Mohon tunggu...
Ivan Alidjaja
Ivan Alidjaja Mohon Tunggu... -

Bandung, Jakarta, Helsinki

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kalau Saya Pemilik 'Perusahaan'...

15 Maret 2016   14:41 Diperbarui: 15 Maret 2016   15:25 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Perusahaan' B adalah  'perusahaan' yang besar dan didukung keuangan dan sumber daya yang kuat, yg tujuan utamanya adalah menghasilkan produk yang baik. Dengan kata lain, 'perusahaan' besar itu pastinya mempunyai tim quality control yang bagus, sehingga produk berkualitas bagus dan dapat diterima pasar.

Namun, sayangnya, antara tujuan (cita-cita) perusahaan dan kenyataan yang di lapangan, itu ternyata cukup berbeda:

Ketika 'perusahaan B' menciptakan Produk B dan dilempar ke pasar, konsumen menemukan bahwa ada produk B yang bagus baik kemasan maupun  isinya namun tidak sedikit yang cacat produksi. Ada juga yang kemasannya bagus, tapi pas dibuka bungkusnya, isinya sudah expired. Di masa lalu, produk yang cacat produksi, masih bisa diterima (dimaklumi) karena yah...memang cuma itu yang tersedia. Tetapi konsumen sudah semakin kritis, di jaman produk bertebaran dan kompetisi antar produk itu ibaratnya lebih serem dari arena UFC atau Liga Inggris, konsumen punya posisi tawar yang lebih dalam memilih sebuah produk. 

Di dunia industri, kalau ditemukan produk yang cacat, maka itu biasanya suka menjadi 'berita' - padahal, mungkin saja produk itu adalah 1 dari 10 juta produk. Nah, bayangkan jika lebih dari satu produk yang cacat, atau bayangkan jika ternyata yang cacat itu lebih dari 10%, 20% atau 30%. Apa yang bakal terjadi? Yang pasti bakal terjadi kehebohan di tingkat konsumen. Konsumen akan 'memukul rata' bahwa seluruh produk itu cacat  (walaupun hanya 30% saja yg cacat, misalnya). 

Di jaman sekarang, jangankan 10% produk cacat, di bawah 1% produk cacat (dan ditemukan beredar di pasaran), itu mungkin akan jadi berita di facebook, twitter, dan sosmed lainnya.

Pertanyaan besarnya adalah apakah 'perusahaan' yang memproduksi produk B ini sudah menciptakan produk yang bagus dan berkualitas? Berapa persen dari produk itu yang cacat berkualitas bagus?

Sekarang, kita bahas Perusahaan A

'Perusahaan' A yang memproduksi Produk A itu ibaratnya saingan dari perusahaan B.

Yang jadi ’jualan’ 'Perusahaan' A adalah hal-hal apa saja yang tidak bisa dipenuhi oleh si 'Perusahaan' B dan produknya. Misalnya, produk B itu ditemukan banyak cacat produksi karena quality controlnya kurang bagus, maka si 'perusahaan' A itu ibaratnya berani garansi kalau barangnya kualitas prima alias ga ada cacat produksi dan kalaupun sampai ada (cacat produksi), maka garansi uang kembali plus ongkos kirim plus permintaan maaf plus bonus payung cantik.

Kalau mungkin 'Perusahaan' B, kurang tanggap (baca: lemot, malas-malasan) dalam merespon keluhan konsumen yang mengeluhkan karena adanya produk yang cacat (alias minta ganti baru), maka perusahaan A itu punya customer service yang siap 24/7 dan siap membantu dan kalau perlu, Manager turun tangan langsung untuk menjawab keluhan konsumen.

 Dilihat dari sudut produk, produk A ini sebenarnya ‘standar-standar’ saja. Ga ada yang aneh atau super spesial. Yg membuat Produk A berbeda adalah ketika competitor memangkas kualitas, si produk A ini ‘keukeuh’ (baca: tetap) pegang kualitas. Ibaratnya, kalau batagor (baso tahu goreng), harga boleh naek tapi kualitas ga dikurangin (pengalaman ketika menjadi pemerhati Batagor di Bandung). Produk A tidak kompromi dengan kualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun