Seumur hidupnya Bung Hatta memiliki 800 karya yang berbentuk artikel surat kabar, buku, esai, makalah dan pidato. Tulisan Bung Hatta tidak hanya berkisar gagasan tentang ekonomi dan keuangan, akan tetapi juga filsafat, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan agama serta politik kenegaraan. Karya Bung Hatta yang paling monumental berjudul Ke Arah Indonesia Merdeka yang diterbitkan pada tahun 1931 dalam Koran Daulat Ra'jat.Â
Artikel yang diterbitkan dalam surat kabar yang dikelola oleh sebuah organisasi pergerakan nasional bernama Pendidikan Nasional Indonesia -- Baru (PNI-Baru). Akibat tulisan ini, Bung Hatta dianggap radikal oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Artikel yang  berjudul Ke Arah Indonesia Merdeka merupakan sumber literasi kemerdekan bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia yang terjajah perlu memahami hakikat kemerdekaan.
Secara garis besar, artikel tersebut ingin menyuarakan bahwa rakyat harus bergerak memerdekakan diri dan tidak bergantung pada cendekiawan atau tokoh petinggi negeri saja. Hakikat yang terkandung dalam tulisan Bung Hatta itu adalah bahwa rakyat harus dapat berdaulat atas dirinya sendiri. Ini menjadi sumber semangat bagi seluruh lapisan masyarakat kolonial untuk bergerak aktif dalam memperjuangkan nasib mereka sebagai sebuah bangsa yang mandiri, dan tidak lagi sekadar menyerahkan keputusan kepada segelintir orang yang dianggap mumpuni seperti cendekiawan. Nilai-nilai lain yang terkandung dalam tulisan ini antara lain adalah demokrasi, musyarawah dalam mufakat, dan rasa kerakyatan.
Apa yang disampaikan Bung Hatta baik melalui artikel, buku dan pidatonya kepada rakyat Indonesia adalah upaya agar rakyat Indonesia yang terjajah itu melek literasi khususnya literasi kemerdekaan. Literasi kemerdekaan bermakna perlunya mencapai kemerdekaan itu dengan persatuan dan kesatuan yang didasari perasaan senasib dan sepenanggungan sebagai sebuah nation. Selanjutnya yang pentng dipersiapkan paska kemerdekaan adalah pendidikan dan pembangunan ekonomi yang berlandaskan kepentingan rakyat Indonesia.Â
Bung Hatta (1954) menyatakan bahwa pendidikan utamanya membentuk karakter, sementara pengajaran memberikan pengetahuan yang dapat dipergunakan dengan baik oleh anak-anak yang mempunyai karakter. Pendidikan letaknya dimuka, pengajaran mengikut di belakang. Bung Hatta lebih menekankan konsep pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Adanya sekolah Kejuruan ini, antara murid dan masyarakat sama-sama mendapat keuntungan.Â
Murid dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar penghidupannya. Masyarakat memperoleh tenaga-tenaga terampil yang telah insaf dengan semangat kerja-kreatif untuk melangsungkan proses pembangunan (Fuady, 2020). Pembangunan ekonomi paska kemerdekaan bagi Bung Hatta lebih menekankan pada konsep ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan lebih menitikberatkan pada kemakmuran rakyat dengan meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu koperasi perlu didirikan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia.
Literasi kemerdekaan yang diperkenalkan Bung Hatta melalui artikel, buku dan pidatonya adalah konsep yang terarah tentang masa depan suatu bangsa. Pendidikan dan pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan hal yang penting bagi kemajuan bangsa Indonesia. Pemikiran Bung Hatta masih sangat relevan untuk dipraktekkan di era disrupsi saat ini. Bung Hatta adalah manusia yang pemikirannya melampaui zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H