Negara dengan tingkat kesehatan rendah sebelum pandemi namun beraktivitas ekonomi tinggi tersebut, pada saat pandemi 'harus' mengorbankan perekonomiannya banyak sekali ketika ingin meningkatkan level kesehatan masyarakat (melawan pandemi). Logikanya, sebelumnya mereka tidak mempersiapkan diri menghadapi pandemi, endemi, karena selama ini 'keasyikan' memburu kemajuan perekonomiannya. Contohnya, bisa jadi India.
6.2. Ekonomi Rendah, Kesehatan Tinggi?
Pada locus sepanjang kurva di bagian kanan bawah (berdekatan dengan titik H) diinterpretasikan sebagai negara-negara yang 'menganut' Ekonomi (E) rendah namun Kesehatan (Health/ H) tinggi.
Negara-negara yang memiliki tingkat kesehatan sangat tinggi, bukan melulu semata-mata diukur dengan pendekatan nilai kebendaan/ infrastruktur medis, namun bisa juga diukur dengan kedisiplinan dalam menjalankan PSBB (distancing), misalnya dengan tidak membuka perekonomian dengan luar negeri (lockdown nasional dan internasional), termasuk menutup perbatasannya. Tanpa perdagangan yang terbuka lebar, perekonomiannya diilustrasikan rendah. Di negara tersebut, peningkatan kesehatan (mengurangi angka prevalensi / penderita Covid 19) akan lebih 'murah dan mudah' dilaksanakan sehingga hanya menebusnya dengan angka penurunan perekonomian yang 'sedikit' saja. Contohnya mungkin saja adalah negara-negara Pasifik, seperti Palau (yang mayoritas perekonomiannya relatif tertutup).
Sebagai perbandingan, tampak bahwa untuk meningkatkan kesehatan sama-sama sebesar 'a' satuan pengukuran, titik-titik lokus di sebelah kiri atas (E tinggi, H rendah) harus mengorbankan ekonominya lebih besar yakni sebesar 'b' satuan dibandingkan dengan yang di sebelah kanan bawah (E rendah, H tinggi) yakni sebesar 'c' satuan (b > c).
PENUTUP
Dianalogikan sebagai mikroskop yang membutuhkan lensa konveks, pada saat era pandemi ini PPC pada perekonomian pun juga berubah menjadi bentuk konveks, agar mampu 'melihat' makhluk berukuran mikroskopis, yang sebelumnya begitu tersamarkan oleh hipermetropi dari comfort zone kita.
Namun kita tak perlu kehilangan semangat, karena hari demi hari kita masih bisa mengupayakan penyelamatan kehidupan, melalui kepatuhan pada protokol kesehatan semaksimal mungkin. Di dalam mengamalkan penjagaan jarak yang aman dalam bersosialisasi (sosial distancing) ataupun lock-down, kita tidak boleh setengah hati (half-way) agar tidak terimbas drift effects.
Selanjutnya kita harus mengakhiri pandemi sesegera mungkin, di antaranya dengan vaksinasi. Begitu juga kita harus instropeksi, antisipasi semenjak dini, terhadap kejadian pandemik/ epidemik semacam ini, pada masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H