Mohon tunggu...
Itsam Samrotul Fu'adah
Itsam Samrotul Fu'adah Mohon Tunggu... Guru -

Seorang penikmat kata dan sastra. Meski masih penulis pemula, karyanya baru sebatas menembus beberapa buku antologi cerpen dan puisi. Dapat dihubungi melalui Sosial Media : FB : Itsam Samrotul Fuadah, Line : @Itsamsf, E-mail : fuadsam2@gmail.com Mari berkarya dengan aksara. Salam Kompasiana Semua :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bingkai Hati

28 Januari 2016   15:58 Diperbarui: 29 Januari 2016   07:11 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mungkin sudah biasa ya”. Dia tersipu.

Ternyata hingga hari ini ia masih memikirkan hal itu. Entah seberapa terpukulnya hati Aisyah karena ucapanku. Oh Allah apa yang telah aku lakukan?

Sejak saat itu ‘persahabatan kecil’ kami berubah buruk. Aisyah seperti selalu menghindar dariku. Walaupunsebenarnya aku juga sudah tak sesering dulu hadir di halaqoh. Waktu itu, Aisyah juga sempat mengungkapkan sesuatu, bahwa ia mulai nyaman dengan kehadiranku.  Dan saat ini jelas-jelas kami tak pernah agi bersapa, atau hanya berpapasan. Tidak pernah. Aku-dia sepertiberjalan diatas jembatan yang tak pertah bertumpu.

Aisyah benar-benar pergi tanpa jejak. Aku tak tahu hari ini ia sebaik dulu atau tidak. Ia seriang dulu atau tidak. Semanis dulu atau tidak. Hanya bayang-bayangnya yang masih saja terlukis jelas dibenakku.  Tuhan dengan mudah mempertemukan kami dalam bingkai ukhuwah ini. Setelah itu, dengan mudah Ia buat arak yang benar-benar memisahkan kami.

Ini mungkin akhir kisahku. Saat aku baru saja tahu bahwa sebenarnya Aisyah saat ini telah dipinang ikhwan yang aku yakin ia sangat pantas untuk menyandingi Aisyah. Aku tersenyum. Bersembunyi dalam serpihan rasa yang sudah sejak lama tumbuh di hatiku.

Wahai hati. Hatiku, hatimu. Tersenyumlah selalu dalam goresan-goresan ini. bolehkah aku menyebut ini cinta? Yah, cinta yang tumbuh sejak tiga bulan mengenalmu. Aku tak tahu ini skenario tuhan atau hanya sandiwara kita saja, aku hanya berharap kita sama-sama akan berjalan dijalan yang dirihoi Allah, tuhan kita. Aku tak tahu akankah kamu mau mengingatku atau tidak. Atau malah berbulir air mata jauh disana. Sampaikanlah apapun disepertiga malammu. Allah maha mengetahui. Sesungguhnya kamu selalu indah untukku, sampai saat ini. Menjadi bingkai di hatiku. Aku kerap kali mengukuhkan hatiku, mencoba melupakannya. []  

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun