanya. Bahkan dari colak-colek cewe yang mereka anggap tidak begitu masalahpun, ternyata sudah dilaknat Allah. Dan sedihnya, lagi-lagi anak dan keturunan yang harus menanggung.

Saya tercenung. Kutuk dan dosa. Bisa dipatahkan dengan iman, percaya, bertobat dan berdoa hanya pada Allah. Dan harus dengan ketulusan hati. Cinta ibu ini menguatkan dan memurnikan semua tujuan. Dia fokus pada Allah, mau sungguh-sungguh bertobat dan berubah. Sungguh, suatu pelajaran untuk saya...

Daftar dosa saya begitu panjang dan saya masih malu menutupinya, bahkan pada Allah sekalipun. Saya masih sombong dan berpura-pura bersih. Saya masih belum mampu bertobat dan melepaskan diri dari dosa. Ya Allah, ampunilah saya

Mujizat itu ada, asal kita percaya, berusaha, penuh iman dan sungguh-sungguh hanya bersandar pada Allah. Untuk semua sahabat yang sedang berbeban berat, bersabarlah.. tetap tekun dan yakin akan pertolongan Allah. Ia punya rencana....

Percayalah, MUJIZAT ITU ADA. Amin...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun