Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramadan Terakhir Raam Salih

20 Juni 2020   10:00 Diperbarui: 20 Juni 2020   10:14 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maaf dok, saya tahu yang membuat lelah dokter belakangan ini, semua karena Reem salih kan?" sambung Makhmoud lagi.

"Ohh.. maafkan saya Makhmoud, saya hanya takut saja"

"Apa yang dokter takutkan? Coba cerita, saya janji, untuk dapat menolong dokter, sebisa mungkin, semampu yang bisa saya buat, bukankah kita bersaudara. Paling tidak saudara seakidah.." kata Makhmoud lagi.

"Saya takut pada perasaan saya saja. Benarkah perasaan saya ini. Apakah cinta saya pada Reem salih benar-benar cinta yang murni. Atau hanya refleksi dari rasa sepi saja. Karena saya tinggal jauh dari tanah air saya?" kata Armand lagi.

"Tentunya dokter Armand yang lebih tahu.."jawab Makhmoud lagi.

"Itulah yang jadi masalahnya. Apa kata orang nanti, dalam situasi kalut dan kalang kabut begini, saya malah mempermasalahkan soal hati. Padahal didepan mata, sejibun masalah minta diselesaikan dengan segera. Seperti, korban-korban serangan Israel, kekurangan air, kekurangan obat-obatan, kondisi rumah sakit yang memprihatinkan dan masih banyak masalah lain" jelas Armand pada Makhmoud.

Kadang Armand, merasa menyesal dengan kondisi hatinya. Masalah yang bertumpuk di depan matanya, lebih memerlukan penyelesaian segera dibandingkan masalah hatinya, berjibun masalah pelik yang harus dia selesaikan, terkurasnya tenaga yang nyaris hingga batas kemampuan diri. Tetapi, mengapa hati ini, masih memiliki sesuatu yang harus diisi dengan ketertarikan pada gadis Palestina itu. Bukankah ini, bagai mencari penyakit untuk diri sendiri. Bagaimana reaksi teman-temannya, ketika tahu bagaimana dokter muda Armand, yang memiliki reputasi baik dan memiliki idealism tinggi, tiba-tiba diketahui jatuh cinta pada sesama relawan. Relawan cantik Paletina itu. Reem salih.

*****

Malam-malam sunyi, diantara bergelimpangan pasien, diantara lelap tidurnya teman-teman Armand, ketika dia bermunajat pada sang Khaliq. Tak jarang Armand mengadukan masalah hatinya pada sang Khaliq, meminta solusi terbaik dari masalah yang dihadapinya. Armand tak ingin menodai tugas sucinya ke Gaza ini, tak ingin jadi bahan olok-olok teman sejawatnya. Tetapi, Armand juga tak dapat membohongi hatinya, bagaimanapun, hadirnya Reem salih telah membuat hatinya berbunga.

Armand yakin dengan seyakin-yakinnya, apa yang dia rasa. Sama persis dengan apa yang dirasa oleh Reem salih. Sinar mata itu, bahasa tubuh itu, tutur kata Reem salih, semuanya menunjukkan hal itu. Tak diperlukan banyak kata untuk mengetahui, apa yang dirasa Reem salih. Armand dapat menangkap semua sinyal itu. Sinyal yang dipancarkan Reem salih sama frekuensinya, dengan sinyal yang dipancarkan Armand. Pada gelombang frekwensi yang sama itu, hati mereka saling sambung, saling bersua, saling bicara. Tanpa perlu banyak bicara. Semua berjalan secara alami diantara tugas-tugas rutin yang melelahkan dan tugas-tugas yang berpacu dengan waktu.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun