Mohon tunggu...
Muhammad Ivan
Muhammad Ivan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS di Kemenko PMK

Sebagai abdi negara, menulis menjadi aktivitas yang membantu saya menajamkan analisa kebijakan publik. Saya bukan penulis, saya hanya berusaha menyebarkan perspektif saya tentang sesuatu hal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Argumentasi Penuh Arti Bagai Pinalti dengan 10 Penjaga Gawang

2 Desember 2009   10:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:06 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(John Charles Salak)

Anda tahu bahwa di Amerika Serikat “berbicara di depan umum” merupakan perasaan paling menakutkan. Yang berikutnya, orang Amerika takut akan ketinggian, serangga, masalah keuangan, kesendirian, dan lain sebagainya.

Ketika masih kanak-kanak, daya bicara kita begitu kuat, menyentil, dan penuh keluguan. Kita berbicara apa adanya, apa yang ada di kepala dan apa yang kita rasa. Waktu kanak-kanak pun berhenti, kita dihadapkan pada dunia yang lebih abstrak. Kehidupan kita mulai ditentukan dari bagaimana lingkungan membentuk kita, mulai dari orang tua, keluarga besar, teman-teman sepermainan, teman di sekolah, guru, dan lingkungan masyarakat. Termasuk cara Anda berbicara juga akan menentukan kelas sosial Anda, apakah dari kalangan terdidik, pelaku hidup bebas (hippies), dan lain sebagainya.

Tak dapat dipungkiri bahwa Anda adalah bagian dari “produk” lingkungan yang sedari kecil sampai sekarang Anda lewati. Atau kasarnya, cara Anda bertahan dan menyerang ditentukan pula dari cara orang-orang memberi komentar terhadap tindak-tanduk Anda.

Ketika Anda diberi komentar negatif, maka Anda akan menjadi orang minder, namun ketika Anda diberi komentar positif, Anda merasa bahwa Anda merasa paling benar. Disinilah proporsionalitas sangat diperlukan. Aa Gym mengatakan bahwa orang yang merasa dirinya kurang akan minder dan orang yang merasa dirinya kelebihan, menjadi sombong.

Kita sering keliru dan terlalu sempit mengartikan orang yang terdidik adalah yang memajang gelar di sepanjang namanya. Orang yang terdidik adalah sikap dan perilakunya selalu berfondasi pada moral dan etika. Begitulah seharusnya mahasiswa memperlakukan dirinya sebagai yang terdidik perilakunya, bukan hanya fikirnya, termasuk gaya berbicaranya.

Gaya berbicara dengan orang tua, teman, dan publik adalah berbeda-beda. Masing-masing memiliki standar yang tak dapat digeneralisikan. Oleh karena itu, gaya berbicara ditentukan sejauh mana Anda memahami arti pentingnya komunikasi.

Laporan Lamelle terhadap para Top Ekskutif tahun 1990 bahwa 71 persen kesuksesan ditentukan dari kepandaian manajer dalam berkomunikasi. Yang kedua baru kecerdasan.

Orang yang cerdas, namun tak dapat mengungkapkan pikirannya dengan baik akan diragukan, tetapi orang yang pikirannya biasa-biasanya saja, namun pandai berkomunikasi akan lebih dipercaya. Menjadi yang terpercaya atau tidak, sekali lagi, itu menjadi persoalan yang berbeda. Karena rujukan fakta atau data yang kita miliki bukanlah kemutlakan, artinya dapat ditanggap dan digugat.

Untuk itu, gaya berbicara sehebat apapun—agar dapat dipercaya— akan ditentukan dengan bagaimana kita menanggapi gugatan dan tanggapan dari orang yang sangat memperhatikan apa yang sedang kita bicarakan.

Situasi itu pasti pernah kita alami dan kita sangat jengkel apabila ada orang yang berbeda pendapat dengan kita. Apalagi ia memaparkan data dan fakta, pengalaman, dan perumpamaan-perumpaan yang lebih sangat abstrak. Oleh karenanya, kita sebagai orang yang akan berbicara harus memperhatikan dengan lebih jeli terhadap apa yang akan kita bicarakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun