Adji Candra adalah seorang rohaniawan konghucu sekaligus pembina perkumpulan liong dan barongsai tripusaka surakarta.
Pada tahun 1998 pemerintahan Orde baru harus turun dan digantikan dengan pemerintahan Orde reformsi maka masyarakat meminta untuk mengembalikan segala yang tidak adil untuk dikembalikan pada posais semula. Termasuk kesenian barongsai yang pada saat masa Orde Baru dianggap menjadi sesuatu yang terlarang. Dengan bergulir nya era orde baru ke era reformasi maka perkumpulan barongsai dan Liong tripusaka mencoba bangkit untuk melestarikan barongsai dan liong. Tripusaka juga memiliki perguruan wushu sejak tahun 1998. Pada 5 febuari 1999 diadakan perayaan imlek bersama yang berlokasi di Sriwedari. 3 klenteng di solo yaitu klenteng pasar gede, klenteng coyudan ,dan klenteng jagalan bersama sama mengeluarkan barongsai dan liong lalu berjalan ke Sriwedari. Maka dari itu 5 febuari 1999 menjadi tangal berdirinya perkumpulan barongsai dan liong di kota Surakarta.
Tripusaka bernaung dibawah majelis agama konghucu Surakarta, dan yayasan Tripusaka Haiti institution pendidikan yang memiliki sekolah dari tk Sampaio sma.
Pemain tripusaka sekitar 70 orang yang anggotanya 95% orang jawa dan dari berbagai penganut agama yang beragam. maka tidak benar jika pemain/peminat barongsai hanya kalangan orang tionghoa saja.
2. Faktor Pendorong Dalam Pelestarian Budaya Barongsai Dan Liong
Adji Candra selaku pembina tripuska ingin melestarikan budaya baronsai dan Liong dengan mengikuti perkembangan zaman. Jika dulu masyarakat Hanya dapat menyaksikan pementasan barongsai dan Liong pada saat ritual keagamaan di klenteng, sekarang barongsai hadir menjadi hiburan masyarakat. Tripusaka menjadi pelopor pertama pementasan tradisi barongsai dan liong.
Berdirinya tripusaka dengan mengembangkan 3 misi, yaitu :
- Misi religi/keagamaan
Barongsai dan liong tidak bisa terpisah dari upacara persembahyangan konghucu.
2. Misi olahraga
Barongsai setiap taun di peelombakan baik tingkat nasional, provinsi bahkan internasional.
3. Misi Entertaiment/pementasan
Dengan adanya pementasan pihak tripusaka mendapatkan dana untuk menunjang inventaris dan penunjang berjalannya pementasan.
Menurut Adji Candra Tripusaka sebagai pelopor barongsai dan liong pertama di surakarta kini mencapai prestasi 3 atau 5 besar di dunia nasional dan memiliki lebih dari 100 piala penghargaan yang di dapat dari tahun 1999 hingga 2024.
3,Faktor Penghambat Dalam Pelestarian Budaya Barongsai Dan Liong
Dikatakan bahwa tradisi barongsai berasal dari tiongkok dimana seharusnya pemainnya adalah anak anak keturunan tionghoa. Tetapi pemain barongsai di tripusaka hanya memiliki 5% dari 70 pemain yang keturunan tionghoa, dan sisa nya masyarakat dari jawa. Maka pihak tripusaka menyatakan bahwa ini sebuah hambatan.
“Selain itu adapun hambatan yaitu perihal cuaca. pada saat musim hujan pemain kami akan kesulitan dalam berlatih karena tempat latihan hanyalah di lapangan tempat ibadah. maka jika musim hujan biasanya pihak kami (tripusaka) akan menyewa gor olahraga sebagai tempat latihan.” Ucap Adji Candra
4. Pembahasan Brongsai Dan Liong
Barongsai adalah kesenian tarian singa dari negri cina yang biasa disebut wushi.
Asal kata barongsai yaitu dari campuran bahasa jawa dan bahasa tionghoa yang berarti singa. Tarian ini disebut dengan tarian singa atau wushu karena dalam pementasan yang di tunjukan/yang di lombakan adalah kelincahan, keindahan dan kewibawaan dari binatang singa. Singa yang digunakan dalam tarian barongsai bukanlah singa biasa, melainkan singa yang ditunggangi dewa dewa. Maka dari itu pada acara tertentu pementasan barongsai akan membawa berkah bagi yang ikut menyaksikan pementasan barongsai.
Selanjutnya Adji Candra juga menambahkan apa itu makna barongsai dan liong, sebagai berikut :
Makna barongsai
“Seperti yang kita tau singa biasa disebut raja buru, sekali berburu maka dia pasti mendapatkan mangsanya. Maka semangat berburu dari singa dijadikan patokan semangat orang orang tionghoa dalam bekerja, bermasyarakat dan lainnya.”
Makna Liong
“Liong adalah ular naga yang memiliki 4 kaki, liong dapat terbang, dapat berjalan di tanah, dan dapat hidup di air. Liong adalah simbol bahwa manusia harus dapat beradaptasi dengan lingkungan. Liong juga berperan sebagai naga tunggangan dewi kwan im (dewi welas asih) sama seperti barongsai, liong jika turun ke bumi dipercaya membawa berkah bagi manusia.”
Makna Barongsai Dan Liong Menurut Filsafat Agama Konghucu
“Dalam filsafat agama konghucu liong melambangkan unsur positif/langit sedangkan barongsai melambangkan unsur negatif/bumi. Maka jika ditampilkan bersama keduanya mengandung makna bagaimana manusia bisa harmonis antara kehidupan lahir dan batin nya.” Ucap Adji Candra
Saat ini barongsai sudah menjadi budaya indonesia dan diakui sebagai salah satu cabang olahraga di KOMI (komite olahraga nasional indonesia). Barongsai sudah dipertandingkan di pekan olahraga dari 2004 yang lalu.
” Karena Indonesia dikenal sebagai negara yang beraneka ragam, baik dari ras, suku, bahasa, agama, tradisi, begitu juga budaya. Tetapi hanya 1 yang harus kita utamakan, yaitu kita adalah bangsa indonesia yang menghargai keberagaman, yang dapat menerapkan toleransi dan menghargai kebersamaan. Maka dengan adanya tripusaka yang menyajikan pementasan barongsai untuk masyarakat, masyarakat mampu memetik hal positif dari budaya barongsai.” Kata penutup dari Adji Candra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H