Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

3 Hal yang akan Diobservasi oleh Pengajar Praktik dalam Pendampingan Individu (PI) 4

24 Januari 2024   19:01 Diperbarui: 24 Januari 2024   19:05 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendampingan Individu 4 bagi Calon Guru Penggerak merupakan tonggak penting dalam pengembangan profesionalisme pendidik. Fase utama PI-4 ini menekankan pengawasan dan peningkatan modul pembelajaran, termasuk budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, dan sosial emosional. 

Melalui partisipasi aktif, calon guru penggerak dapat memperbaiki implementasi modul-modul ini dalam konteks pembelajaran mereka. 

Sasaran utamanya adalah membantu mereka membentuk lingkungan belajar inklusif, memastikan dukungan bagi perkembangan semua siswa secara holistik. 

Dengan demikian, PI-4 membawa peluang berharga bagi peningkatan profesionalisme dan peningkatan kualitas pendidikan.

3 Hal yang akan diobservasi

Fokus utama Pendampingan Individu ke-4 adalah Evaluasi dan Pengembangan Proses Pembelajaran. Dalam pendampingan ini, penekanan diberikan pada pengawasan kelas Calon Guru Penggerak untuk mengevaluasi bagaimana modul budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, dan pembelajaran sosial-emosional diterapkan. 

Observasi ini menjadi instrumen kunci dalam memahami dan meningkatkan efektivitas pendekatan pembelajaran mereka. Dengan demikian, tema utama PI-4 memusatkan perhatian pada pengembangan proses pembelajaran yang berfokus pada modul-modul tertentu, mendukung pertumbuhan guru yang akan datang dalam menghadapi dinamika ruang kelas.

Observasi berlangsung secara tatap muka selama 2 jam pelajaran, dengan durasi 2 x 35 menit (untuk SD) dan 2 x 40 menit (untuk SMP). 

Setelah observasi, sesi pasca-observasi melibatkan serangkaian kegiatan yang mencakup penyampaian tujuan, berbagi kesan hasil observasi, dan membahas langkah-langkah perbaikan terkait implementasi modul budaya positif, pembelajaran berdiferensiasi, dan pembelajaran sosial-emosional. 

Proses ini mendukung kolaborasi konstruktif antara pendamping dan calon guru, membentuk dasar untuk peningkatan berkelanjutan dalam pengembangan profesionalisme pendidik.

Implementasi Modul Budaya Positif

Modul budaya positif mencerminkan fondasi penting dalam meningkatkan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung perkembangan siswa. 

Definisi dan peran modul ini bersifat krusial, mewakili perwujudan komitmen untuk menciptakan atmosfer belajar yang memajukan pendidikan.

1. Pembentukan Keyakinan Kelas
Pentingnya membentuk keyakinan positif di antara siswa tidak hanya menciptakan hubungan yang harmonis tetapi juga memengaruhi kesejahteraan psikologis mereka. 

Contoh kegiatan, seperti permainan kooperatif dan proyek kolaboratif, digunakan untuk memperkuat keyakinan dan membangun kebersamaan di kelas. Strategi ini bertujuan untuk menciptakan suasana di mana setiap siswa merasa dihargai dan diterima.

2. Restitusi
Konsep restitusi diperkenalkan sebagai strategi pengelolaan konflik yang efektif. Studi kasus implementasi restitusi di lingkungan pendidikan mengungkapkan bahwa pendekatan ini tidak hanya menyelesaikan konflik tetapi juga membangun pemahaman dan empati antar siswa. 

Restitusi menciptakan ruang untuk resolusi yang adil, memupuk tanggung jawab diri, dan memperkuat koneksi antaranggota komunitas belajar.

3. Diseminasi Budaya Positif
Langkah-langkah diseminasi budaya positif di seluruh sekolah membawa pengaruh positif pada iklim pendidikan. Melalui workshop, seminar, dan program pengembangan profesional, sekolah dapat menyebarkan nilai-nilai positif kepada seluruh staf dan siswa.

Dampaknya melampaui batas kelas, menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung dan mempromosikan etos positif. Diseminasi menjadi jembatan untuk menciptakan konsistensi budaya positif di seluruh komunitas pendidikan.

4. Pelatihan Mandiri
Pelatihan mandiri menjadi sarana efektif untuk meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan modul budaya positif. Melalui sumber daya seperti buku panduan, kursus daring, dan kolaborasi antar guru, pelatihan mandiri memungkinkan pendidik untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka. 

Guru yang terampil dalam menerapkan modul budaya positif memiliki dampak signifikan pada kualitas pengajaran dan iklim belajar.

Implementasi modul budaya positif melibatkan komitmen kolektif untuk membangun fondasi positif di setiap lapisan pendidikan. Dengan membentuk keyakinan kelas, mengadopsi restitusi, melakukan diseminasi budaya positif, dan memanfaatkan pelatihan mandiri, sekolah menciptakan ekosistem yang memajukan perkembangan siswa dan memberdayakan guru. 

