Hubungan Muslim Nusantara dan Timur Tengah
Hubungan antara Muslim Nusantara dengan dunia Islam di Timur Tengah dan China telah terjalin sejak abad-abad awal Islam. Dalam berbagai karyanya, termasuk kajian mendalam Azyumardi Azra, hubungan ini dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam perkembangan Islam di kawasan Asia Tenggara. Azra memaparkan bahwa interaksi ini tidak hanya terkait dengan aspek keagamaan, tetapi juga melibatkan dimensi sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
•Jalur Perdagangan Sebagai Medium Awal
Hubungan Muslim Nusantara dengan Timur Tengah dan China pada awalnya terjalin melalui jalur perdagangan. Jalur sutra maritim yang menghubungkan Timur Tengah, Asia Selatan, Nusantara, dan China menjadi sarana penting bagi perpindahan barang, manusia, dan ideologi. Para pedagang Arab dan Persia sering singgah di pelabuhan-pelabuhan Nusantara seperti Barus, Aceh, dan Malaka sebelum melanjutkan perjalanan ke China.
Di sinilah terjadi proses transmisi budaya dan agama. Pedagang Muslim membawa ajaran Islam ke Nusantara, sementara interaksi dengan masyarakat lokal menciptakan akulturasi budaya yang khas. Menurut Azra, faktor ekonomi menjadi pendorong utama dalam penyebaran awal Islam, tetapi pengaruh keagamaan semakin mendalam seiring waktu.
•Peran Timur Tengah dalam Islamisasi Nusantara
Azyumardi Azra menyoroti pentingnya hubungan dengan Timur Tengah, terutama sejak abad ke-13, ketika Islam mulai berkembang pesat di Nusantara. Ulama-ulama dari Timur Tengah memainkan peran penting dalam mentransfer ilmu pengetahuan Islam, seperti tafsir, hadis, dan fikih. Proses ini banyak berlangsung melalui keberadaan lembaga pendidikan Islam tradisional di Timur Tengah, seperti di Makkah dan Madinah, yang menjadi tujuan para pelajar dari Nusantara.
Azra mengidentifikasi peran para sufi dan tarekat dalam proses Islamisasi ini. Tarekat seperti Qadiriyah, Syattariyah, dan Naqsyabandiyah diperkenalkan oleh ulama Timur Tengah dan memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter Islam di Nusantara. Selain itu, perjalanan haji juga menjadi sarana penting dalam mempererat hubungan keagamaan antara kedua wilayah.
•Pengaruh China dalam Islamisasi Nusantara
China juga memiliki peran penting dalam perkembangan Islam di Nusantara. Menurut Azra, komunitas Muslim di China, khususnya dari etnis Hui, telah terlibat dalam jaringan perdagangan dengan Nusantara sejak abad ke-7. Beberapa bukti sejarah menunjukkan bahwa pedagang Muslim China membawa ajaran Islam ke wilayah seperti Sumatera dan Jawa.
Peran Laksamana Cheng Ho (Zheng He) sering kali disebut sebagai salah satu faktor utama dalam hubungan ini. Sebagai seorang Muslim, Cheng Ho memimpin ekspedisi besar ke Nusantara pada abad ke-15 atas perintah Dinasti Ming. Kehadirannya di Nusantara tidak hanya memperkuat hubungan dagang tetapi juga menyebarkan nilai-nilai Islam di wilayah tersebut.
•Dinamika Hubungan Trilateralis
Azyumardi Azra menyebutkan bahwa hubungan antara Muslim Nusantara, Timur Tengah, dan China tidak bersifat satu arah melainkan merupakan dinamika trilateral. Nusantara tidak hanya menjadi penerima pengaruh tetapi juga berperan sebagai penghubung antara dua wilayah besar tersebut.
Sebagai contoh, tradisi intelektual Islam yang berkembang di Nusantara, seperti penulisan kitab-kitab keagamaan, turut memengaruhi wacana Islam di Asia Tenggara dan bahkan mencapai dunia Islam yang lebih luas. Para ulama Nusantara, seperti Nuruddin ar-Raniri dan Syekh Yusuf al-Makassari, memainkan peran signifikan dalam jaringan intelektual Islam global.
Benua Ruhum (Benua Rum)
Benua Ruhum sendiri secara harfiah merujuk pada “Benua Roma” atau wilayah Turki Utsmani sebagai pemegang hegemoni kekuasaan wilayah Barat. Istilah ini disebut di dalam sebuah tambo (riwayat pseudo historis lokal) asal Minangkabau yang mengungkapkan Alam Minangkabau tercipta dari “Nur Muhammad” bersamaan dengan dengan alam lainnya , yakni masing – masing “Benua Ruhum” yaitu Turki Utsmani sebagai penguasa wilayah Barat dan “Benua Cina” yang menguasai wilayah Timur. Konsepsi pemahaman tentang penciptaan ini menurut Alam Minangkabau dipengaruhi oleh teori emanasi dalam filsafat Islam dan tasawuf karena pengaruh dari kalangan kaum sufi yang lebih berperan menyebarkan agama Islam pada saat itu. Menurut keterangan Marsden , penguasa Minangkabau yang menyebut dirinya sebagai “Allour Allum Maharaja Diraja” , dipercaya merupakan adik laki – laki Sultan Ruhum atau Rum yang bergelar Maharaja Alief. Jadi , masyarakat Minangkabau percaya bahwa ada penguasa muslim pertama mereka adalah keturunan dari khalifah Rum (Utsmani) yang ditugaskan untuk menjadi Syarif di wilayah tersebut.
