Sejak tanggal tujuh Juli 2014 lalu, Israel benar-benar menggila. Memborbardir Gaza dengan tanpa lelah, siang dan malam. Dua hari setelah Armand dan Makhmoud menemui kedua orang tua Reem Salih, pada tanggal lima Juli. Dalam pertemuan dengan kedua orang tua Reem salih, disepakati, jika Allah berkenan, mereka akan meresmikan pernikahan setelah ramadhan usai. Begitulah pertimbangan waktu terbaik sesuai dengan budaya Palestina.
Tetapi apa lacur. Dua hari kemudian, Israel membombardir Gaza.
Seminggu yang sangat melelahkan. Bom-bom Israel telah meluluh-lantakkan Gaza, sudah 240 korban berjatuhan di pihak Palestina, seribu lebih masyarakat Sipil yang mengalami luka-luka dan cacat. Armand, Makhmoud dan Reem salih terjebak di dalamnya. Mereka telah benar-benar tenggelam dalam dan hanyut dalam pusaran kebiadaban Israel. Suara raungan dan rintihan terdengar dimana-mana, sementara suara bom yang jatuh seakan tiada henti dan terjadi dimana-mana.
"Dok, baiknya dokter Armand istirahat dulu..." suara Makhmoud menyadarkan Armand, Armand menatap Makhmoud, jelas terlihat keletihan pada raut muka Makhmoud, mungkin begitu juga raut wajahku yang terlihat Makhmoud, bathin Armand
"Iya, Moud.." balas Armand. Dia menselonjorkan kakinya, mencoba berdamai dengan tubuh lelahnya. Armand melihat Makhmoud membantangkan tilam tebal di lantai. Kemah yang terlihat darurat dari luar biasa saja itu, didalamnya tersedia cukup peralatan.
"Silahkan dokter, istirahat dulu.. dua jam lagi, kita akan sahur dok. Rasanya, tubuh perlu juga istirahat, perlu juga sahur. Pekerjaan berat masih menanti kita esok hari" demikian kata Makhmoud.
"Makasih Moud, bagaimana dengan Reem Salih?" Tanya Armand, dia tidak melihat sang pujaan hatinya.
"Reem tadi sudah tidur, sekitar dua jam lalu.." jawab Makhmoud lagi.
Ada rasa lega pada Armand, mendengar Reem Salih telah istirahat. Kasihan dia, telah seminggu ini, dia tak kenal lelah, bahu membahu dengan relawan lain, melayani para korban bombardir Israel. Tak kenal lelah dan takut. Kalau saja, Reem telah menjadi istrinya, tentu dia dapat menyuruhnya untuk istirahat, atau paling tidak berada pada daerah aman. Tetapi, adapalah daya Armand, dia kini bukan siapa-siapa Armand, baru sebatas kekasih, status yang tak ada dalam kamus masyarakat Gaza. Apalagi untuk melarang-larang aktifitas Reem Salih. Sedangkan untuk menyatakan secara terbuka, hubungan mereka saja, Armand tak memiliki cukup keberanian.
*****
Baru sejam agaknya Armand tertidur, karena jam baru menunjukkan pukul tiga, ketika tiba-tiba Armand terbangun. Sebuah gunjangan besar terdengar, melambungkan sebagian isi tendanya, memporak porandakan apa yang terdapat dalam tenda itu. Terjadi kepanikan luar bisaa. Armand masih bisa melihat, bagaimana pasien-pasien yang tadi masih tergeletak sebelum dia tidur, kini sudah menjadi mayat. Armand tanpa disadarinya sudah berada di luar tenda. Kemana tenda sebelahnya, kemana? Kok sudah tak terlihat. Bukankah disana Reem Salih tadi berada. Apakah tendanya, telah diterbangkan bomb yang dijatuhkan Israel?. Akh, Armand ngeri sendiri, membayangkan pertanyaan itu, jika pertanyaan itu ternyata benar, menjadi kenyataan.