Mohon tunggu...
Itha Abimanyu
Itha Abimanyu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tak Ada Logika

14 Desember 2021   01:43 Diperbarui: 25 Mei 2024   13:31 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lalu apa yang kau dapat? Tio takkan pernah menjadi milikmu, Key. Sadarilah itu."

"Hentikan! Tinggalkan aku sendiri."

Revan menyembunyikan simpul di bibirnya lantas melangkahkan kakinya dari tempat sebelumnya ia memijak, meninggalkanku di balik punggungnya. Beberapa langkah Revan melaju kemudian ia menoleh dan mendapati aku yang masih diam.

"Kau tidak mau pulang?" tanya Revan menyadarkanku dan aku lantas mengikuti Revan.

Belum beberapa langkah aku dan Revan beranjak meninggalkan taman, tatapan kami tertuju pada kedua insan yang tak jauh dari tempat kami berpijak. Tak disangka, Tio dan Yuniar terlihat sangat senang sekali, senyuman manis tidak lepas dari wajahnya Yuniar saat itu. Tio menggandeng tangan Yuniar, sambil terus memperhatikan perempuan yang berstatus istrinya tersebut, aku cemburu melihatnya. Dengan susah payah kukontrol perasaanku mengepalkan kedua tangan, mengumpulkan kekuatan dalam diriku.

"Sebaiknya kita pulang, sadarkan dirimu dulu, kemudian berpikirlah." Revan menarikku pergi dari tempat itu dan kami pun larut dalam pemikiran masing masing.

***

[Berharap padamu begitu besar, ini menyakitkan, tapi hatiku selalu menguatkan. Semoga engkau bahagia, Key!] Pesan sms yang kuterima di ponselku, dari Revan.

Revan ... dua tahun silam, aku dipaksa orang tuaku menikah dengan seorang lelaki yang baik, usia kami terpaut tiga tahun. Yang aku tahu, dia adalah anak yang taat kepada orang tuanya dan sepertinya ia sangat mencintaiku. Tentu saja, karena aku adalah teman masa kecilnya. Begitu dekatnya kami dulu. Revan adalah pria yang baik dan nyaris tanpa cela, sahabat sekaligus suami. Tetapi entah, aku tidak menemukan percik-percik cinta sejak dulu hingga kami menikah. Yang aku mengerti bahwa aku menikah dengannya hanya karena ingin menyenangkan orang tua, tak lebih.
Berbeda ketika bicara tentang Tio, seorang pecinta traveling dan fotografi. Karena memiliki kegemaran yang sama, dari sanalah perasaan cinta dimulai, tak butuh waktu lama untuk saling dekat, kedekatan itu semakin membuat kami ingin tak berjarak.

"Kenapa, sayang?" tanya Tio yang tiba-tiba memelukku dari belakang.

Kubalikan tubuhku hingga berhadapan dengannya, "Apakah kita yakin dengan jalan ini?" tanyaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun