Mohon tunggu...
Heri Susanto
Heri Susanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Red Letter Day

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

CATATAN PANJANG AISHA

21 Desember 2012   19:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:14 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayah berjanji akan adil, hingga aku tak mengerti mengapa ibu masih mau bertahan dan memberi kesempatan kepada ayah. Aku tahu hatinya teriris, namun ia terlihat begitu tabah, begitu sabar. Terkadang ibu terlihat murung dan menangis disetiap doa yang terlantur ketika selesai sholat. Ia senantiasa menumpahkan isi hatinya pada Sang pemilik jiwa. Allah lah tempatnya mengadu. Oh ibu......bagiku engkau tipe istri solehah, yang rela dimadu demi menjaga keutuhan keluarga, yang menjunjung tinggi nilai agama. Subyektif atau objektif, tapi...ya itulah penilaianku terhadap ibu.

Namun kesabaran ibu berakhir ketika ayah tak dapat membuktikan kata-katanya, tidak berlaku adil, dan bisa di katakan ibu sangat terzalimi dengan perubahan sikap ayah. Prahara perpisahan pun tak dapat terelakkan, dan akupun memutuskan untuk ikut bersama ibu. Ayah sudah tak bersama kami, dan sejak saat itu episode baru dalam kehidupan ku pun dimulai. Banyak hal yang telah kulewati, baik itu suka maupun duka, lara dan juga kecewa. Kini aku merasa telah lebih dewasa dalam menyingkapi makna dari sebuah kehidupan. Aku yakin semua ada hikmahnya, dan Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kesanggupan umatnya.

***

Pagi kembali hadir, fajar telah menyingsing di ufuk timur. Semesta alam bertasbih menyambut sang surya yang begitu kokohnya menaungi jagad raya. Udara terasa sejuk serasa menusuk hingga ke tulang. Burung-burungpun terdengar bernyanyi dengan riangnya, bertengger didahan yang menjadi tempatnya berteduh.

Dengan semangat aku melangkahkan kaki menuju kampus untuk menjalani rutinitasku seperti biasa.

”Assalamualaikum Aisha.....”, terdengar ada yang menyapaku.

”Waalaikumsalam......”, akupun menoleh dan ternyata Desi teman sejurusan ku.

”Wah...pagi-pagi uda kelihatan dikampus, tumben nich...”, Desi kembali mengajak ku ngobrol.

”Ya nich des, aisha ingin kepustaka, Desi pasti juga iya kan?

”Yuk bareng”, kataku mengajaknya.

”Wah...tau aja nich,hayukkkk.....”, desi menjawab dan kamipun berlalu sambil pergi bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun