Pilihan kedua yang cukup ekstrim adalah tolak dengan tegas. Gampang sih kedengerannya, tapi kalau pas berada di situasi ril nya, kadang tidak segampang itu.Â
Ada banyak hal yang membuat kita tidak serta merta bisa melakukan itu.Â
Berbagai pertimbangan dan ketakutan bisa saja muncul. Takut dipecat, takut dimarahi, gak enak sama atasan atau sebel aja dan gak rela kalau harus melakukan pekerjaan itu.Â
Ada juga yang enggan melakukannya karena malas aja. Kalau kondisinya seperti ini, cobalah memperhatikan kembali bagaimana sifat serta situasi atasan kamu.Â
Kalau memang atasanmu sedang kewalahan dengan tugasnya, wajarlah kalau minta pertolongan. Anggap saja kamu tengah menolong orang yang lagi kesusahan. Kalau sama tetangga atau kerabat kita fine-fine saja, menolong walaupun bukan tugas kita, buatlah kondisi ini juga kondisi yang seperti itu.
Kamu juga bisa memperhatikan kedekatan kamu dengan atasan kamu.Â
Kalau kamu memang dekat sekali dengan atasan, kamu bisa lebih bebas mengutarakan keinginan kamu menolak pekerjaan itu. Berikan alasan yang masuk akal. Misalnya, kamu masih banyak tugas utama yang belum terselsaikan juga. Atau minta maaf karena kamu kurang ahli dalam bidang tugas itu. Jikalau kamu cukup dekat, kamu bisa menolaknya dengan suasana bercanda.Â
Lihat bagaimana reaksi atasan kamu, kalau dia memberikan reaksi yang serius dan memberikan alasan mengapa dia minta kamu melakukan tugas tambahan, kamu kembali bisa menimbang-nimbang kalau kamu berada di situasi atasan kamu kira-kira pantas tidak meminta pertolongan pada bawahannya.
Kalau secara pribadi saya termasuk orang yang enjoy saja diberi tugas rangkap asalkan tidak mengganggu pekerjaaan atau tugas utama. Mengganggu dalam semua aspek, termasuk waktu pengerjaan, cukup istirahat, pikiran dan lain-lainnya.Â
Terkadang kita mendapat tugas rangkap karena memang tidak ada lagi yang memiliki keahlian itu. Atau kita memang orang terbaik yang memiliki keahlian di tugas tersebut. Apalagi kalau tugas rangkap itu merupakan passion yang kamu gemari.Â