Â
Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah, ketika dilahirkan manusia tidak mengetahui apapun juga, di samping mempunyai kelemahan tersebut manusia juga dibekali oleh Allah dengan potensi-potensi  yang nantinya dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan yang dilakukan melalui jalur informal maupun non formal. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nahl ayat 78 yang berbunyi: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 78).
Manusia adalah makhluk "paedagogik" yang berpotensi untuk dididik dan mendidik, melalui pendidikan manusia berkembang dan mengikrarkan kemampuannya. Dengan demikian pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara holistik, yang memungkinkan anak didik berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu, sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. Untuk mengembangkan potensi-potensi individu tersebut dalam proses pendidikan dimulai dari keluarga, yang  dalam hal ini dilakukan oleh orangtua. Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidkan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga.
"Orangtua memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangai ibunya dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu telah menjalankan tugas dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-mula dipercayainya. Adapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya, kecuali apabila ia ditinggalkan. Sedangkan pengaruh ayahnya terhadap anaknya besar juga. Dimata anaknya ia seseorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak-anak yang agak besar, baik laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat memahami hati anaknya.
Dari kutipan diatas dapat di simpulkan bahwa manusia adalah makhluk alami, sama seperti makhuk lainya namun dari segi bentuk manuia diciptakan lebih baik. Kemudian manusia juga dilengkapi dengan akal dan pikiran, dengan akal dan pikiran tersebutlah manusia dapat meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya. Sejak masa kanak-kanak hingga tua kita menerima dari prilaku orang-orang di sekitar kita dan dari apa yang mereka katakan berpengaruh terhadap sikap keagamaan kita, tidak hanya keyakinan-keyakinan yang berpengaruh oleh faktor-faktor sosial, pola-pola ekpresi emosional kitapun sampai batas akhir bisa dibentuk oleh lingkungan sosial. Semua itu akan terjadi didalam keluarga. Dalam persepektif sosiologi, keluarga merupakan suatu kelompok sosial terkecil yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi dan reproduksi.
Berhubungan dengan orang lain itu berarti menjalin hubungan sosial. Jalinan hubungan sosial yang baik akan terlaksana dari orang yang memiliki jiwa sosial. Mengenai hubungan antara manusia dengan manusia lainnya ajaran Islam banyak sekali menganjurkan kepada umatnya untuk melakukan kebajikan-kebajikan terhadap makhluk lainnya. Misalnya tolong menolong yang merupakan salah satu kegiatan sosial yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa sosial. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Maidah ayat 2 yang berbunyi: "...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...(QS. 5 : 2)
Berdasarkan kutipan ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT dengan tegas memerintahkan kepada orang beriman untuk tolong menolong dalam artian tolong menolong dalam kebajikan. Dalam ayat ini tersirat juga pengertian bahwa manusia harus hidup bermasyarakat karena manusia saling membutuhkan. Dengan kata lain Islam mengharuskan umatnya untuk berjiwa sosial. Allah menjanjikan akan memberikan surga di akhirat nanti. Mengeluarkan kegelapan menuju tempat yang terang benderang serta memberi bimbingan dan petunjuk dalam menjalankan kehidupan dengan berpedoman pada al-Qur'an dan Sunnah.
Berbuat kebajikan (amal shaleh) berarti melakukan interaksi dengan manusia. Orang yang bisa berbuat kebajikan (amal shaleh) hanyalah orang-orang yang memiliki jiwa sosial. Dengan pemikiran pentingnya pendidikan sosial dalam upaya mengembangkan jiwa sosial seorang anak, Abdullah Nashih 'Ulwan dalam bukunya "Pendidikan Anak dalam Islam" mengatakan bahwa "Pendidikan sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan prilaku sosial yang utama, dasar-dasar kejiwaan yang mulia yang bersumber pada akidah Islam yang kekal dan kesaran iman yang mendalam, agar di tengah-tengah masyarakat nanti mampu bergaul dan berprilaku  sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.
Berdasarkan dari  kutipan diatas jelaslah bahwa pendidikan sosial itu dimulai dari kecil, yaitu dengan menanamkan dasar-dasar pendidikan sosial yang sesuai dengan akidah Islamiyah. Sehingga anak akan tumbuh di tengah-tengah masyarakat yang mampu menerapkan ilmunya dan berprilaku selayaknya sebagai seorang muslim.  Senada dengan kutipan diatas Junaja S.Praja mengatakan Perkembangan emosi ini mulai dari yang sederhana menuju arah kesempurnaan.[8] Jadi jelaslah bahwa perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan dari orang tuanya. Oleh karena itu hendaknya orang tua bisa  merangsang anak, yang sesuai dengan umur dan kebutuhanya. Sedangkan menurut Zakiah Daradjat tahap-tahap perkembangan anak adalah: Kanak-kanak pertama (0-5 tahun), Kanak-kanak terakhir (6-12 tahun), Remaja pertama (13-16 tahun), Remaja terakhir (17-21 tahun), Dewasa (21-60 tahun) dan Lansia (60 tahun ke atas).
Dari masa-masa perkembangan tersebut, masa kanak-kanak banyak mendapat perhatian para ahli perkembangan. Pada masa kanak-kanak ini sangat berpengaruh terhadap kedewasaan dan pembentukan kepribadian, baik agama, intelektual dan sosial anak itu sendiri. Tanggung jawab perkembangan kepribadian dan pendewasaan anak dalam Islam dipegang oleh tiga komponen pokok yaitu; keluarga, sekolah dan masyarakat. Orang tua sebagai penanggung jawab utama karena anak dilahirkan dalam keadaan fithrah.
Melihat sangat besarnya peranan orang tua dalam menumbuh kembangkan jiwa sosial pada anak-anaknya, maka orang tua harus benar-benar memilih kiat yang tepat dalam menanamkan jiwa sosial kepada anak-anaknya. Orangtua membiasakan atau berusaha menanamkan jiwa sosial ini kepada anak-anaknya sejak masa kanak-kanak, tentulah setelah remaja dan dewasa nanti mereka juga mempunyai jiwa sosial. Pada masa kanak-kanak perasaan ego anak sangat kuat dan mempengaruhi sikap serta tingkah lakunya sehari-hari. Perasaan ego ini akan berangsur-angsur hilang dan berubah menjadi perasaan sosial, ini terjadi setelah anak-anak mulai bergaul dengan teman-temannya terutama di sekolah (TK).