PEMBAHASANÂ
Beberapa pemimpin dan tindakan di masa lalu Kekaisaran Bizantium bisa dianggap kejam atau kontroversial, seperti Kaisar Justinian I dan Perang Nika, yang melibatkan penindasan demonstrasi di Konstantinopel pada tahun 532. Namun, seperti banyak kerajaan besar lainnya, Kekaisaran Bizantium juga memiliki momen-momen kemegahan budaya, ilmiah, dan politik.Â
Bencana melanda ketika tentara Perang Salib IV menjarah Konstantinopel pada 1204. Bahkan menjelang abad ke-13, ekonomi negara yang dulunya begitu perkasa menjadi lumpuh akibat peperangan berkepanjangan.
Runtuhnya Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 merupakan akhir dari Kekaisaran Bizantium, yang disebut juga sebagai Kekaisaran Romawi Timur. Penaklukan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah, yang dipimpin oleh Sultan Mehmed II, disebabkan oleh sejumlah faktor penting, termasuk:
Pengepungan Konstantinopel: Pengepungan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah merupakan faktor utama dalam runtuhnya kota tersebut. Pengepungan ini berlangsung selama berbulan-bulan dan berujung pada pengepungan yang sangat intens pada akhirnya.
Persenjataan dan teknologi militer: Kesultanan Utsmaniyah memiliki keunggulan dalam persenjataan dan teknologi militer pada saat itu. Mereka menggunakan artileri besar, termasuk meriam besar, yang memberikan mereka keunggulan dalam mengepung Konstantinopel.
Pertahanan yang melemah: Walaupun Konstantinopel merupakan kota yang kuat, namun pertahanannya telah melemah dalam beberapa dekade sebelum penaklukan. Kekaisaran Bizantium mengalami berbagai masalah, termasuk perang, pemberontakan, dan keruntuhan ekonomi, yang melemahkan kemampuan mereka untuk mempertahankan kota.
Kurangnya dukungan internasional: Upaya untuk mendapatkan dukungan militer dari negara-negara Barat Kristen tidak berhasil, meskipun ada beberapa upaya diplomasi. Banyak negara Eropa pada saat itu lebih tertarik pada perang salib melawan bangsa Muslim lainnya daripada membantu Bizantium.
Kebijakan internal dan kebijakan pemerintah: Keputusan pemerintah dan politik internal di Bizantium juga mempengaruhi kemampuan mereka untuk bertahan. Misalnya, kebijakan yang tidak efektif, korupsi, dan perselisihan internal melemahkan kekuatan Bizantium.
Serangan terus-menerus Kesultanan Utsmaniyah dan ketidakmampuan Bizantium untuk mendapatkan bantuan yang cukup, akhirnya mengakibatkan runtuhnya Konstantinopel pada tahun 1453. Setelah penaklukan kota tersebut, Konstantinopel diubah menjadi ibu kota Kesultanan Utsmaniyah dan menjadi Istanbul, yang tetap menjadi bagian penting dalam sejarah dan budaya Turki hingga saat ini.
PENUTUP