Menanggapi artikel menarik gubahan Inspirasiana yang amat menginspirasi, saya jadi pengin ngelawak. Iya, pengin l-a-w-a-k. PERINGATAN: tulisan ini bukan ranting (baca: rants a.k.a hujatan) atas artikel Inspirasiana. Maka, mohon dibaca dulu sampai habis.
Kalau teman-teman sudah membaca artikel Inspirasiana yang berjudul Apa Usulan Padanan Kata “Brace” dan “Hattrick” dalam Bahasa Indonesia?, maka kalian pasti mengerti arah pembicaraan saya. Yup, kali ini saya mau membahas (dan ngelawak) tentang alasan mengapa banyak kata-kata dalam bahasa asing— terutama bahasa Inggris— yang belum juga diciptakan padanannya?
Sejatinya, seyogyanya, sebetulnya, actually, and to be honest— jawaban atas pertanyaan tersebut hanya satu: tim penyusun KBBI juga kebingungan bikin padanannya!
... bercanda sayang /insert Keanu memes/
Nah, coba kita perhatikan dulu contoh kata-kata asing yang belum ada padanannya di bawah ini, ya!
1. Kenapa Belum Ada Padanan Brace dan Hat-Trick, Apalagi Double Hat-Trick?
Secara harfiah, brace artinya dua gol yang diciptakan orang yang sama dalam satu permainan, sedangkan hat-trick bermakna triple gol oleh satu orang yang sama dalam satu permainan pula. Inspirasiana punya ide bagus dalam menciptakan istilah untuk brace dan hat-trick, yakni dwigol dan trigol yang diadaptasi dari bahasa Sansekerta.
Well done, Inspirasiana. Ironisnya, meskipun nantinya usul padanan tersebut betul-betul dimasukkan ke dalam KBBI, tetapi kata dwigol dan trigol — apalagi enam gol (double hat-trick)— tidak akan banyak berguna dalam kehidupan sehari-hari orang Indonesia. Loh, kenapa? Soalnya, pemain Indonesia jarang ada yang mencetak double hat-trick (per artikel ini ditulis) heheheh. Logikanya begini: Buat apa susah-susah memikirkan padanan kata asing kalau toh nantinya bakal jarang digunakan juga?
Mungkin, hal tersebut lah yang menjadi salah satu pertimbangan tim penyusun KBBI terkait alasan mengapa kata brace, hat-trick, apalagi double hat-trick belum juga masuk KBBI.
2. Tipsy & Pimp
Nah, kalau ini lebih lucu lagi. Tipsy gampangnya kita artikan sebagai ‘sedikit mabuk’ atau ‘agak mabuk’ atau ‘mabok nanggung’. Kembali ke pertanyaan awal: Lantas kenapa kata tipsy belum juga dibikin padanannya ke dalam bahasa kita?
Jawabannya... karena mayoritas orang Indonesia kan muslim, ya. Boleh dikatakan kalau di kalangan orang-orang kita ini jarang muncul fenomena ‘sedikit mabuk’.
Kalaupun ada yang mabuk, biasanya mabuknya nggak nanggung-nanggung sampai bisa nyetir mobil lalu menyebabkan kecelakaan massal... Intinya, mabuk bukan budaya kita secara general.
Nah, hal ini juga berlaku untuk kata pimp. Jika ditilik dari tesaurus dan disimplifikasi, pimp berarti men who exploit prostitutes atau laki-laki yang memiliki bisnis pelacuran... serem, ya? ‘mungkin’ kata pimp ini terlalu berkonotasi negatif dan sangat bertentangan dengan kebudayaan orang Indonesia, jadinya pimp masih sulit dipertimbangkan untuk masuk ke KBBI.
UPDATE: pimp ternyata sudah ada padanannya ya, yaitu mucikari atau germo. Saya keliru.
3. Jinx
Kalau teman-teman mentransliterasi jinx (baca: jingKs) lewat Google Translate, maka Google akan mengartikan jinx sebagai nasib sial. Namun, menurut saya ungkapan tersebut masih kurang tepat. Nasib sial kalau dalam bahasa Inggris disebut bad luck atau unfortunate, bukan jinx.
Jinx adalah suatu kepercayaan di mana seseorang SELALU tertimpa hal buruk jika melakukan suatu hal (sifatnya spesial, jinx yang dialami seseorang biasanya berbeda dengan jinx orang lain).
Contoh: Anna SELALU gagal jadian dengan gebetan-nya setiap kali ia membayangkan pernikahan dengan si gebetan, meskipun sudah lama PDKT. Hal ini cuma terjadi pada Anna, teman-teman Anna sering berkhayal akan menikah dengan gebetan masing-masing, tetapi mereka tidak pernah gagal PDKT seperti Anna.
Kepercayaan semacam ini memang belum umum di Indonesia. Jika ditempatkan dalam situasi serupa Anna, umumnya orang Indonesia akan berpikir begini:
“Ah ini mah namanya belum jodoh.”
“Ah mungkin dia memang bukan yang terbaik untuk saya.”
“Ah mungkin jodoh saya sudah ada di surga.”
Sejujurnya, kita belum pernah kepikiran jinx kan?
4. Cheesy
Terakhir: cheesy. Buat yang ini— mohon maaf— saya belum bisa menjelaskannya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Cheesy berarti sangat palsu— so fake that it really stinks like CAMEMBERT CHEESE, ewh... semoga dapat dipahami ya, soalnya saya juga bingung bagaimana cara jelasinnya.
Perhaps karena makna cheesy ini susah dijelaskan dalam bahasa Indonesia, makanya padanan untuk kata ini juga susah diciptakan?
Kesimpulan
Bahasa diciptakan karena kebutuhan manusia akan bahasa. Sama halnya dengan istilah. Suatu istilah diciptakan karena suatu kelompok masyarakat tertentu memang membutuhkan keberadaan istilah tersebut.
Boleh jadi, kata-kata di atas memang tidak terlalu dibutuhkan oleh warga Indonesia secara praktis.
Oleh karena itu, padanan untuk kata-kata tersebut belum diciptakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H