Forum Pertama: Suasana tegang dan pesimis menyelimuti ruangan. Keluh kesah dan kekecewaan mendominasi diskusi. Semangat dan kolaborasi sirna, digantikan oleh fokus pada kekurangan dan keraguan.Â
Ketidakmampuan komunitas sekolah untuk menyelenggarakan acara perpisahan menjadi topik utama, tanpa solusi konstruktif yang muncul.
Forum Kedua: Berbeda dengan forum pertama, suasana di sini penuh keceriaan dan optimisme. Proaktivitas dan kolaborasi antar anggota komunitas sekolah terlihat jelas.Â
Diskusi berlangsung santai namun serius, diiringi semangat dan harapan yang tinggi. Kepentingan murid menjadi fokus utama, mendorong lahirnya ide-ide inovatif dan kreatif. Forum ini berfokus pada memaksimalkan potensi sumber daya yang ada di lingkungan komunitas sekolah.
Studi kasus (2) - video yang menggali sumber daya beserta implementasinya
Dalam studi kasus ini, perbedaan suasana rapat antara pendekatan berbasis kekurangan dan berbasis aset sangat mencolok. Saat menggunakan pendekatan berbasis kekurangan, suasana rapat cenderung tegang, pesimis, dan penuh keluh kesah. Tidak ada semangat dan kolaborasi antar pihak, serta fokus pada kekurangan dan ketidakmampuan sekolah.Â
Namun, ketika menggunakan pendekatan berbasis aset, suasana rapat menjadi menyenangkan, proaktif, dan kolaboratif. Para peserta rapat terlihat santai namun serius, penuh semangat, dan penuh harapan. Mereka mementingkan kepentingan murid, menghasilkan ide-ide inovatif, dan memaksimalkan potensi sumber daya yang ada di lingkungan sekolah.
Pertanyaan: Pengalaman Rapat
1. Selama kita berada di sekolah, pada saat rapat antar guru atau dengan kepala sekolah, biasanya apa yang dibahas? Apakah membahas apa yang menjadi kekurangan sekolah selama ini? Atau membahas soal kekuatan yang dimiliki oleh sekolah?
Jawaban:
Rapat antara guru dan kepala sekolah melibatkan diskusi tentang evaluasi program, perencanaan kegiatan, pengembangan kurikulum, dan peningkatan pembelajaran.Â