Ketika seorang siswa melakukan pelanggaran, saya tidak hanya fokus pada hukuman, tetapi juga mendorong mereka untuk memikirkan cara untuk memperbaiki kesalahan mere
ka dan menebus kesalahan tersebut. Pendekatan ini membantu para siswa untuk belajar dari kesalahan mereka dan membangun karakter yang lebih positif.
Misalnya, ketika seorang siswa secara tidak sengaja membunyikan alarm kebakaran, saya melihat kesempatan untuk menerapkan prinsip restitusi.Â
Alih-alih menghukumnya, saya mengajaknya untuk membuat poster tentang pentingnya keselamatan kebakaran dan mempresentasikannya kepada kelas.Â
Melalui proses ini, siswa tersebut tidak hanya menyadari konsekuensi dari tindakannya, tetapi juga diberi kesempatan untuk tumbuh dan belajar dari kesalahan tersebut.
Selain perubahan dalam manajemen kelas, kolaborasi dengan rekan guru juga menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan praktik pembelajaran. Kami saling berbagi ide dan pengalaman, serta saling mengamati proses belajar mengajar di kelas masing-masing.Â
Dengan berbagi pengetahuan dan mendiskusikan strategi pembelajaran yang efektif, kami dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan kondusif bagi para siswa.
Salah satu kolaborasi yang paling bermanfaat adalah dengan guru matematika di sekolah saya.Â
Bersama-sama, kami mengembangkan proyek belajar kooperatif yang memungkinkan para siswa untuk belajar matematika dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif.Â
Melalui proyek ini, para siswa tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang matematika, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan kolaboratif yang penting untuk kesuksesan di masa depan.
Selain itu, saya juga aktif melakukan refleksi terhadap praktik pembelajaran saya.Â