"Abang banyak dosa Bur. Begitu banyak dosa yang telah Abang lakukan. Pada Ibu, pada kalian semua. Ibu dan kalian semua orang baik. Tentunya, kelak akan masuk Syurga. Sedang Abang?"
"Akh..."
"Setelah berpisah sekian tahun, berjumpa denganmu Bur, merupakan anugerah luar biasa bagi Abang. Kamu, masih terima Abang dengan penuh kebaikan"
"Akh... Abang terlalu terbawa perasaan" kata Subur, coba menghibur Somad.
"Tidak, Bur. Ini kenyataan yang Abang ceritakan. Apalagi...."
"Apalagi apa Bang"
"Apalagi, kalo Abang bisa ketemu Ibu diakhirat kelak. Ibu yang sangat sayang sama Abang. Rasanya Abang sangat menyakiti Ibu, kalo tidak dapat bertemu dengannya"
"Kenapa?"
"Kamu bayangkan, anak yang Ibu sayangi, harus dia lihat terjun bebas masuk Neraka. Abang tak bisa bayangkan itu Bur. Di dunia Abang telah mengecewakan Ibu. Lalu, ditambah lagi ketika diakherat." Ada suara berat yang terdengar oleh Subur.
"Terus..."
"Itulah... Abang ingin kamu saksikan Bur, mulai malam ini, Abang akan hidup lurus, Abang akan taubat Nasuha. Abang juga, ingin kamu tolong Abang, tegur Abang kalo kamu lihat Abang lalai dalam Ibadah" suara itu makin berat terdengar oleh subur. Untung saja, penerangan di beranda itu rada gelap, kalo tidak, tentu Subur sudah melihat ada genangan air yang meleleh pada pipi Somad.