Metode penelitian dan penulisan laporan yang kami gunakan adalah menggunakan metode kualitatif. Di mana metode kualitatif itu sendiri lebih menekankan pada pembahasan secara rinci dan detail tentang kejadi utuh pada saat melakukan penelitian serta observasi di kelas yang mana berbasis praktek mengajar di SD Negeri Nongkosawti 02 pada kelas rendah yaitu kelas 3 SD. Metode kualitatif di rasa sangat cocok dengan judul yang kami angkat sebagai suatu tindakan penelitian dan observasi tersebut. Dalam metode kualitatif kami menyajikan deskripsi kegiatan dari awal prosesi praktek mengajar hingga kondisi akhir yang kami dapatkan dalam kegiatan tersebut sehingga tujuan penelitian kami dapat diukur tercapai atau tidak tercapai dengan melihat kondisi sekitar pada saar mengobservasi langsung di tempat kejadian.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
Pelaksanaan praktik mengajar dengan model Project-Based Learning (PJBL) di kelas 3 SD Negeri Nongkosawit 02 menghasilkan perubahan positif dalam keaktifan dan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Pada awalnya, pembelajaran dengan metode ceramah sering membuat siswa kurang antusias dan tidak aktif. Namun, penerapan PJBL berhasil menciptakan keterampilan siswa khususnya dalam berkomunikasi, berkolaborasi, dan berpartisipasi aktif dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab (Abdul Basid, 2023). Hal ini, terutama karena siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran berbasis proyek, yakni pembuatan sapintrong.
paaper craft, yang merupakan hasil karya kreatif siswa, dirancang untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, khususnya gotong royong dan kreativitas. Dalam proyek ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk bekerja sama membuat paper craft dari bahan-bahan sederhana. Proyek ini menuntut siswa untuk berkolaborasi, berbagi tugas, dan saling membantu dalam proses pembuatannya, mulai dari merancang, menggunting, hingga merangkai papercraft menjadi produk jadi.
Pada tahap pelaksanaan, siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam keaktifan. Mereka terlihat antusias saat berdiskusi dalam kelompok, berbagi ide, dan mengambil peran dalam proses pembuatan. Sebagai contoh, salah satu kelompok yang bertugas membuat papercraft dengan desain sederhana tetapi menunjukkan inisiatif tinggi dalam mengeksplorasi konsep yang paling cocok untuk proyek mereka. Selain itu, siswa yang biasanya pasif mulai berpartisipasi aktif, seperti memberikan saran saat diskusi kelompok atau membantu teman yang kesulitan.
Hasil observasi mencatat bahwa sekitar 90% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran ini. Minat belajar siswa juga meningkat, terlihat dari ketekunan mereka dalam menyelesaikan papercraft hingga tahap akhir. Selain itu, hasil karya yang dihasilkan tidak hanya menunjukkan keterampilan praktis siswa tetapi juga pemahaman yang lebih mendalam terhadap nilai-nilai Pancasila. Saat mempresentasikan papercraft yang mereka buat, siswa mampu menjelaskan bagaimana proses kerja sama yang dilakukan dalam kelompok mencerminkan nilai gotong royong dan rasa tanggung jawab terhadap tugas masing-masing.
Secara keseluruhan, proyek pembuatan papercraft berhasil menjadi sarana efektif dalam mengajarkan nilai-nilai Pancasila dengan cara yang menyenangkan dan bermakna. Penerapan PJBL tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi tetapi juga mengasah keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi mereka.
PEMBAHASAN
     Penerapan model Project-Based Learning (PJBL) dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila di kelas 3 SD Negeri Nongkosawit 02 menunjukkan keberhasilan signifikan dalam meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa. Sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Nurhadiyati et al. (2020), PJBL memfokuskan pada aktivitas siswa untuk mengumpulkan informasi dan menggunakannya dalam menghasilkan produk yang relevan. Dalam pembelajaran ini, produk yang dihasilkan adalah papercraft, yang menjadi media untuk menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong dan tanggung jawab. Prinsip sentralitas (centrality) dalam PJBL terlihat jelas, di mana proyek sapintrong menjadi inti kegiatan pembelajaran dan alat bagi siswa untuk memahami nilai-nilai Pancasila secara konkret.
      Proyek ini juga menerapkan prinsip-prinsip PJBL lainnya seperti driving question dan constructive investigation. Proses pembelajaran diawali dengan pertanyaan esensial tentang bagaimana siswa dapat membuat sebuah produk yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Hal ini sesuai dengan prinsip driving question, yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah nyata. Langkah-langkah pembelajaran juga mengikuti alur PJBL yang dijelaskan oleh Lestari & Yuwono (2022), mulai dari perencanaan proyek, pembagian tugas, monitoring kemajuan, hingga evaluasi hasil. Dalam setiap tahap ini, guru berperan sebagai fasilitator, membimbing siswa untuk bekerja mandiri sekaligus memastikan kolaborasi berjalan lancar dalam kelompok.
      Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penerapan PJBL berhasil meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa. Sebagian besar siswa lebih antusias dan terlibat aktif selama proses pembuatan papercraft, seperti berdiskusi, membagi tugas, dan membantu teman yang kesulitan. Pengalaman ini memperkuat prinsip otonomi (autonomy) dalam PJBL, di mana siswa diberi tanggung jawab penuh atas tugas mereka. Selain itu, produk papercraft yang dihasilkan siswa mencerminkan kreativitas dan pemahaman mendalam mereka terhadap nilai-nilai Pancasila. Hal ini mendukung temuan Komala et al. (2024), yang menyatakan bahwa PJBL dapat meningkatkan motivasi belajar, keterampilan komunikasi, dan kemampuan pengelolaan waktu siswa.