“Kau terluka Ambo?” tanya Kasman pada Ambo.
“Lupakan itu. Mari kita bangun, masih tersisa jala dan layar perahu. Kita selamatkan yang bisa kita selamatkan” ajak Ambo Gatta.
“yups..” Kasman berdiri, badannya oleng untuk beberapa saat. Lalu,mengikuti langkah Ambo Gatta.
Mereka berdua, menyelamatkan sisa-sisa barang yang masih tersisa di perahu. Sangat ajaib, ditengah hantaman gelombang dan arus yang begitu keras. Perahu mereka tidak tenggelam. Perahu mereka hanya terseret arus deras dan dibawa ketempat yang bahkan kedua nelayan ulung itu, tidak mengetahui letaknya.
Jaring masih teronggok di dasar perahu, meski sudah sobek di sana-sini, begitu juga dengan layar perahu. Tanpa banyak bicara kedua nelayan itu membereskannya, masih tersisa satu derigen besar ukuran 20 liter solar di dasar perahu. Dengan sisa tenaga dan tubuh luluh lantak, mereka berdua menyelamatkan seluruh sisa barang ke daratan.
Ambo Gatta dan Kasman, malam itu menghidupkan ranting-ranting kayu yang mereka kumpulkan di depan kemah mereka. Harapannya, akan ada nelayan yang sedang melaut melihat bubungan api yang mereka nyalakan. Lalu, merapat dan membawa mereka pulang. Namun, malam itu, mereka gagal. Tak satupun nelayan melihat api unggun yang mereka nyalakan. Begitu juga malam-malam berikutnya, selalu saja Kasman dan Ambo Gatta menyalakan api unggun, dan hasilnya selalu sama. Nihil.
Untuk makan, Ambo Gatta dan Kasman, tak ragu. Ikan laut seakan menghampiri mereka, ada ranting kayu untuk digunakan membakar ikan. Bahkan dua hari setelah mereka tersesat di pulau Entah, mereka berhasil menemukan pohon nyiur di sudut lain dari pulau entah. Tak ada masalah dengan makanan, ada ikan, ada buah kelapa dan ada sumber air.
Tapi bagaimana dengan keluarga yang mereka tinggalkan? Bukankah keluarga mereka gelisah. Ambo Gatta dan Kasman, seakan hilang ditelan laut. Memang, mereka memiliki phonsel. Bahkan, isi pulsanya masih cukup untuk pembicaraan sekitar dua jam. Tapi, di pulau entah ini, sinyal kosong sama sekali. Bagaimana mereka mengirim berita pada keluarga? Atau sebaliknya, menerima kabar dari keluarga? Kondisi ini semakin runyam memasuki hari ketiga, batere habis, dimana akan mencharge Phonsel? Tak ada listrik disini, tidak ada sinyal. Bahkan jika saja, Ambo Gatta tak merokok, tak ada api.
Kondisi yang sangat tragis. Dilihat dari kehidupan Ambo Gatta dan Kasman. Meski mereka dari pulau terpencil di Sulawesi sana. Tapi, soal listrik, sinyal dan api, sudah merupakan bagian tak terpisahkan dari gaya hidup mereka.
*****
Hari ini, pas 16 hari kasman dan Ambo Gatta terdampar di pulau Entah. Jaring ikan yang terselamatkan dulu, sudah berganti fungsi menjadi pembungkus dari seratusan buah kelapa tua yang akan mereka gunakan sebagai pengganti perahu. Fungsi kelapa sebagai pengapung mereka berdua, sekaligus sebagai cadangan makanan. Persiapan untuk keluar dari pulau entah sudah matang. Pisau yangmereka miliki sudah diasah tajam.