Mohon tunggu...
Itsam Samrotul Fu'adah
Itsam Samrotul Fu'adah Mohon Tunggu... Guru -

Seorang penikmat kata dan sastra. Meski masih penulis pemula, karyanya baru sebatas menembus beberapa buku antologi cerpen dan puisi. Dapat dihubungi melalui Sosial Media : FB : Itsam Samrotul Fuadah, Line : @Itsamsf, E-mail : fuadsam2@gmail.com Mari berkarya dengan aksara. Salam Kompasiana Semua :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bingkai Hati

28 Januari 2016   15:58 Diperbarui: 29 Januari 2016   07:11 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Oh sudah ya?”. Dia mengangguk, lagi.

“Saya awalan ya ka”. Tanpa basa-basi Aisyah pergi begitu saja.

Hey, apa ini? Aisyah keliru menyimpan catatannya. Data ini masih tersimpan di perangkat. Aku membukanya.

Assalamu’alaikum ikhwan fillah. Antum itu indah, sangat indah. Aku malu, malu dengan beberapa waktu ini. yang dengan waktu yang telah kita lalui bersama. Aku malu dengan diriku sendiri, aku malu dengan Allahku. Antum tak perlu bertanya, aku kenapa. Aku yakin antum pasti faham. Setelah apa yang antum sampaikan sepulang dari rumah sakit, aku sadar sekali, bahwa aku penuh dengan salah. Aku butuh cahaya. Bantu aku ka…

Dicatatan lain bahkan tertulis,

Entah harus menyalahkan waktu atau jangan, yang pasti aku menghargai dari setiap waktu yang Allah berikan. Karena Allah mempunyai alasan untuk mempertemukan seseorang. Terkadang agar dipersatukan, atau kadang hanya untuk sebuah pelajaran kehidupan. Yang pasti semua hari yang telah Allah berikan, entah itu awal perjumpaan sampai perpisahan, aku temukan titik kenyamanan. Fokuskan terhadap apa yang kamu cita-citakan, jangan sampai kehadiran dan kedekatan kita menjadikan penghalang mu dalam menuai kesuksesan.. 

 

Untukmu yang akhlaqnya mulia, iman nya menggetarkan rasa, sholehnya membuatku dekat akan hal siapa sang pencipta.. 

Terimakasih untuk makna mengenai kehidupan nyata. Terimakasih untuk ilmu akan mensyukuri yang ada. Terimakasih untuk mendekatkanku lebih kepada sang pencipta. Terimakasih untuk segalanya. Yang pasti aku bahagia mengenal sosokmu yang sangat istimewa.

“Hufs” aku menghela nafas pasnjang. Aku faham betul kenapa  Aisyah meninggalkan catatan ini. kau tahu? Beberapa waktu lalau aku sempat mengantarnya ngelayat almarhuman temannya di Rumah Sakit dekat sini. Disana, dia bertemu dengan kawan lamanya. Yang kulihat ada banyak ikhwan juga disana. Saat tangis Aisyah benar-benar pecah, salah satu kawan ikhwannya menghampiri, dan dengan begitu saja menjabat tangan Aisyah. Aisyah juga tak banyak berbuat. Sebetulnya aku sedikit dikagetkan. Aku hanya berasumsi, mungkin sudah biasa, itu kan sahabat lamanya. Diperjalan pulang, aku menanyakan hal itu pada Aisyah, dan dengan spontan ia membantah.

“Astagfirulloh, saya khilaf ka. Saya refleks”. Aku tidak begitu memikirkan hal itu. Seperti yang sudah aku bilang, aku hanya berkomentar singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun