Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Manghuntal

11 September 2022   15:25 Diperbarui: 11 September 2022   15:30 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manghuntal pergi ke dusun terpencil. Di sana ada seorang balar sejak lahir. Rambut, bulu mata dan mata, kulit, semua putih. Penduduk desa menganggapnya ia kena kutuk. Namun Manghuntal bersahabat dengannya.

Ayam jago bertelur, di mana ia mendapatkannya? Di rumah. Ayahnya mengajari ayam-ayam jago peliharaannya mengerami telur-telur. 

Begitulah semua persyaratan ia dapatkan dalam sehari. Ia kembali menemui Raja Uti. Melihat cepatnya Manghuntal memenuhi permintaan, Raja Uti percaya pemuda itu ditakdirkan raja. 

"Sekarang tangkaplah gajah putih yang kau inginkan," kata Raja Uti.

Manghuntal memanggil gajah putih milik Raja Uti, gajah itu mendekat dan tunduk kepadanya. Lantas Raja Uti memberikan piso gaja dompak, senjata saktinya, kepada Manghuntal, dan berkata, "Bawalah ini pulang. Setibanya kau di negerimu, serahkan senjata ini kepada raja adat, raja bius, parbaringin. Mereka akan tahu apa yang harus dilakukan." 

Manghuntal kembali ke negerinya berkendara seekor gajah putih. Ia melakukan semua yang dikatakan Raja Uti. 

Di negerinya ada enam desa. Bakkara, Sinambela, Sihite, Simanullang, Marbun, Simamora. Masing-masing desa dikepalai raja adat bergelar Ompu. Keenam Ompu menerima piso gaja dompak dalam upacara gondang. Mereka memakaikan ulos ke kepala Manghuntal dan menaruh beras ke kepalanya. Gondang dimainkan, Manghuntal pun manortor.

Lalu keenam Ompu menyerahkan senjata Raja Uti kembali kepada Manghuntal. Manghuntal menerimanya, mencabut senjata itu dari sarungnya, dan menghunuskannya ke udara. Bersamaan waktu itu langit mendung kemudian hujan turun. Rakyat menyambut turunnya hujan dengan gembira. Senjata itu telah memilih tuannya yang baru. 

Keenam Ompu berseru, "Horas! Horas! Horas!"

Manghuntal diangkat menjadi raja di Bakkara. Dia tetap melanjutkan kebiasaannya, mengunjungi desa-desa. Ia melihat keadaan dan mendengarkan mereka serta membebaskan budak-budak. Begitulah ia membangun kerajaannya adil dan makmur. 

Di Bakkara ada banyak kuda. Kuda-kuda Bakkara terkenal tangkas dan berlari cepat. Manghuntal cakap menunggang kuda. Karena kecakapannya itu, ia menjadi panglima perang Kerajaan Hatorusan di wilayah Singkel dan Barus. Ia mengatasi pemberontakan rakyat pedalaman dan mengusir tentara asing. Selesai perang ia kembali ke Bakkara. Pada waktu itu ia ditabal menjadi raja bergelar Singa Mangaraja. Penabalannya menjadi awal Dinasti Sisingamangaraja di desa Lumbanraja, Bakkara.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun