Implementasi modul budaya positif melibatkan komitmen kolektif untuk membangun fondasi positif di setiap lapisan pendidikan. Dengan membentuk keyakinan kelas, mengadopsi restitusi, melakukan diseminasi budaya positif, dan memanfaatkan pelatihan mandiri, sekolah menciptakan ekosistem yang memajukan perkembangan siswa dan memberdayakan guru.Â
Modul ini tidak hanya menjadi alat, tetapi representasi nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam menciptakan pendidikan yang memotivasi, inklusif, dan peduli.
Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE)Â
Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) menduduki posisi sentral dalam konsep pendidikan holistik, membimbing perkembangan siswa menjadi individu yang lebih kompeten dalam keterampilan sosial, regulasi emosi, dan empati. Beberapa kegiatan PSE mencakup:
1. Kotak Ekspresi Emoji (Kesadaran Diri):
Siswa menggambarkan emosi mereka dalam bentuk emoji, memasukkan gambar ke Kotak Emoji sesuai dengan nomor absen. Guru memberikan penguatan positif selama bina kelas.
2. Puisi Akrostik (Kesadaran Diri):
Siswa menuangkan perasaan dan pemikiran melalui puisi akrostik, memperkuat pemahaman diri.
3. Kunjungan Empati (Kesadaran Sosial):
Siswa menyisihkan sebagian uang saku untuk kaleng empati, membantu individu atau kelompok yang membutuhkan.
4. Latihan Bernapas dengan Kesadaran Penuh:
Siswa terlibat dalam latihan bernapas untuk mengelola emosi dan stres secara efektif.
5. Membuat Jurnal Pribadi:
Siswa diajak membuat jurnal pribadi untuk mengekspresikan perasaan, pemikiran, dan pengalaman harian.
Pentingnya PSE dalam pendidikan sistematis tak terbantahkan. Melalui PSE, siswa dapat mengasah keterampilan pengelolaan emosi, menunjukkan empati, dan berinteraksi dengan sesama secara efektif.Â
Dengan memberikan perhatian yang cukup pada PSE, sistem pendidikan dapat memberdayakan siswa untuk menghadapi kompleksitas tantangan di dunia nyata.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!