Modul ini tidak hanya menjadi alat, tetapi representasi nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam menciptakan pendidikan yang memotivasi, inklusif, dan peduli.

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) 

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) menduduki posisi sentral dalam konsep pendidikan holistik, membimbing perkembangan siswa menjadi individu yang lebih kompeten dalam keterampilan sosial, regulasi emosi, dan empati. Beberapa kegiatan PSE mencakup:

1. Kotak Ekspresi Emoji (Kesadaran Diri):
Siswa menggambarkan emosi mereka dalam bentuk emoji, memasukkan gambar ke Kotak Emoji sesuai dengan nomor absen. Guru memberikan penguatan positif selama bina kelas.

2. Puisi Akrostik (Kesadaran Diri):
Siswa menuangkan perasaan dan pemikiran melalui puisi akrostik, memperkuat pemahaman diri.

3. Kunjungan Empati (Kesadaran Sosial):
Siswa menyisihkan sebagian uang saku untuk kaleng empati, membantu individu atau kelompok yang membutuhkan.

4. Latihan Bernapas dengan Kesadaran Penuh:
Siswa terlibat dalam latihan bernapas untuk mengelola emosi dan stres secara efektif.

5. Membuat Jurnal Pribadi:
Siswa diajak membuat jurnal pribadi untuk mengekspresikan perasaan, pemikiran, dan pengalaman harian.

Pentingnya PSE dalam pendidikan sistematis tak terbantahkan. Melalui PSE, siswa dapat mengasah keterampilan pengelolaan emosi, menunjukkan empati, dan berinteraksi dengan sesama secara efektif. 

Dengan memberikan perhatian yang cukup pada PSE, sistem pendidikan dapat memberdayakan siswa untuk menghadapi kompleksitas tantangan di dunia nyata.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi menjadi fondasi utama dalam pembangunan pendidikan, menitikberatkan pada individualitas siswa dan penyesuaian metode pengajaran dengan kebutuhan serta minat mereka. Berikut adalah elaborasi rinci:

Konsep dan Pentingnya Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Konteks Pendidikan

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah paradigma pedagogis yang menekankan adaptasi metode pengajaran sesuai dengan karakteristik siswa, seperti gaya belajar, tingkat keterampilan, dan minat. 

Pentingnya konsep ini tak terelakkan dalam menciptakan lingkungan belajar inklusif yang memungkinkan setiap siswa berkembang sesuai potensinya.

1. Stasiun Pembelajaran

Stasiun pembelajaran muncul sebagai strategi efektif dalam mendukung beragam gaya belajar siswa. Dengan menyediakan stasiun-stasiun berbeda, seperti visual, auditori, atau kinestetik, siswa memiliki kebebasan untuk memilih metode yang paling sesuai bagi mereka. 

Keuntungan utama penerapan stasiun pembelajaran adalah menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pengalaman belajar yang lebih mendalam dan terfokus.

2. Proyek Berbasis Minat

Proyek berbasis minat memainkan peran krusial dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan memungkinkan siswa memilih topik proyek yang sesuai dengan minat pribadi mereka, pembelajaran tidak hanya menjadi lebih menyenangkan tetapi juga mendorong rasa kepemilikan terhadap proses belajar. 

Studi kasus sukses proyek berbasis minat membuktikan peningkatan partisipasi dan hasil belajar yang signifikan.

3. Kelompok Fleksibel

Pembelajaran dalam kelompok fleksibel memberikan manfaat besar bagi siswa dengan kemampuan beragam. Dengan menempatkan siswa dalam kelompok yang dapat berubah sesuai kebutuhan dan dinamika kelas, pembelajaran menjadi lebih kolaboratif dan mendukung perkembangan sosial siswa. 

Strategi pembentukan kelompok belajar yang efektif, seperti mempertimbangkan keberagaman kemampuan dan minat, memastikan hasil pembelajaran yang optimal.

4. Penugasan Berbeda dan Pilihan Penilaian

Penciptaan tugas dengan tingkat kesulitan yang bervariasi merupakan inti dari pembelajaran berdiferensiasi. Dengan memberikan siswa tugas yang sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing, guru dapat memastikan bahwa setiap siswa tantangannya sesuai dengan kemampuannya. 

Sementara itu, memberikan pilihan penilaian memungkinkan siswa mengekspresikan pemahaman mereka melalui format yang paling mereka sukai, seperti presentasi lisan, proyek visual, atau esai tertulis.

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah kunci untuk menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan siswa yang beragam. 

Dengan mengimplementasikan strategi seperti stasiun pembelajaran, proyek berbasis minat, kelompok fleksibel, dan tugas berbeda, pendidik dapat membentuk lingkungan belajar yang memberdayakan setiap siswa untuk mencapai potensinya secara optimal.

 Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia nyata dengan keterampilan yang sesuai dengan karakter dan bakat mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun