Mohon tunggu...
Itsam Samrotul Fu'adah
Itsam Samrotul Fu'adah Mohon Tunggu... Guru -

Seorang penikmat kata dan sastra. Meski masih penulis pemula, karyanya baru sebatas menembus beberapa buku antologi cerpen dan puisi. Dapat dihubungi melalui Sosial Media : FB : Itsam Samrotul Fuadah, Line : @Itsamsf, E-mail : fuadsam2@gmail.com Mari berkarya dengan aksara. Salam Kompasiana Semua :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bingkai Hati

28 Januari 2016   15:58 Diperbarui: 29 Januari 2016   07:11 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Loh? Kenapa saya?”

“Yah kalo tidak mau, biar kita gantian saja ka. Kita mulai dari juz awal, dan biar aku saja yang memulai bacaan”. Ini penawaran menarik. Aisyah memang gadis periang sejak awal aku mengenalnya. Meski dia ditutupi syar’i, dia tak lupa untuk menjaga ukhuwahnya.

Pendakian dimulai. Tak terasa, waktu berlaru seperti hanya lewat. Sampai di puncak, rasa lelah juga tak begitu menikam. Aisyah malah tersenyum lepas. Sepanjang jalan aku belajar banyak hal dari gadis ini. Tentang bagaimana memaknai kehidupan, kemudian bagaimana agar bisa tetap bersahabat bersama lingkungan. Semuanya membuatku semakin kagum.

Satu-sua, mungkin ini hari keenam kita bersama. Sejauh ini ia masih gadis yang tak habis istimewa dimataku. Beruntung, nilai akademisku juga turut membaik. Entahlah, diamungkin datang pada saat yang tepat. Saat aku perlu sosok yang mampu memupuk semangatku. Dia, Aisyah.

Hari ini Aisyah menungjungiku di asrama. Mungkin ada yang ingin ia tanyakan perihal tugas kampusnya. Beberapa waktu ini aku sering sekali membantunya mengerjakan tugas.

“Boleh aku pinjam laptopmu ka?” tanyanya basa-basi.

”Oh tentu saja, biar saja bawakan”

“Iya, saya tunggu diluar saja”. Aku segera mengambilnya.

“”Aisyah, kaka tinggal dulu ya. Kalo ada apa-apa cari saja kakak di mesjid”. Aisyah hanya mengangguk. Aku beranjak. Dia hanya diam.

Satu jam sudah Aisyah asyik dengan laptopku. Aku tak tahu apa yang sedang ia tulis disana. Ia kelihatan tak seperti  biasanya.

“Syukron ka”, laptopku masih terjaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun