Mohon tunggu...
Muhammad Ivan
Muhammad Ivan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS di Kemenko PMK

Sebagai abdi negara, menulis menjadi aktivitas yang membantu saya menajamkan analisa kebijakan publik. Saya bukan penulis, saya hanya berusaha menyebarkan perspektif saya tentang sesuatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Argumentasi Penuh Arti Bagai Pinalti dengan 10 Penjaga Gawang

2 Desember 2009   10:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:06 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia


h.  Tangan keringatan.


  1. Gelisah.
  2. Penglihatan jadi kabur.


k.  Blank. (pendapat saya)

Konklusi:

Argumentasi yang penuh arti tidak selalu diterima dan disikapi secara positif. Dalam posisi seperti ini, Anda diharapkan menjauhi sikap merasa lebih tinggi dari orang lain. Ketegasan, tidak perlu keras. Begitu pula dengan keberanian, tidak perlu dengan menantang audiens, bahwa argumentasi Anda benar.

Pernahkah Anda menyaksikan gagasan Anda ditertawai dan dilecehkan bukan dengan kata-kata, tapi dengan bahasa tubuh. Lebih baik mana, diterima dengan penuh keikhlasan atau paksaan.

Bahasa tubuh adalah bahasa dari mata kita, gerak-gerik kita, postur kita, dan ekspresi wajah kita. Bahsa tubuh bias mengubah arti dari kata-kata. Seseorang bisa berkata “Jimmy, kamu telah bekerja dengan baik.” Tapi bahasa tubuhnya –cara tersenyum, cara menggunakan tangan dan matanya— akan memberi tahu Anda apakah ia benar-benar tulus dengan mengucapkan kata-katanya, malah ia justru jangan-jangan sedang menyindir.

Saya menyimpulkan bahwa orang BODOH yang peka masih lebih baik daripada orang yang PINTAR tapi tidak peka. Tentu kita tidak ingin keduanya bersemayam pada diri kita. Kita ingin bukan menjadi yang terpintar, tapi terdidik. Kita tidak ingin menjadi yang super-peka, tapi kita tak melakukan apa-apa. Anda pilih!!!

Lalu bagaimana Anda memiliki POWER untuk berargumentasi dengan lawan Anda:


  1. Apakah ia memiliki sumber yang sama terhadap “isi” presentasi Anda. Kalau sama, Anda harus lebih menguasai 20 kali dibandingkan lawan bicara Anda.
  2. Anda harus peka terhadap pertanyaan juri dengan jawaban yang menukik atau TO THE POINT, jangan bertele-tele.
  3. KENALILAH LAWAN BICARA ANDA. Apa latar belakangnya, apakah ia juga menguasai presentasi kita, dan lain sebagainya.
  4. Belajarlah mengenali mana saran, mana kritik, dan mana gugatan atau tanggapan. “Mereka” semua bisa ditanggapi, tentunya dengan jawaban dan cara penyampaian yang memuaskan. Dapat diterima akal sehat, humor, dan tidak menggurui. Ingat, hadapi kritik sepedas apapun dengan senyuman, dengan perasaan MEMAAFKAN setulus mungkin, karena kita dewasa dan terbangun dari kritik.
  5. Hindari yang namanya SIKAP ngotot, karena akan merugikan forum. Perbedaan adalah anugrah. Lalu, bagaimana mensikapi orang-orang yang memiliki pertanyaan yang sebenarnya hanya untuk MENGETES kita? Hadapi saja, anggap seolah-olah ia tidak tahu APA-APA.
  6. TAATI ATURAN MAIN (non verbal) dan BAHASA TUBUH.
  7. Berlatihlah dan berikan pesan-pesan UTAMA dalam presentasi.
  8. Percaya diri datang dari kesiapan dan kesungguhan kita. Ingat, tidak PD dapat menganggu anatomi komunikasi. Ia bagai penyakit yang dapat merusak penguasaan “isi” presentasi.
  9. Jadilah komunikator, membuat sesuatu menjadi lebih mudah dicerna oleh pikiran. Misalkan dengan perumpamaan.
  10. Jangan anggap kekurangan Anda membuat Anda tidak dapat berkomunikasi. Larry King, retorik terkenal dan penyiar radio ternama di Amerika pada awalnya belajar berkomunikasi dengan hewan. Dia menganggap hewan itu berbicara padanya. Jadikanlah kekurangan Anda sebagai kekuatan. Karena memang tidak ada yang sempurna di dunia, kecuali kekurangan yang sebenarnya kita buat dari KETAKUTAN kita sendiri.


Begitulah menurut saya presentasi yang penuh arti bagai pinalti dengan 10 Penjaga Gawang. Dapatkah Bola (gagasan) Anda menjadi Gol. TENTU jawabannya ANDA HARUS MENGUASAI 10 POWER (penjaga gawang) agar Bola dapat Masuk dalam Jala Gawang (komunikan atau audiens).

SELAMAT Berkomunikasi dan Semoga Berarti!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun