Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dietrich Bonhoeffer

23 April 2024   07:36 Diperbarui: 23 April 2024   07:36 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada waktu itu Jerman mencapai klimaks Depresi Besar (Great Depression). Dietrich sadar negerinya dalam masa krisis yang parah. Pada masa bergejolak itu ia menerbitkan dua buku yang menjadi dasar teologinya, The Communion of Saints dan Act and Being. Kedua karya tersebut adalah upaya akademisnya untuk menarik gereja turun dari menara gading rohani, ke masyarakat jalanan. 

Pada usia 24 tahun ia menjadi dosen Teologi Sistematis di Universitas Berlin. Ia menerima beasiswa dari Union Teological Seminari di New York untuk mengajar di sana. 

Di Amerika, ia melihat situasi politik di negaranya melalui mata orang asing. Ia melihat ancaman serius Nazi bentukan Hitler. Saat itu mereka meraih hampir 100 kursi di parlemen. Partai kecil Nazi berubah menjadi gerakan nasional. Banyak kawan Bonhoeffer di Jerman bersimpati pada Nazi dan patriotisme yang penuh kebencian. Nazi tak sama seperti komunis Rusia, kata teman-temannya. Mereka mendukung gereja dan ingin memulihkan ketertiban dan wibawa Jerman. 

Melalui diskusi dengan teman-teman Amerikanya, Bonhoeffer dapat melihat bahwa semua itu tipuan. Seorang teman diskusinya, Franklin Fisher, mengajaknya ke gereja kulit hitam di Harlem. Di sana pertama kalinya Bonhoeffer berpikir dari perspektif orang-orang miskin dan tertindas. 

Ia melihat di satu restoran, Fisher tidak dilayani karena ia berkulit hitam. Saat itulah ia menyatakan sikapnya terhadap rasisme. Terlalu sering gereja mencari kesenangan dari orang-orang terhormat, bukan turut menderita dengan orang-orang tertindas, ujarnya. 

"Siapa Yesus tahun 1933 ini? Di mana Dia ditemukan? Di gereja yang tunduk kepada berhala? Tidak. Kalian akan menemukan Dia dalam diri para tawanan, orang yang dianiaya, gelandangan di jalanan," teriaknya. 

*

Pada waktu itu Adolf Hitler baru ditunjuk sebagai perdana menteri. Nazi menjadi gerakan politik kuat dengan meraih 200 kursi di parlemen. Hitler menjanjikan masa depan gemilang setelah negeri itu bersih dari unsur-unsur asing dan menjadikan bangsa Jerman sejati (Arya) berkuasa. 

Dua hari setelah Hitler berkuasa, pada Februari 1933, Bonhoeffer dijadwalkan untuk menyiarkan pesan tentang prinsip-prinsip kepemimpinan melalui radio. Secara terbuka ia menentang Hitler. 

Ia berbicara tentang betapa mudah kaum muda disesatkan oleh "tipuan lama" yang diubah menjadi "berhala". Tentang bahasa bagi sang pemimpin (fuhrer, dalam bahasa Jerman) tergoda untuk menyerah pada keinginan orang-orang yang dipimpinnya, menjadikannya idola (berhala).

Sementara itu, sepanjang masa Republik Jerman, gereja kehilangan dukungan pemerintah. Sekarang Hitler menyambut Gereja. Ia menjanjikan Gereja yang kuat. Banyak pemimpin gereja terpesona gagasan Hitler. Mereka memasang bendera Nazi di tengah ibadah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun