PENDAHULUAN
Romawi Timur, juga dikenal sebagai Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium, adalah sebuah entitas bersejarah yang muncul setelah Pembagian Kekaisaran Romawi pada tahun 285 M. Bizantium berkembang dan mencapai puncak kejayaannya selama Abad Kuno Akhir dan Abad Pertengahan Awal. Istana Konstantinopel (sekarang Istanbul) menjadi pusat pemerintahan Bizantium.
Kekaisaran Romawi Timur, juga dikenal sebagai Kekaisaran Bizantium, adalah salah satu penerus Kekaisaran Romawi yang bertahan setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 Masehi. Kekaisaran Romawi Timur bertahan hingga tahun 1453, ketika Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah, yang dipimpin oleh Mehmed II. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap tentang Kekaisaran Romawi Timur
Kejahiliyahan Romawi Timur adalah istilah yang mengacu pada masa awal sejarah Bizantium, yaitu periode ketika Bizantium masih mencoba untuk mempertahankan warisan Romawi dan kota Konstantinopel baru saja didirikan oleh Kaisar Konstantinus pada tahun 330 M. Ini adalah masa ketika banyak unsur budaya Romawi Kuno masih ada, sementara Bizantium mulai mengembangkan karakteristiknya sendiri.
Sejarah Awal:
- Kekaisaran Romawi Timur berdiri setelah Kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua pada tahun 285 Masehi oleh Kaisar Diocletian. Diocletian memerintah wilayah timur (yang kemudian menjadi Kekaisaran Romawi Timur) sementara Maximian memerintah wilayah barat.
- Pada tahun 330 Masehi, Kaisar Konstantinus Agung mendirikan Konstantinopel (sekarang Istanbul, Turki) sebagai ibu kota baru Kekaisaran Romawi Timur, yang disebut Bizantium sebelum kemudian dinamai Konstantinopel.
- Sebelum Islam lahir, Jazirah Arab secara langsung maupun tidak telah dipengaruhi oleh dua kekuasaan besar dunia, yaitu kerajaan Romawi dan Persia.
Kaisar Konstantinus:
- Kaisar Konstantinus Agung memainkan peran penting dalam sejarah Kekaisaran Romawi Timur. Dia mengadopsi Kekristenan sebagai agama negara dan mengeluarkan Edik Milan pada tahun 313 Masehi, yang memungkinkan kebebasan beragama bagi semua warga Kekaisaran Romawi.
Agama:
- Kekaisaran Romawi Timur dikenal karena menjadi pusat Kekristenan Ortodoks. Kaisar Konstantinus dan penerusnya memainkan peran penting dalam merancang Konsili-konsili gerejawi yang membentuk ajaran-ajaran Kristen yang diterima oleh Gereja Ortodoks Timur.
Kaisar-Kaisar Terkenal:
- Kekaisaran Romawi Timur melihat pemerintahan berbagai kaisar yang terkenal, termasuk Theodosius I, Justinian I, dan Heraclius. Justinian I, misalnya, terkenal karena memulai upaya pemulihan teritorial yang ambisius yang dikenal sebagai "Pemulihan Justinian."
Perang dan Pertahanan:
- Selama sejarahnya, Kekaisaran Romawi Timur berjuang melawan berbagai ancaman, termasuk serangan dari suku-suku barbar, Persia, dan Kesultanan Utsmaniyah. Salah satu peristiwa terkenal adalah pengepungan Konstantinopel oleh bangsa Arab pada abad ke-7 dan pengepungan terakhir oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1453.
Jatuhnya Konstantinopel:
- Pada tanggal 29 Mei 1453, Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah, yang dipimpin oleh Mehmed II. Ini menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur dan akhir dari sejarah Bizantium.
Kekaisaran Romawi Timur adalah kelanjutan dari Kekaisaran Romawi yang bertahan selama lebih dari seribu tahun setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat. Sejarah dan warisannya berperan penting dalam membentuk dunia Eropa Timur dan Timur Tengah pada masa-masa berikutnya.
PEMBAHASANÂ
Beberapa pemimpin dan tindakan di masa lalu Kekaisaran Bizantium bisa dianggap kejam atau kontroversial, seperti Kaisar Justinian I dan Perang Nika, yang melibatkan penindasan demonstrasi di Konstantinopel pada tahun 532. Namun, seperti banyak kerajaan besar lainnya, Kekaisaran Bizantium juga memiliki momen-momen kemegahan budaya, ilmiah, dan politik.Â
Bencana melanda ketika tentara Perang Salib IV menjarah Konstantinopel pada 1204. Bahkan menjelang abad ke-13, ekonomi negara yang dulunya begitu perkasa menjadi lumpuh akibat peperangan berkepanjangan.
Runtuhnya Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 merupakan akhir dari Kekaisaran Bizantium, yang disebut juga sebagai Kekaisaran Romawi Timur. Penaklukan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah, yang dipimpin oleh Sultan Mehmed II, disebabkan oleh sejumlah faktor penting, termasuk:
Pengepungan Konstantinopel: Pengepungan Konstantinopel oleh Kesultanan Utsmaniyah merupakan faktor utama dalam runtuhnya kota tersebut. Pengepungan ini berlangsung selama berbulan-bulan dan berujung pada pengepungan yang sangat intens pada akhirnya.
Persenjataan dan teknologi militer: Kesultanan Utsmaniyah memiliki keunggulan dalam persenjataan dan teknologi militer pada saat itu. Mereka menggunakan artileri besar, termasuk meriam besar, yang memberikan mereka keunggulan dalam mengepung Konstantinopel.
Pertahanan yang melemah: Walaupun Konstantinopel merupakan kota yang kuat, namun pertahanannya telah melemah dalam beberapa dekade sebelum penaklukan. Kekaisaran Bizantium mengalami berbagai masalah, termasuk perang, pemberontakan, dan keruntuhan ekonomi, yang melemahkan kemampuan mereka untuk mempertahankan kota.
Kurangnya dukungan internasional: Upaya untuk mendapatkan dukungan militer dari negara-negara Barat Kristen tidak berhasil, meskipun ada beberapa upaya diplomasi. Banyak negara Eropa pada saat itu lebih tertarik pada perang salib melawan bangsa Muslim lainnya daripada membantu Bizantium.
Kebijakan internal dan kebijakan pemerintah: Keputusan pemerintah dan politik internal di Bizantium juga mempengaruhi kemampuan mereka untuk bertahan. Misalnya, kebijakan yang tidak efektif, korupsi, dan perselisihan internal melemahkan kekuatan Bizantium.
Serangan terus-menerus Kesultanan Utsmaniyah dan ketidakmampuan Bizantium untuk mendapatkan bantuan yang cukup, akhirnya mengakibatkan runtuhnya Konstantinopel pada tahun 1453. Setelah penaklukan kota tersebut, Konstantinopel diubah menjadi ibu kota Kesultanan Utsmaniyah dan menjadi Istanbul, yang tetap menjadi bagian penting dalam sejarah dan budaya Turki hingga saat ini.
PENUTUP
Pembelajaran dari Runtuhnya Kekaisaran Romawi Timur adalah pengingat penting tentang bagaimana faktor internal dan eksternal dapat memengaruhi kelangsungan sebuah kekaisaran. Ini juga menunjukkan pentingnya adaptasi dan kemampuan untuk mengatasi tantangan dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan sebuah negara.
Meskipun kekaisaran itu sendiri runtuh, pengaruh budaya dan pengetahuan Bizantium masih bertahan dalam sejarah dan memberikan kontribusi penting dalam perkembangan seni, sains, dan agama.Â
Jatuhnya Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium, menjadi momen kunci dalam runtuhnya kekaisaran. Ini menandai akhir dari sejarah Bizantium dan membuka jalan bagi Kesultanan Utsmaniyah untuk menguasai wilayah tersebut. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H