Adapun keterangan pada historiografi Melayu lainnya yaitu “Hikayat Merong Mahawangsa” meriwayatkan cerita tentang persahabatan Raja Rum dengan Merong Mahawangsa. Lalu , ada cerita hikayat Melayu lain yang mempercayai putra Raja Rum sebagai nenek moyang rakyat Gayo di sebelah barat daya Sumatera.
Bagaimana orang Nusantara bisa mengetahui keberadaan wilayah Rum? Dipercaya mereka mengetahui informasi tentang Rum dari literatur Arab dan Persia atau bisa jadi dari tradisi yang mereka terima dari bangsa Arab dan Persia yang ada di Nusantara. Jauh sebelum kebangkitan Dinasti Utsmani , literatur Persia dan Turki menyebut nama Rum ke arah Kekaisaran Byzantium atau lebih tepatnya kepada Kerajaan Romawi. Namun , saat Dinasti Utsmani bangkit hingga merebut kota Konstantinopel , istilah Rum menjadi ke arah Dinasti Turki Utsmani seperti yang dituturkan oleh Gibb dan Bowen.
Sekitar paruh kedua pada abad ke – 15 masehi , kerajaan Nusantara mulai menyebut “Raja Rum” ke arah Sultan Utsmani pada saat hubungan politik dan diplomatik antara Dinasti Utsmani dan Kerajaan Islam di Nusantara mulai terbina dan terjalin dengan baik.
Makkah – Madinah : Dua Kota Suci Umat Islam
Makkah dan Madinah adalah dua kota paling suci dalam ajaran Islam. Keduanya tidak hanya menjadi pusat spiritual bagi umat Muslim di seluruh dunia, tetapi juga memiliki peran penting dalam sejarah penyebaran Islam, budaya, dan peradaban umat Muslim. Berikut adalah ulasan mengenai Makkah dan Madinah, termasuk sejarah, keutamaan, dan perannya dalam kehidupan umat Islam.
•Makkah : Kota Kelahiran Islam
Makkah adalah tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW dan lokasi diturunkannya wahyu pertama. Kota ini menjadi pusat peribadatan utama umat Islam dengan keberadaan Masjidil Haram dan Ka’bah di dalamnya.
•Keutamaan Makkah :
1.Ka’bah : Ka’bah, yang juga disebut sebagai Baitullah (Rumah Allah), merupakan kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia saat melaksanakan shalat. Bangunan ini pertama kali didirikan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.
2.Masjidil Haram : Masjidil Haram adalah masjid terbesar di dunia dan menjadi tempat pelaksanaan ibadah haji serta umrah. Thawaf (mengelilingi Ka’bah) dan sa’i (berlari kecil antara Safa dan Marwah) adalah bagian dari ritual penting dalam ibadah ini.
3.Haji dan Umrah : Setiap tahun, jutaan umat Muslim dari seluruh dunia datang ke Makkah untuk melaksanakan ibadah haji, yang merupakan rukun Islam kelima, serta umrah, yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun.
•Sejarah Makkah
Makkah sudah menjadi kota penting sebelum datangnya Islam karena letaknya strategis di jalur perdagangan. Namun, peran spiritualnya meningkat setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dan mendakwahkan Islam. Pada tahun 8 Hijriah, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya berhasil membebaskan Makkah dari kaum musyrik Quraisy dalam peristiwa Fathu Makkah, menjadikan kota ini pusat peribadatan Islam hingga sekarang.
•Madinah : Kota Rasulullah
Madinah, yang sebelumnya dikenal sebagai Yatsrib, menjadi kota yang sangat bersejarah dalam Islam. Setelah hijrah dari Makkah, Nabi Muhammad SAW menjadikan Madinah sebagai pusat dakwah, pemerintahan, dan pembentukan masyarakat Islam.
•Keutamaan madinah :
1.Masjid Nabawai ; Masjid Nabawi adalah salah satu masjid terpenting dalam Islam. Di dalamnya terdapat makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar RA, dan Umar bin Khattab RA. Masjid ini juga dikenal karena keberadaan Raudhah, area yang dianggap sebagai salah satu taman surga.
2.Kehidupan di Madinah : Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa Madinah adalah kota yang diberkahi. Umat Islam percaya bahwa orang yang meninggal di Madinah akan mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW pada hari kiamat.
3.Hijrah : Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M menjadi titik awal kalender Hijriah. Di Madinah, Nabi mendirikan Piagam Madinah, sebuah konstitusi yang mengatur kehidupan masyarakat multietnis dan multiagama dengan prinsip keadilan dan toleransi.
•Sejarah Madinah
Madinah menjadi pusat kekhalifahan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan empat khalifah pertama. Kota ini juga menjadi saksi banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq.
Hubungan Makkah dan Madinah dalam Islam
Makkah dan Madinah memiliki hubungan erat dalam kehidupan umat Islam. Keduanya menjadi pusat ibadah, ilmu pengetahuan, dan peradaban Islam. Banyak umat Muslim yang mengunjungi kedua kota ini dalam satu perjalanan, yaitu haji atau umrah, untuk merasakan keberkahan dari kedua kota suci tersebut.
Keduanya juga memiliki nilai spiritual yang tinggi. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa shalat di Masjidil Haram di Makkah bernilai 100.000 kali lipat dibandingkan shalat di masjid lainnya, sementara shalat di Masjid Nabawi di Madinah bernilai 1.000 kali lipat.
Sumber : Azyumardi Azra , “Jaringan Ulama Timur Tengah & Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H