“Baik bang. Afwan, tempatnya?”
“Ah di mesjid sajalah Fur. Supaya lebih afdol, supaya sering-sering mampir di rumah Allah loh Fur” jawabnya. Bang Ali berlalu.
Aku hadir tepat waktu. Aku masuk di halaqoh bimbingan kak Yusuf. Yah, ini cukup menyenangkan. Setelah lama aku tak bercengkrama bersama kalamulloh ini, rasanya rindu sekali. Kami semua focus dengan aktifitas masing-masing. Saling bertukar fikir, berbagi cerita dan ilmu bersama kawan-kawan semua. Kemudian menyetorkan hafalan satu sama lain. Benar-benar suasana yang dirindukan.
“Afwan ka, gantungan tas antum jamil”. Gadis muslimah ini ternyata memperhatikanku sedari tadi.
“Oh.. ih.. iya. Syukron ukh”. Jawabku kaku. Dia tersipu.
“Kenapa? Antum suka?”
‘Menarik saja ka”. Dia selalu saja berucap singkat.
“Ana kebetulan masih simpan satu di asrama. Kalo antum mau, bisa ana bawakan. Besok insya allah antum sudah bisa antum pakai”. Gadis itu mengangguk pelan. “Syukron ka”, terdengar berbisik.
Aku-dia, sama-sama berlalu. Beranjak meninggalkan halaqoh. Hari berganti.
***
“Gadis aneh. Tiba-tiba saja tertarik dengan gantungan ini. padahal harganya saja hanya lima ribu rupiah” aku bergumam.