Sedang kasihnya Bunda pada hamba
Kini kita harus berpisah
Jika rindu ingin bertemu
Di dalam syair lagu, nanda akan dendangkan
Jika rindu Bunda pada nanda
Di dalam mimpi kita bertemu
Oh… Bunda kandung, tolong do’akan nanda
Entah bila kita kan bertemu)
Demikianlah, dendang syair lagu kerinduan sang anak pada Mandeh, ketika merantau dulu, meminta do’a pada sang Mandeh untuk mengangkat harkat diri, memperbaiki masa depan dan meneruskan tradisi, bahwa anak laki-laki harus merantau. Betapa sang anak tak menyadari, sedihnya sang Mandeh, ketika anak yang dikandungnya selama sembilan bulan itu, sang buah hati pelerai damam itu, kini telah meninggalkannya, hingga waktu yang tak tentu, kapan kan pulang?
Kini, ketika sang anak pulang, Mandeh yang dia rindu itu baru saja menghadap sang Kuasa, tak ada lagi harga materi yang dia bawa pulang, tak ada lagi Mandeh yang akan mendengar cerita sang anak, dalam menaklukan ranah rantau. Kini, baru dia sadari betapa sakitnya Mandeh ketika dia tinggalkan dulu, seperti yang dia rasa kini, ketika Mandeh meninggalkannya,
Kini, di bawah rindangnya pohon dan saung tepi laut itu, ada air mata yang tak sempat dijatuhkan, bukan karena sang anak gagah dan jantan. Tetapi sang anak telah menjadi seorang ayah dari sang anak dan suami dari isterinya. Biarlah anak dan isteri tak perlu tahu apa yang dia rasa, biarlah dia reguk rasa itu, untuk dirinya sendiri.