“Hush, dasar ada-ada saja”. Kembali ku masukan gantungan itu kedalam saku. Detik-detikk memang tak pernah mau berkompromi. Selalu dan selalu saja membawaku pada ketergesa-gesaan. Selesai jam di kampus, seperti biasa aku segera hadir di halaqohku. Aku cepat-cepat berjalan berjalan di desakan mahasiswa lain yang juga sama keluar dari kelasnya. Lokasi masih tetap sama.
Kebetulan sekali, gadis kemarin baru saja sampai di depan masjid.
‘Afwan ukh, ini gantungan yang saya janjikan kemarin”, aku menyodorkan tangan.
‘Oh iya. Syukron jazakalloh”. Dia tersenyum, manis.
“Baiklah saya awalan yah”. Aku berlalu lebih dulu.
Hey, ada sesuatu yang membuat langkahku terhenti. Bukankah dia gadis mengagumkan itu? Aku kembali menoleh. Rupanya dia sudah pergi. Hanya bayang-bayang yang tertinggal.
Sehari berlalu lebih cepat dari biasanya. Aku sangat menunggu langit berubah biru hari ini. Ingin segera memastikan tentang gadis yang sepanjang malam menyisakan rasa penasaran teramat. Yah, gadis mengagumkan yang bahkan walau hanya namanya, aku tak tahu.
Gadis itu mungkin asing bagiku. Namun sudah tak jadi hal tabu bagi mahasiswa lama. Apalagi bagi mereka yang satu organisasi dengannya. Yah, gadis yang disebut-sebut menyambat banyak juara di berbagaai perlombaan Hifdzul Qur’an. Kemudian karena sifat dan penampilannya yang terlihat syar’i. Hebat bukan? Ini semakin membuatku jatuh hati. Yah, jatuh hati pada yang kusebut gadis mengagumkan itu.
Aku, masih dalam diamku, diam-diam memperhatikan apapun yang ia lakukan. Entahlah, aku belum cukup keberanian untuk sekedar menanyakan nama atau basa-basi padanya. Jelas-jelas dia teman satu halaqoh. Dari sini, aku juga bisa mengamati benar seperti apa gadis ini.
***
“Assalamu’alaikum, Halo? ka Furqon?”. Suara akhwat di sebrang sana membuatku sedikit gugup.