Sudah 12 hari mereka terapung-apung dilaut, perjalanan itu tetap diarahkan sesuai dengan petunjuk Ambo Gatta. Pelampung itu sudah semakin kecil saja, tersebab kelapanya setiap hari berkurang untuk konsumsi Kasman dan Ambo Gatta. Jika saja begitu terus hingga minggu depan, maka mereka berdua akan tenggelam dengan sendirinya, bersamaan dengan habisnya pelampung karna dikonsumsi Kasman dan Ambo Gatta.
Di ufuk timur, bulan terlihat berbentuk sabit, usia bulan yang demikian tinggal 3 hari lagi. Tiba-tiba pelampung mereka berhenti. Kasman yang kulitnya sudah mengelupas dimakan sengatan Matahari, merasakan pedih yang sangat ketika terjun ke laut mencari tahu sebab kandasnya pelampung mereka. Ternyata, pelampung tersangkut batu karang. Tak ada pilihan lain, selain berdiam diri dengan manis, menunggu pasang tiba, agar mereka bebas dari sangkutan karang. Usaha membebaskan dari karang, sangat berbahaya, salah-salah tindakan, akan menyebabkan jaring sobek. Padahal sayup-sayup pulau tujuan sudah terlihat.
Jam menurut perkiraan Kasman sekitar pukul empat atau lima pagi, dia merebahkan diri, sementara Ambo Gatta, terlihat mengeluarkan rumput kering yang hampir habis, lalu menyalakannya. Dua orang yang mengekspressikan rasa lelahnya dengan cara yang berbeda.
Pagipun tiba, semuanya terlihat jelas, pulau tujuan dimana keluarga mereka tinggal sudah terlihat, meski sayup-sayup. Kasman dan Ambo Gatta, tak dapat berbuat apa-apa. Sebentar lagi, mereka akan dipanggang Matahari seperti hari-hari sebelumnya. Namun, siang nanti, agaknya akan makin menyiksa, siksa panggangan Matahari, siksaan rindu yang sejengkal lagi terobati dan siksaan ketidak berdayaan karena di jerat karang laut.
Tiba-tiba…. Ada titik yang makin lama, makin dekat. Sebuah perahu yang kesiangan pulang dari melaut. Harapan itu, kembali datang membuncah menghampiri Kasman dan Ambo Gatta.
“Buka bajumu man, ayo kita sambung dengan baju saya” perintah Ambo Gatta
“Siap kapten” sigap Jawab Kasman.
Berdua mereka menyambungkan kedua baju mereka dan sisa layar yang sudah tak berbentuk, lalu dengan pelepah kelapa yang selama ini berfungsi sebagai kemudi, dia kibarkan kain itu. Harapannya, agar perahu nelayan yang kesiangan pulang itu, melihat mereka dan menolong mereka.
*****
Dengan dipapah para awak nelayan yang pulang kesiangan itu, Ambo Gatta dan Kasman menginjakkan kakinya di dermaga kampungnya.
Tak ada yang menyambut kepulangan mereka, tak ada ikan yang Kasman dan Ambo Gatta bawa pulang dari melaut. Selain rasa rindu dan cinta pada keluarga yang telah satu setengah bulan mereka tinggalkan. Langkah yang dijejakkan Kasman dan Ambo Gatta begitu lemah, jalan disekitarnya masih gelap seperti biasanya.