Apa yang saya maksud adalah bagaimana kita dapat memuaskan orang yang bertanya, mengajak kita berdebat, dan tidak berakhir dengan kebuntuan. Tentu saja hal itu membuat kita tidak dapat tidur nyenyak. Karena sering kali, apa yang kita telah pikirkan dan jawaban-jawaban yang sudah kita rencanakan akan begini ternyata berakhir begitu. Ini sangat sering terjadi, terutama bagi mereka yang baru memulai presentasi di hadapan dosen penguji.
Ada beberapa contoh mengapa kita tak pernah dapat memuaskan pertanyaan dari orang yang menggugat kita:
- Sesuatu pertanyaan yang berawal dari niat untuk menanamkan nilai-nilai ideologis akan resisten terhadap perubahan, sehingga cenderung lawan bicara selalu menolak gagasan-gagasan baru.
- Kita harus membedakan dengan jeli mana yang masalah, mana yang bukan masalah. Artinya rabun terhadap masalah yang sedang kita bicarakan dapat menimbulkan jutaan persepsi. Untuk itu, kita tidak cukup hanya mengenal atau mencari masalah, namun memahami masalah, karena memahami masalah sudah menjawab 80 persen dari masalah.
- Orang yang sangat terbawa perasaan akan sangat sulit membedakan mana yang logis dan mana yang tidak logis. Berikut saya contohkan presentasi yang sangat terbawa perasaan. “Saya berharap gagasan saya diterima, karena orang miskin sudah sebegitu banyaknya. Saya menulis ini karena saya pernah mengalaminya. Mungkin Anda juga pernah. Saya berdiri di sini dengan pikiran dan tenaga yang sudah terkuras hampir berminggu-minggu. Saya mohon maaf. Mohon maaf. Dan terima kasih…” Mungkin kita harus ingat kata-kata bijak dari RW Emerson “Tak ada penerimaan yang hebat tanpa semangat.” Namun Aristoteles juga berpesan pada kita bahwa bersikap logos (logis), pathos (perasaan), dan ethos (karakter).
Dilema berikutnya, mengapa gugat atau tanggapan terjadi? Itu terjadi pada saat presentasi Anda benar-benar kaku, tidak berkarakter, dan tanpa semangat. Percayalah, audiens akan mengkritik sikap Anda daripada isi dari presentasi Anda. Ada berbagai macam penyakit dalam public speaking yakni laliophobia (rasa takut pada saat berbicara), demophobia (rasa takut di hadapan banyak orang), dan katagelophobia (rasa takut akan jadi bahan tertawaan YANG MENYEBABKAN SIKAP ANDA LEBIH DIGUGAT daripada ISI PRESENTASI ANDA.
Dampak-dampaknya adalah:
- Miskin kesan.
- Tidak objektif.
- Membodohi, kering, dan membosankan.
- Membeku dalam satu kecepatan (monoton).
- Lemah kontak mata.
- Miskin dalam mengemukakan eskpresi.
- Tidak ada humor.
- Miskin persiapan.
- Tidak melibatkan audiens.
Tidak bersemangat.
10. Tanpa audio visual.
11. Penutupan yang lemah.
Mari kita lihat gejala-gejalanya:
- Berbicara terlalu cepat.
- Sesak nafas.
- Otot-otot yang terkena
pengaruh adalah:
- Suara.
b. Lutut.
- Tangan
d. Mulut kering.
e. Kaki dan tangan dingin.
- Mata membesar.
- Gemetar.