Mohon tunggu...
Issyaroh Kudo
Issyaroh Kudo Mohon Tunggu... Guru - guru SD

Hanya ingin menulis terutama ketika muncul ide

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rasukan

23 Mei 2021   21:43 Diperbarui: 23 Mei 2021   22:04 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara gamelan itu kian menguat, terasa sangat dekat, seperti hanya terhalang tembok rumah ini saja. Kulirik Laila, dia tak terganggu suara itu? Bagaimana dengan Pak Kades dan keluarganya? Apakah mereka juga mendengar suara itu? Ataukah mereka pura-pura tak mendengar seperti yang diperintahkan Pak Kades padaku sore tadi?

Ning nong ning nong ....

Irama gamelan itu sekarang lembut mendayu. Aku seperti hapal musik itu, suara pengiring tari Jawa. Gerakannya halus dan lembut. Aku bisa melakukan gerakannya. Tanganku mulai bergerak gemulai mengikuti alunan musik. Lalu aku bangkit, mengambil tas berisi pakaian pesanan Ratih Ayu. Satu persatu pakaian kutanggalkan, lalu kupakai kain jarik berwiru itu, setelahnya kebaya. Ukurannya benar-benar pas dengan tubuhku. Kusampirkan selendang di bahu kananku. Aku melihat diriku di cermin, sangat cantik, kecantikan standar putri Jawa. Kusanggul juga rambutku agar kecantikanku semakin sempurna.

Ning nong ning nong ....

Para niyaga berseru, "Ya...eee..." begitu aku melangkah keluar dari pintu rumah itu. Dengan langkah penari Jawa, aku menuju ke arah "panggung" yang sudah disediakan. Mereka terus menabuh gamelan, dan aku terus menari dan menari....

"Mbak Husna, bangun, Mbak!" 

Seseorang menepuk-nepuk pipiku. Kubuka mataku pelan. Badanku terasa dingin, seperti tidur di atas rerumputan berembun. Bu Kades menyelimutiku dengan kain seprei. Aku terkesiap, duduk dengan spontan karena terkejut. Aku berada di lahan kosong di samping rumah Pak Kades, dan baru kusadari, tanpa busana kecuali hanya sepotong celana dalam dan penutup dada.

"Apa yang terjadi, Mbak? Kamu diperkosa?" Bu Kades bertanya cemas.

Aku bengong, antara bingung, takut, dan cemas.

"Bawa masuk saja, Bu." Seru Pak Kades dari beranda rumahnya.

Bu Kades membimbingku bangun hingga berjalan ke dalam rumah. Aku masih mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam, bagaimana aku bisa tertidur di ruang terbuka di atas rerumputan hanya berpakaian dalam saja? Apakah ada seorang lelaki yang menculikku dan memperkosaku, kemudian meninggalkanku di luar? Kuraba bagian kewanitaanku, tak ada hal yang tak biasa. Kutekan sedikit, tak sakit, tak perih juga. Berarti aman. Lalu apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun