Mohon tunggu...
Noverita Hapsari
Noverita Hapsari Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Kompasianer

“...aku menulis bisa jadi karena kedukaan-ku, atau ..mungkin juga akibat kesukaan-ku...”

Selanjutnya

Tutup

Money

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia

3 November 2022   16:54 Diperbarui: 3 November 2022   17:00 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) saat ini tengah menapaki masa suram, walau sebelumnya memang sudah cenderung terpuruk semenjak beberapa waktu yang lalu.

Kinerjanya semakin memburuk akibat ketidakstabilan ekonomi pasca pandemi, dampak perang berkepanjangan Rusia-Ukraina, efek resesi, stagflasi, inflasi tinggi skala global, serta suku bunga tinggi.

Padahal di tahun kemarin (2021), kontribusi industri TPT mencapai Rp 180,2 triliun terhadap PDB nasional dan menyumbang porsi cukup signifikan yakni 5,6% dari total ekspor Indonesia, dengan tingkat utilisasi menncapai lebih 70%.

Gambar 1.  Suasana di Pasar Tanah Abang, Jakarta

Ekspor Lesu, Berharap pada Pasar Domestik, Justru Banjir Impor

Ekspor TPT mengalami kelesuan akibat kondisi ekonomi negara-negara pasar tradisional (misalnya, Amerika Serikat) yang memang sedang sulit, semuanya tanpa terkecuali.

Negara-negara pasar non tradisional pun disasar sebagai tujuan ekspor yang baru. Apa daya, negara-negara pengekspor besar TPT lainnya (terutama Cina, India, Banglades) juga berpikir hal yang sama, sehingga penetrasi pasarnya menjadi lebih sulit (kompetitif).

Karena itu, industriawan TPT menumpukan harapannya pada pasar domestik. Namun, kendala berupa keterbatasan daya beli, memaksa masyarakat lebih menitikberatkan porsi belanjanya (preferensi konsumen) kepada kebutuhan primer (pangan) dan energi, ketimbang urusan fesyen (fashion).

Ironisnya, di dalam negeri sendiri produk TPT impor justru membanjiri pasar, baik yang didatangkan secara legal maupun yang semi-illegal (melebihi izin impor yang diputuskan oleh Pemerintah). Wajarlah, jika dalam konteks ini produsen TPT lokal meminta perlindungan Pemerintah. Perlindungan tersebut misalnya berbentuk sebagai pembatasan izin impor, terutama terhadap jenis tekstil dan produk-jadinya yang sudah mampu diproduksi sendiri.

dokpri
dokpri

Gambar 2.  Banjir impor?

 

Hulu-hilir Industri TPT

Sektor hilir industri TPT (antara lain garmen, usaha konveksi pakaian) yang 'macet' (tak terserap oleh pasar domestik maupun luar negeri), akan berimbas pada bagian hulu industri TPT (yakni tekstil sebagai bahan baku). Demikian pula sebaliknya.

Dampak Perlambatan/ Penurunan Industri Tekstil

1. Pengurangan jam operasional pabrik TPT

2. Utilitas pabrik tekstil berkurang (penurunan utilisasi dari sekitar 70% menjadi hanya sekitar 40-50%)

2. Terjadinya Gelombang PHK

Selama Januari-September 2022, di Jawa Barat (sentra industri TPT) angka PHK telah mencapai 70.000 pekerja

4. Pekerja dirumahkan walau belum di-PHK

3. Beberapa perusahaan bahkan menutup pabriknya (di Jawa Barat telah terjadi penutupan sekitar 18 perusahaan)

Solusi Yang Diharapkan

1. Mewujudkan Neraca Komoditas TPT

Neraca ini berguna untuk menentukan perizinan ekspor dan impor TPT

2. Mengoptimalkan belanja pemerintah berbasis Program Peningkatan Produk Dalam Negeri (P3DN)

3. Memberikan insentif/ stimulus pada sektor industri TPT tersebut

4. Membentuk satuan tugas untuk pengawasan dan penindakan terhadap importasi tekstil ilegal.

5. Mengupayakan penguatan pasar domestik

6. Terkait PHK, perlu pendampingan oleh mediator lintas Kementerian yang menengahi employer (pelaku usaha) dan employee (pekerja/ buruh), baik di tingkat pusat dan daerah

PENUTUP

Problem industri TPT yang tengah megap-megap dan mengisyaratkan kondisi 'SOS' ini, harus diseriusi oleh Pemerintah, mengingat kehandalan sektor ini dalam segi penyerapan tenaga kerja dan multiplier effect terhadap perekenomian di sekitar daerah industri TPT tersebut, selain kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian nasional, tentunya.

SUMBER:

1.  https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2022/11/02/industri-tekstil-butuh-solusi

2.  https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/477722/bagaimana-industri-tekstil-bertahan-di-tengah-lesunya-permintaan

3. https://insight.kontan.co.id/news/sos-gelombang-phk-industri-tekstil-indonesia-kembali-datang

___


Tulisan ini dipublikasi ulang melalui blog pribadi penulis: rasio.wordpress.com

                                                            

                                                                                                      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun